"Apa.. Bagaimana.." Latisha tidak bisa berkata apa-apa.
"Mungkin ini sebuah karma karena aku membunuh orang yang salah." Mata merah itu menatap Latisha tajam, membuat Latisha seketika menunduk.
"Apa yang terjadi," Latisha memberanikan dirinya untuk bertanya dan Ia juga masih mengingat jelas apa yang terjadi sebelum Ia terbangun, "setelah aku meninggal."
"Apakah kau ingin tahu?" Tanya pria itu dengan nada dingin. Mendengar itu, Latisha justru merasa kesal.
"Aku berhak tahu.." Latisha berdiri dan berjalan ke arah air mancur, membelakangi Einhard. Ia tidak sanggup dengan pandangan Einhard yang sangat tajam memandanginya.
"Sepupumu memberi tahu kepada Willard bahwa aku mencoba membunuh seluruh keluarga Hildegard, kemudian Willard mengerahkan pasukan kerajaan dan Diana mengerahkan pasukan Hildegard untuk mengalahkan pasukan Veld," Einhard menatap punggung Latisha dan mengepalkan tangannya, "bagaimana mungkin pasukan Veld bisa menang dari dua pasukan itu, aku pun tewas bersama pasukanku."
"Apakah kau memang berniat membunuh seluruh keluarga Hildegard?"
"Ya!" Jawab Einhard spontan, Latisha kemudian membalikkan badannya memandang laki-laki berambut hitam itu.
"Kenapa?!"
Einhard mengernyitkan dahinya, Ia tahu Latisha salah memahami maksud dari jawabannya atau Ia justru salah menjawab pertanyaan gadis itu.
"Kau salah paham," Einhard menghampiri Latisha hingga mereka berhadapan, hingga jarak mereka satu sama lain hanya 20 cm. Tinggi mereka berbeda 20 cm tinggi Einhard sekitar 188 cm, Einhard terpaksa menundukkan kepalanya lagi untuk menatap mata Latisha. Kali ini Latisha tidak menunduk, Einhard dapat melihat bola mata berwarna biru langit sedang memandangnya dengan perasaan marah dan bingung.
"Keluarga pamanmu, yang mau kubunuh hanya keluarga pamanmu. Pamanmu merencanakan untuk menyerahkan pasukan Hildegard kepada keluarga kerajaan setelah Diana menikahi pangeran. Aku harus menghentikannya."
"Pamanku..?" Latisha merasa bingung, bukankah pamannya menjadi Duke Hildegard, tapi mengapa Ia menyerahkan pasukan Hildegard kepada keluarga kerajaan, bukan kah itu sama saja menjadikannya Duke kosong tanpa kekuatan.
"Apakah kau tahu alasan pamanku menyerahkan pasukan Hildegard ke keluarga kerajaan?" Latisha berharap penuh kepada Einhard untuk menjawab pertanyaannya. Einhard masih menatap gadis itu, kini pandangan gadis itu adalah pandangan penuh harapan. Einhard merasa gadis di hadapannya ini dapat menyampaikan seluruh perasaannya dengan mata birunya itu.
"Tidak, aku baru tahu pamanmu merencanakan semua itu setelah gelar bangsawanmu dicabut, aku merasa ada yang tidak beres dengan pencabutan gelarmu jadi aku mencari tahu alasan sesungguhnya. Aku hanya tahu gelar bangsawanmu dicopot agar pamanmu dapat menjadi Duke Hildegard. Aku telah mencoba mencari informasi lebih dalam, namun semua bukti seperti telah dihapus seseorang..."
Mata Latisha terbelalak. Mengapa serumit ini, siapa yang menghapusnya, pamannya bukanlah orang yang cerdik untuk melakukan hal itu. Apakah ada seseorang di belakang yang menggerakan pamannya.
"Latisha von Hildegard," tangan Einhard menyentuh dan menggenggam lengan Latisha, membangunkan Latisha dari lamunannya, "aku minta maaf tidak mengetahui hal ini lebih dalam dan aku minta maaf telah salah membunuhmu."
Latisha menatap Einhard, Ia melihat dua bola mata merah yang memandangnya dengan pandangan bersalah, Ia juga mendengar suara rendahnya memohon maaf dengan lembut. Latisha tidak menyangka orang yang membunuhnya adalah orang yang baik seperti ini.
"Karenamu, aku bisa berdiri di sini sekarang, lagipula kau juga telah mendapatkan karmamu. Tentu aku memaafkanmu." Latisha menerima maaf Einhard, lagipula Einhard bukan salah satu orang yang membuatnya menderita, justru Ia membantu penderitaannya berakhir.
"Syukurlah.." Ucap Einhard dengan senyuman lembut yang membuat Latisha terpukau, bagaimana pun juga Einhard adalah salah satu laki-laki primadonna di kerajaan karena memiliki wajah yang tampan dan status seorang Duke.
Einhard melepaskan genggamannya di lengan Latisha. Namun, Latisha sekarang yang menarik ujung baju lengan Einhard.
"Duke Veldemar! Apakah kau tahu siapa yang membunuh kedua orang tuaku di kehidupan sebelumnya?" Latisha bertanya tanpa ragu-ragu. Einhard ingin tertawa melihat gadis itu, awalnya Ia sangat gemetar melihatnya dan sekarang Ia sudah berani meninggikan suara untuk memanggil namanya.