Kembali ke Akar

Sayidina Ali
Chapter #6

Apakah Ketidaksengajaan Bisa Muncul Dua Kali?

Kutipan: "Aku menatap bintang-bintang yang bersinar di langit malam. Mereka tampak begitu indah dan menenangkan. Namun, aku juga merasakan kesepian yang menyertainya. Kenapa bintang yang seindah itu harus terlihat begitu jauh dari jangkauan? Apakah keindahan mereka hanya bisa dinikmati dari kejauhan saja, tanpa bisa dijamah dengan tangan sendiri?"


Tak hanya hari itu yang membuatku merasakan kerinduan pada karya-karya Tere Liye. Sore ini, aku memutuskan untuk melakukan rutinitas harianku, yaitu berkeliling menjelajahi karya-karya penulis terkenal. Perpustakaan ini begitu luas untuk dijelajahi seorang diri. Hampir seluruh karya fiksi pada rak pertama di lantai kedua telah kupelajari, tempat di mana karya-karya lama bersemayam, seperti Pramoedya Ananta Toer, Leila Chudori, dan Ahmad Tohari. Namun masih banyak karya penulis ternama lainnya, dan hampir semuanya sudah kuhabiskan. Aku sangat mencintai buku-buku dari penulis lama, karena menurutku nilai sastra dari penulis tersebut masih ada dan tidak lekang oleh waktu seperti banyak penulis saat ini.

Kali ini, aku beralih ke rak berikutnya dan menjelajahi beberapa penulis masa kini. Seperti biasa, Tere Liye menjadi tujuan utamaku. Buku-buku tersebut tersusun rapi meskipun terlihat sedikit kusam. Zaman sekarang, tak ada lagi yang tertarik dengan buku-buku semacam itu. Di dalam stigma masyarakat, membaca buku hanya untuk mereka yang merupakan kutu buku saja. Tidak ada yang mampu membantah stigma itu. 

Lamunanku terhenti tiba-tiba ketika terdengar suara yang tidak asing di telingaku. Mungkin aku mengenalnya, namun bisa saja itu hanya imajinasiku semata. Tapi ternyata, itu benar adanya. Tak lama kemudian, Fuadi muncul dan menyodorkan sebuah buku padaku.

“Kamu sudah baca buku ini?”

Fuadi menyerahkan buku "Rembulan Tenggelam di Wajahmu", yang sudah kubaca sebelumnya, padahal sebelumnya aku sempat mencarinya dan tak kunjung kutemukan. Ternyata, buku tersebut dipinjam oleh Fuadi. Namun, aku baru menyadari bahwa aku tidak tahu apa yang Fuadi lakukan di sini dan bagaimana dia bisa menemukanku.

"Duh, ini dia buku yang kucari-cari." kataku dengan suara terkejut. Meski sebenarnya aku tak ingin menunjukkan betapa terkejutnya aku. Tentu saja, aku menerima tawaran Fuadi dan mengambil buku dari tangannya.

Lihat selengkapnya