Kembali ke Rahim

Faiz el Faza
Chapter #19

Derita Batin

“Ugh, ugh, ugh, ugh!”

Suara batuk berat itu kembali terdengar. Sontak membuat Nurul terbangun pada larut malam. Ia segera berjalan menuju suara itu. Itu suara ibunya yang sedang sakit keras selama sebulan ini. Tiba di kamar. Ia melihat ibunya batuk darah lagi. “Ibu, Ibu batuk darah lagi?” tanyanya.

“Ibu, akan aku buatkan teh hangat.”

Beberapa menit kemudian, ia kembali ke kamar ibunya. Ia meminumkan teh hangat padanya. “Ibu, Ibu harus ke rumah sakit, Ibu semakin parah saja,” katanya penuh kekhawatiran.

“Tidak, Nak, dari mana kita dapat uang?” lirih ibunya.

“Tenanglah Bu, aku yang akan mencari, entah itu meminjam atau aku harus bekerja.”

“Tidak Nak, aku ini selalu merepotkanmu, tak pantas Nak. Apalagi kamu sebentar lagi akan menikah.”

“Ibu, mengapa berkata seperti itu, tentulah pantas apa yang akan aku lakukan.”

Angin malam berhembus pelan. Jam menunjukkan waktu tengah malam.

Esok harinya, ia duduk di kamarnya. Pikirannya bingung harus berbuat, harus berencana. Apa langkah yang harus ia lakukan untuk mencari biaya pengobatan ibunya? Meminta uang pada calon suaminya, ah tidak masuk akal. Calon suaminya tentu tak punya uang untuk membawa ibunya berobat ke rumah sakit. Jika meminjam uang kepada seseorang yang melamarnya kemarin itu, baru masuk akal rasanya. Tetapi tidaklah mungkin.

Tiba-tiba ia mendengar pintu depan terketuk. Ia membukanya. Alangkah terkejutnya ia melihat siapa yang berdiri di depannya. Orang itu adalah orang yang ia pikirkan pagi ini. Calon suami atau orang yang ia tolak lamarannya? Siapa orang itu?

Ternyata orang itu adalah orang yang ia tolak lamarannya kemarin lusa, Affan.

“Ibumu sakit?” tanya Affan setelah duduk di ruang tamu.

“Iya, bagaimana Kak Affan bisa tahu?” Nurul bingung sekaligus takjub.

“Apa yang tidak saya tahu.” Alis Affan terangkat penuh kebanggaan.

Affan memberikan sebuah bingkisan berisi buah untuk ibunya Nurul. Rupanya, meski ia telah ditolak, ia belum menyerah. Ia punya seribu cara. Prinsipnya, jika seorang lelaki ditolak oleh perempuan, jangan menyerah, tunjukkan bahwa penolakan itu merupakan kesalahan. Aku punya uang dan segalanya, batinnya penuh jumawa.

“Bagaimana keadaannya?” tanyanya.

Nurul menjawab dengan lesu, “Semakin memburuk.”

“Sudah dibawa ke dokter?”

“Belum, Kak.”

“Kenapa?”

“Sa ... saya tidak punya uang.” Muka Nurul tampak berat.

“Akan aku bantu. Ayo kita ke rumah sakit.”

“Kak, terimakasih, setelah ibu saya dirawat nanti, insaallah akan saya kembalikan uangnya.”

Lihat selengkapnya