Kembali ke Rahim

Faiz el Faza
Chapter #9

Pengakuan

Malam itu ia duduk menghadap cermin. Tangannya memegang kertas yang mulai mengkerut. Ia kembali membaca teks dalam kertas tersebut. Dengan menghadap cermin, ia memandang dirinya sendiri. Sambil terus berbicara, ia menilik ekspresi wajahnya, membayangkan bagaimana raut wajauhnya di depan puluhan siswa-siswi saat berorasi nanti.

Hanya ada sedikit paragraf pada teks yang ia tulis sendiri selama tiga hari. Ada kegugupan malam itu untuk menghadapi hari orasi. Ia sudah gugup sebelum berpidato sungguhan. Membayangkan reaksi teman-teman yang akan menilainya, nyalinya menciut. Ada bayangan bahwa teman-temannya akan menertawai. Ia pun tertawa kecut membayangkannya. Sementara itu di cermin, ia tidak menyadari ada gadis remaja yang menunjukkan lesung indah di tengah gembol kedua pipi.

Terdengar suara memanggil, “Nabila!”

“Iya Lina, masuklah!”

Lina menekan gagang pintu dan terbuka. Dilihatnya Nabila sedang duduk depan cermin. Lewat cermin itu ia memandang wajah Nabila dan Nabila pun juga bisa melihatnya berdiri di samping pintu kamar. “Sedang apa kamu?” tanyanya seraya mendekat.

“Latihan pidato, Lina,” jawab Nabila seraya merendahkan kedua pundaknya.

“Oalah, kukira dandan,” ledeknya seraya terkekeh.

Lina duduk di tempat tidur. “Em, kamu nervous ya?” imbuhnya seraya mengembang senyum.

“Iya, aku kok nggak percaya diri ya.”

“Nabila, kenapa nggak percaya diri? teman-teman yang belum kamu kenal di sekolah mengenalmu semua. Siapa di sana yang tak kenal perempuan bernama Nabila, yang cantik dan cerdas itu.”

“Hm, kalau di pelajaran aku memang top, tapi kalau berbicara aku kurang.”

Mereka berdua kemudian tertawa. Lina memperhatikan di depan cermin itu tidak ada kosmetik sama sekali. “Kamu itu cantik udah, dandanya yang belum,” ungkapnya.

“Lah aku nggak bisa dandan. Oh iya Lina, sekarang sudah selesai seragam kita.”

“Oh iya, ayo diambil Lina! Mumpung hari masih libur. Nanti sekalian beli rujak kikil”

***

SMA Negeri 1 Bululawang mulai didatangi siswa-siswi. Mereka berada di tempat berbeda-beda. Berkumpul dan bergerombol di sudut-sudut gedung sekolah.

Di luar sekolah, berhentilah sebuah mobil angkutan warna kuning. Turun dua orang perempuan. Kedua orang perempuan itu memakai seragam putih-putih sama seperti yang lain. Hanya saja, mereka berkerudung. Bajunya panjang sampai pergelangan tangan. Roknya panjang sampai atas mata kaki.

Keduanya berjalan masuk ke halaman sekolah. Melewati lapangan basket, keduanya berjalan menuju kelas. Semua orang yang melihatnya seketika terus memperhatikan. Pemandangan baru tercipta. Kedua perempuan berkerudung itu adalah Nabila dan Lina. Anak-anak yang melihat seketika membicarakan mereka.

Lihat selengkapnya