Sudah dua jam sejak gerimis itu reda. Tadi, aku berpisah dengan Fuadi, sekitar satu jam yang lalu. Sekarang, aku melangkah pulang sambil merasakan genangan air yang masih tersisa di jalanan. Lalu lintas di kota ini pun sudah mulai ramai, setelah sebelumnya sepi akibat guyuran hujan yang tak main-main tadi. Aku sengaja menjejakkan kakiku di atas genangan air, menikmati suara 'nyiprat' yang keluar dari bawah sepatuku dan merasakan tetesan air yang terpercik kesana-kemari, bahkan hingga membasahi sepatuku.
Tak butuh waktu lama untuk sampai hampir di depan rumahku, namun tiba-tiba ada tangan yang menarikku dengan kasar. Terkejut, aku hampir saja berteriak, tapi begitu aku melihat wajahnya, aku tahu dia adalah Bu Ami, tetangga lima rumah di sebelah. Wajahnya dipenuhi rasa takut, dan dengan cepat dia memberikan isyarat agar aku diam dan tidak bertanya-tanya. Aku mengangguk mengerti, meski dalam hati aku merasa ingin segera menanyakan apa yang terjadi.
Bu Ami meminta agar aku mengikutinya, dan kami berjalan menuju rumahnya. Sesampainya di sana, kami masuk melalui pintu belakang. Setibanya di dalam rumah, Bu Ami dengan cepat mengunci pintu dan menutup jendela dengan rapat. Dia kemudian menyuruhku untuk menjauh dari pintu.
"Apa yang terjadi, Bu?" tanyaku dengan penasaran.
"Kamu harus tetap di sini dulu. Di depan rumahmu ada beberapa mobil yang tak kuketahui. Aku khawatir kalau kamu pulang akan terjadi sesuatu. Kamu akan aman di sini," jawab Bu Ami dengan nada pelan, sambil tetap waspada seperti orang yang sedang berada di tengah-tengah transaksi narkoba.
"Tapi siapa yang ada di rumahku, Bu? Kan itu rumahku, bukan milik orang lain. Kalau ada maling, bagaimana bisa aku biarkan begitu saja?" tanyaku dengan nada ketus, merasa kesal.
Tanpa menunggu lama, aku segera mengambil handphone dan membuka aplikasi pemantau CCTV. Aku terkejut melihat bahwa ada sekitar delapan orang yang berada di dalam rumahku. Dua di antaranya berada di ruang tamu, tiga di kamar, dan dua lagi berada di kamar Ayah. Aku yakin ada satu orang lagi yang bertugas menjaga di luar, dan semuanya membawa senjata pistol.
"Ibu Ami, mereka semua membawa senjata. Aku yakin mereka tidak berniat baik. Aku tidak bisa tinggal diam saja," ujarku sambil mengecek CCTV.
"Apa yang akan kamu lakukan, Aura?" tanya Ibu Ami dengan khawatir.
"Aku akan pergi ke rumah Pa Salim. Terima kasih banyak atas bantuannya, Bu Ami," jawabku sambil berbalik dan mendekati pintu belakang.
"Aura! Kamu gila? Mereka membawa senjata. Kamu tidak bisa pergi begitu saja," teriak Ibu Ami dengan cemas.