Pak Polisi berpakaian sipil itu serta merta menatap pada Amdy, lalu menatap pada Akmal. “Anak siapa Pak?”
“Dia anak saya, Pak!” Akmal mengusap-usap rambut anaknya.
Pak polisi berpakaian sipil itu serta merta mendekat kea rah Amdy. Kepalanya merunduk sehingga sejajar dengan kepala anak pemberani itu.
“Siapa namamu, Nak?”
“Amdy, Pak.”
Jawaban itu begitu lantang. Tak ada perasaan takut terbersit di benaknya. Itu semua berkat didikan Akmal. Ia selalu mengajarkan dan menanamkan nilai-nilai kebaikan dan kebenaran. Bagi sebagain besar anak – anak meliahat polisi merupakan sebuah hal yang menakutkan. Mereka bisa sembunyi dan terkejut bila melihat poisi. Tapi tidak bagi Amdy, ia selalu menanamkan kata-kata dan petuah ayahnya tentang polisi merupakan sebagai pelindung masyarakat bukan penjahat yang harus ditakuti.
“Apa yang hendak disampaikan anak pemberani,” polisi itu mengubah posisi merunduk menjadi posisi berjongkok. Kali ini ia memegang kedua bahu Amdy. Menanti jawaban Amdy ia mengalihkan pandangan pada anak-anak yang lain yang ada di sekitar situ. Sebagian besar mereka melihat ketakutan dan bersembunyi di belakang orang tua mereka.