Kembali ke Akar

Sayidina Ali
Chapter #5

Ketika Tuhan Menyatukan Kita dalam Ketidaksengajaan

Kutipan: "Ketika kesempatan telah hilang, hanya ada rasa penyesalan yang mengisi hati. Kadang-kadang kita baru menyadari betapa berharga sesuatu setelah kehilangannya. Jangan biarkan waktu terus berlalu, jangan sampai kesempatan berlalu begitu saja. Sebelum semuanya terlambat dan menjadi penyesalan yang menghantui selamanya."


Pertanyaan itu masih menghantui pikiranku, menggerus hatiku seperti ombak yang tak henti-hentinya memukul pantai. Aku mencoba melupakanmu, menghapus semua kenangan yang pernah kita lalui bersama, namun dirimu selalu muncul kembali tanpa rasa bersalah sedikit pun. Sebenarnya, bukanlah kesalahanmu, aku yang terlalu berharap pada hubungan yang hanya ku rasakan sendiri. Hanya dengan satu pertemuan, aku terjatuh cinta padamu. Hal itu mungkin terdengar tidak masuk akal bagimu, tapi bagi diriku, cinta itu nyata.

Namun, aku sadar bahwa dirimu tidak mengenal siapa aku sebenarnya. Aku hanya sebuah bayangan yang muncul di belakang Nirmala saat kalian bertemu di kafe. Tatapan matamu tak pernah melepas sahabatku, sementara aku seperti angin yang berlalu begitu saja. Aku merasa seakan-akan tidak ada di dalam pertemuan itu, seolah-olah di sana hanya ada kalian berdua. Bahkan, dirimu tak pernah melirikku sedikit pun. Saat itu aku membiarkan hal itu menjadi kenangan yang akan kubiarkan sirna begitu saja.

Namun, kini dirimu kembali hadir dalam hidupku, namun bukan lagi sebagai pacar dari sahabatku, melainkan sebagai mantan pacar sahabatku. Aku merasa kebingungan, semuanya terasa berantakan. Hati ini berdebar-debar, takut akan terluka lagi. Namun, aku tahu bahwa aku harus berani menghadapi kenyataan, dan rela melepaskanmu pergi. Aku biarkan dirimu menjadi kenangan yang indah, yang hanya aku yang bisa mengingatnya.

Hari ini aku bertemu dengan Fuadi, sesuai janji yang dia buat kemarin malam. Dia ingin tahu banyak hal tentang Nirmala, sahabatku yang dulu pernah menjadi kekasihnya. Novi yang memperkenalkan aku pada Fuadi, mengatakan bahwa jika dia bertanya banyak hal tentang Nirmala kepadaku, maka aku akan menceritakan banyak hal juga. Namun, sejujurnya aku tak tahu banyak tentang kehidupan Nirmala, meskipun pernah dekat dengannya dalam beberapa waktu.

Walaupun hatiku berdebar-debar, aku tetap berani untuk memenuhi janji bertemu dengan Fuadi, orang yang pernah membuatku terpesona di masa lalu. Aku berusaha untuk menjaga jarak dan tidak membiarkan perasaan lama itu muncul kembali, karena aku sadar betul bahwa aku tidak bisa dengan mudahnya jatuh cinta pada mantan pacar sahabatku sendiri. Bagiku, itu seperti memakan permen yang sudah dikunyah oleh sahabat sendiri. Aku tidak ingin merusak hubungan baik yang selama ini aku jalin dengan sahabatku.

Aku berdiri di taman dengan pakaian yang sederhana, hanya sandal kesukaanku dan baju yang sudah sering kupakai. Namun, aku berusaha untuk tetap tampil percaya diri dan siap untuk menghadapi apapun yang akan terjadi dalam pertemuan ini. Sementara itu, langkah Fuadi semakin dekat dan meski dia berjalan dengan lembut dan santai, aku bisa merasakan adanya konflik batin yang dalam di dalam dirinya. Aku tidak bisa membayangkan betapa sulitnya hidup di dunia ini, terlebih lagi setelah kudengar kabar bahwa dia telah berpisah dengan Nirmala, sahabatku yang pernah menjadi pacarnya. Namun, aku berusaha untuk tidak mengekspresikan pikiranku itu di hadapannya.

Lihat selengkapnya