18 Juni
Hujan kali ini memberi sisi petrichor yang berbeda. Kupandangi gundukan tanah yang bahkan tidak sampai setengah meter ini. Ingin rasanya aku meraung dan menangis setelah 7 hari lalu dia yang sangat aku sayangi memilih meninggalkanku. Oh bukan bukan dia yang meninggalkanku, hanya saja memang jalan takdirnya begitu bukan? Meninggalkan yang sudah menjadi garis takdir berbeda dengan yang meninggalkan dengan sengaja. Haha aku tersenyum miris melihat diriku sendiri. Aku yang tak mampu menjaganya atau ini memang sudah garisan takdir? Ntah lah aku juga masih belum benar-benar bisa mengikhlaskan untuk kali ini.
Membayangkannya saja aku tak sanggup bahkan takpernah terlintas, namun kenapa semua terjadi begitu cepat? Haruskah dia juga pergi dan aku kembali kehilangan? Tak cukup kah kehilangan-kehilangan yang lalu? Tak cukupkah? Bahkan ini lebih menyakitkanku, merasakannya ada dihariku, membayangkannya akan menjadi pelangi indah nantinya yang akan menemani kesendirianku, Mengabadikan seluruh tentangnya, memperjuangkannya dengan sendiri. Dan kini semua hanya tinggal angan dan kenangan? Kurang cukupkah aku pergi? Masih kurang pantas kah aku memiliki? Yang aku inginkan dan harapkan hanya dia. Namun, sekarang aku juga harus kehilangannya? Kenapa terlalu kejam, kenapa harus dia? Kenapa? Kurang bersyukurkah aku? Kurang baikkah aku hingga dia juga harus pergi? Kurang kah kata maaf yang sudah membuatku menelan pahit egoku sendiri? Yaa Rabb, apalagi ini? Aku takkan siap, aku takkan mungkin bisa kembali bangkit. Sayap yang ku jahit, bangkit yang kumulai dari merangkak, hilang. Bahkan tak ingin rasanya aku kembali, sayap yang kupersiapkan untuk bisa terbang kembali dan sekarang kembali patah. Inginku hanya untuk melihatnya dan bersamanya. Takbisakah berbaik hati sedikit saja, padaku untuk engkau kembalikan dia disisiku? Takbisakah kau biarkan aku memeluknya, melihat senyum dan canda tawanya? Atau jika tidak hanya memeluknya saja, iya hanya memeluk nya untuk yang terakhir kali, itu, itu saja. Aku Mohon.
Kehilangan terberat bukan hanya karna aku takbisa merasakannya lagi disisiku, bahkan untuk yang terakhir, hanya untuk yang terakhir aku tak bisa memeluknya, tak bisa melihat bagaimana rupa dan wajahnya, takbisa lagi aku berfikir semua yang aku perjuangkan akan berakhir dengan indah sesuai rencanaku yang hanya akan ada aku dan dia? tak bisa lagi ku ubah waktu untuk aku agar kembali dimasa dia masih disisiku dan menjadi hal terindahku.
Dastan Abimanyu - 10 Juni