Kembali Lagi

Bla
Chapter #3

Hari Ini

Aku merasa bagai terperangkap dalam mimpi buruk yang mengerikan. Dalam mimpi ini, aku harus berlari, berlari hingga paru-paruku serasa ingin pecah, tapi aku tak sanggup memacu tubuhku untuk bergerak cukup cepat. Kakiku rasanya semakin lama semakin lambat sementara aku berjuang menembus air hujan yang tanpa belas kasihan berjatuhan di atas kepalaku, tapi jarum di menara jam tak juga melambat. Tak peduli dan tanpa belas kasihan, jarum jam itu terus bergerak menuju akhir.

Akhir dari segalanya.

Tapi ini bukan mimpi, dan, tidak seperti mimpi buruk, aku tidak berlari untuk menyelamatkan nyawaku; aku berlari untuk menyelamatkan sesuatu yang jauh lebih berharga. Hidupku tidak ada artinya bagiku saat ini.

Saat jam mulai berdentang, bergetar di bawah kakiku yang terasa berat, tahulah aku bahwa aku terlambat. Apabila aku gagal, aku tidak lagi memiliki keinginan untuk hidup.

Jam kembali berdentang, dan petir memancarkan cahayanya yang berbahaya tepat di hadapanku.

Aku terbangun kaget –kelopak mataku terbuka lebar- dan terkesiap. Cahaya terang benderang, cahaya matahari yang seperti biasa selalu menyinari pagiku, menggantikan cahaya matahari menyilaukan dalam mimpiku.

Tenanglah, hanya mimpi, kataku dalam hati. Aku menarik napas dalam-dalam, meskipun begitu rasanya begitu nyata.

Ini bukan pertama kalinya aku bermimpi seperti itu. Berlari…merasa terperangkap…aku sering sekali bermimpi akan hal itu. Terkadang aku bermimpi tentang masa laluku yang indah saat SMA, jauh sebelum aku menikah.

Mengapa mimpiku selalu seperti itu?

Hanya mimpi, tapi di sisi lain aku tahu bahwa mimpi itu merupakan potongan-potongan ingatan dari masa lalu. Kejadian itu....benar-benar terjadi. 

Mimpiku begitu nyata…begitu hidup….aku terkesiap dengan suara keras, kebingungan berada di kamarku sendiri.

“Oh”, aku terkesiap. Hanya mimpi. Tidak nyata.

Meskipun sudah lama sekali, setiap kali aku tertidur, aku pasti teringat kembali kejadian saat SMA dulu. Sayangnya, aku tidak sempat menikmati masa mudaku karena terlanjur menikah.

Harus kuakui, pernikahanku sangat lancar pada tahun pertama, lalu lambat laun berubah sehingga sekarang aku nyaris tidak pernah berbicara lagi dengan suamiku.

Aku bahkan telah menghabiskan beberapa malam ini menumpang tidur di rumah temanku –seorang perempuan- dan berpura-pura tidak mengenal suamiku.

Yah, sekacau itu keadaan rumah tanggaku.

Menyedihkan.

Sepertinya khayalanku mengenai hidup bahagia selamanya itu hanyalah omong kosong. Aku menjadi semakin menyesal karena dulu telah membuang kuliahku untuk menikah dengan laki-laki itu.

Mungkin itu arti dari mimpiku.

Sampai sekarang aku terus teringat pada masa-masa sebelum menikah. Kenapa kejadian itu selalu muncul dalam mimpiku? Apa artinya?

Matahari kuning telur mengalir melalui celah-celah di tirai dan masuk ke mataku.

Setelah bangun, aku membenamkan diriku ke dalam selimut yang hangat dan lembut. Aku mengusap sisa-sisa tidur dari mataku dan menatap cakrawala; cahayanya yang terang membentang di langit yang cerah.

Bangun bisa sangat menyebalkan, terutama jika mimpiku lebih baik daripada kenyataan.

Namun, bagian paling menyedihkan dari itu adalah bahwa bahkan ingatan mimpiku akan memudar. Kemudian aku pergi dengan perasaan lepas yang kesepian ini, dibiarkan menjelajah dalam kehampaan emosi.

Aku duduk, menyeret kakiku dari tempat tidur, dan menggosok buku-buku jari ke mataku. Aku merentangkan tanganku di atas kepala dan menguap. Aku menyaksikan kakiku menjuntai di atas karpet poliester putih.

Lihat selengkapnya