Kembali Pulang

Anggri Saputra
Chapter #4

#4

Bram memasukkan motornya ke dalam mesjid terlebih dahulu. Sebab waktu maghrib itu pendek. 

Tak lama Bram pun sudah berada di dalam barisan jamaah, mereka dengan teratur mengikuti gerak imam. 

Setelah selesai mengucap dua kalimat salam, Bram pun berdoa agar diberikan petunjuk untuk menemukan Raden.

Selesai berdoa, Bram keluar dari mesjid. Dia tak langsung naik ke motor, dia berhenti sejenak untuk mengambil ponselnya. Namun niatnya menelepon Raden tak jadi dia lakukan, sebab teringat kebiasaan Raden yang suka mendatangi makan bapaknya.

Bram pun menepuk jidatnya sendiri.

"Lupa gue, ini kan jalan menuju kuburan. Tinggal lurus dan belok ke kiri, terus lurus lagi, baru belok ke kanan dan sampai deh. Raden pasti di sana!" Bram pun tersenyum.

Langkah Bram yang sebelumnya tak bertenaga karena bingung ke mana harus mencari Raden, kini lebih bersemangat sebab dia sudah bisa menebak ke mana temannya itu pergi.

***

Dari kejauhan Bram bisa melihat motor butut Raden yang parkir di depan sebuah warung. Warung itu menjadi satu-satunya warung yang buka dua puluh empat jam di area pemakaman umum. 

Karena waktu maghrib belum usai, jadi warung sepi dari pengunjung. Hanya ada Raden yang duduk seorang diri di dalamnya. 

Bram pernah malam-malam ke warung ini bersama Raden. Waktu itu jam sembilan malam dan suasana warung jauh lebih ramai. Kemungkinan para pengunjung itu para penziarah yang khusus menziarahi makam seorang kyai. 

Pernah Bram bertanya, mereka para penziarah itu sengaja berziarah ke makam kyai yang menjadi guru mereka semua. 

Kembali pada Bram yang sudah masuk ke dalam warung setelah memarkir motor di sebelah motor Raden.

"Lu ke sini juga!" Raden menatap Bram yang baru masuk.

"Tadinya gue bingung, lu pergi ke mana pas sampai di warung mie ayam Jagoan. Pas ingat, ya gue ke sini," terang Bram yang sudah duduk di depan Raden.

Mereka berdua duduk di bangku panjang yang bersebrangan dengan meja panjang berisi aneka macam jajan sebagai pembatas.

"Mau minum apa?" tanya Raden dengan suara aneh.

Bram tak menyadari itu, dia seharusnya heran karena nada suara Raden itu datar dan tak bergairah.

Lihat selengkapnya