Kembali Lagi

Bla
Chapter #7

Kembali ke Sekolah

“Aku membencimu,” bentak Putri saat dia menungguku berganti pakaian.

Aku telah memutuskan aku akan kembali ke SMAku yang dulu, dan Putri akan menjadi ibuku.

Karena Putri memiliki kenalan orang dalam, maka aku dengan mudah telah terdaftar di SMA tersebut dan akan segera memulai hari pertamaku bersekolah besok.

Harus kuakui, Putri licik sekali. Dia bahkan berbohong mengenai prestasi-prestasiku.

Yah, meskipun dulu aku memang berprestasi tapi itu sudah sangat lama sehingga tidak berlaku lagi sekarang.

Maka dari itu, Putri terpaksa membuat beberapa penghargaan palsu agar bisa diberikan kepada SMA tersebut.

Syukurlah mereka memercayai kami dan menerimaku sebagai siswa di sana.

Kuambil pakaian yang ada di lemari: blazer hitam dengan celana panjang senada.

Saat berkaca, aku puas dengan penampilanku yang terlihat sangat professional dan seksi.

Astaga, tubuhku langsing sekali, aku benar-benar bisa menatap kaca untuk selamanya.

Putri, seperti biasa, mengenakan kaos berwarna merah polos dan celana jins berwarna gelap.

“Apa yang kau pakai itu?” bentaknya kesal.

Aku menatap celana yang kukenakan lalu melempar pandangan kesal ke Putri. “Apa? Ini keren, ini professional. Aku terlihat seksi, bukan?”

Aku berpose di depan kaca, benar-benar jatuh cinta pada penampilanku.

Dia tertawa terbahak-bahak. “Yang benar saja.”

Aku menggigit bagian bawah bibirku, padahal kukira penampilanku sudah keren.

“Dengar, jika kau ingin aku menjadi ibumu, aku tidak ingin memiliki seorang anak yang terlihat…konyol.”

“Aku tidak terlihat konyol,” aku berusaha menyangkal.

“Kau terlihat konyol,” ujarnya dengan raut wajah polos lalu mengeluarkan dompetnya. Dia mengaduk-aduk isinya lalu mengeluarkan kartu kredit unlimited miliknya.

Kartu itu berkilau di tangannya, seolah-olah ada cahaya putih terang benderang yang nyaris membutakan mata mengelilinginya, membuatnya nyaris tidak terlihat.

“Ayo, kita pergi shopping,” ajaknya.

“Yang benar saja,” keluhku kesal. Aku benci shopping. Hmm, tidak juga. Dulu saat aku masih cantik aku sangat senang pergi membeli baju baru di mall, tapi sejak aku menjadi gemuk dan keriput, aku tidak berani lagi.

Hei, sekarang aku sudah kembali cantik, maka aku harus mengembalikan rasa percaya diriku, bukan?

“Ya, ayo, cantik,” ujarnya sambil menyeretku keluar rumah, menuju mobil.

Mall yang kami tuju memiliki arsitektur yang hanya bisa diimpikan oleh sekolah dan rumah sakit.

Langit-langitnya berkubah lebih tinggi dari katedral mana pun dan terbuat dari kaca yang paling indah. Jalan setapak mengalir seperti anak sungai ke sungai utama orang, bukan sudut yang tajam untuk dilihat.

Baunya seperti surga dan lantai bersinar seperti permukaan danau saat matahari terbit.

Di latar belakang terdapat musik untuk menenangkan, mengalir lembut.

Itu adalah mall terbesar di kota ini.

Ada layanan antar-jemput dari ujung jauh dari tempat parkir ke pintu masuk dan outlet makanan tersebar di setiap lantai.

Ada pemandu belanja profesional yang tersenyum di setiap pintu masuk, selalu siap untuk bisnis yang lebih banyak.

Dari dulu Putri sangat suka berbelanja.

Dia menyukai mal ber-AC yang wangi.

Dia menikmati perhatian staf penjualan dan lalu mengais-ngais kain dan tekstur yang berbeda.

Dia menyuruhku mencoba sepatu dan topi baru, lalu menggoda para pelayan untuk memberiku make-over gratis dan kemudian mengajakku pergi ke spa untuk manikur.

Make over yang kusebut bukan hanya sekedar memperbaiki riasan wajahku, tapi memotong rambutku juga.

Selama ini aku jarang sekali ke salon dan aku membiarkan rambutku memanjang begitu saja. Sekarang, Putri meminta mereka memotong rambutku hingga sebatas bahu dan membuatnya menjadi bergelombang, benar-benar indah.

Dengan bentuk wajahku yang tirus serta muda ini, aku terlihat cantik sekali, aku nyaris tidak percaya.

Lalu kami mengunjungi nyaris semua toko pakaian yang ada dan mencoba semua yang ada. Aku sudah tidak mampu menghitung berapa kali dia menggesek kartunya, terlihat sangat puas.

Jujur saja, aku malah nyengir dan menikmati ini. Sudah lama sejak terakhir kali aku bisa berbelanja sepuasnya dan mencoba berbagai macam pakaian tanpa perlu memikirkan bentuk badanku.

Pakaian yang kami bawa pulang sangatlah modis dan aku nyaris tidak percaya aku akan mengenakan salah satu dari mereka besok.

Harus kuakui Putri adalah seorang yang gila belanja.

Dia lebih suka makan bubur selama sebulan penuh sehingga dia akan memiliki lebih banyak uang untuk berbelanja daripada makan teratur.

Di usianya yang sama denganku, dia tetap terlihat cantik. Tidak hanya itu, auranya sangat positif dan energik. Dia adalah orang yang penuh daya tarik. Bahkan saat tersenyum pun dia terlihat manis.

Tapi, aku tidak bisa memahami dirinya yang lebih memilih menghabiskan uang untuk belanja daripada membeli makanan yang enak.

Dasar sinting.

Aku bisa paham mengapa dia masih melajang sampai sekarang; itu karena dia masih hidup layaknya remaja, tidak ingin menerima kenyataan bahwa dia sudah dewasa.

Dasar. Setidaknya, dia membantuku menaikkan rasa percaya diriku.

“Nah, kalau seperti ini, kau cocok menjadi anakku,” ujarnya, membuatku mencubit pipinya.

Dia tertawa. “Kau akan menjadi primadona sekolah, lihat saja.”

Aku merasa semua akan berjalan lancar dengan kepercayaan diriku yang meningkat.

Lihat selengkapnya