"Latisha!!" Panggil seorang gadis cantik berambut coklat sama seperti Latisha, hanya saja matanya berwarna hijau terang. Gadis itu adalah Diana, sepupu satu-satunya Latisha, gadis yang terlihat polos dan selalu ceria tersebut selalu disayangi semua orang tidak terkecuali Latisha yang dulu.
Latisha hendak memasuki ruangan pesta dansa, namun terhenti sejenak mendengar suara Diana. Di kehidupan yang lalu, Latisha dan Diana masuk ke ruang pesta dansa bersama-sama. Latisha dan Diana sama-sama mengenakan gaun berwarna merah, sehingga banyak orang yang bingung yang mana Latisha yang mana Diana. Mereka juga membandingkan mereka, karena raut wajah Latisha sangat mirip ibunya yang dingin dan datar, seakan-akan Latisha adalah gadis yang angkuh. Berbeda dengan Diana yang raut wajahnya sangat ceria, ditambah lagi muka mungil dan senyum kecil menghiasi wajahnya. Semua orang tentu akan berbicara bagus tentang Diana dan berbicara buruk tentang dirinya. Latisha menatap Diana dengan tatapan merendahkan.
"Ada apa, Diana?"
"Apakah kau takut untuk masuk ke dalam sendirian? Tenang saja, aku akan menemanimu! Aku sudah izin tadi dengan paman Icarus."
'Takut?' Latisha tersenyum mengejek.
"Tidak, aku tidak takut."
"Ta.."
"Aku akan masuk duluan, kau tidak perlu berjalan bersamaku!" Perintah Latisha dengan suara yang dingin dan datar. Walaupun sekarang Ia tidak peduli dengan pandangan orang lain tentang dirinya, tetap saja berjalan bersamaan dengan Diana membuat dirinya merasa muak.
Latisha melengos pergi meninggalkan Diana dan membuka pintu ruangan pesta dansa, semua orang menatap gadis bergaun biru dengan rambut terurai. Penjaga keluarga kerajaan menyebut nama Latisha, baru setelah itu Diana di belakang Latisha ikut masuk ke dalam ruangan pesta dansa. Tapi semua mata sudah tertuju lebih dahulu pada Latisha, sehingga ketika Diana masuk semua orang sudah tidak peduli. Latisha berjalan ke arah ayahnya, sambil berbicara, "ayah..apakah hari ini ayah akan menjadi partner dansaku?" Duke Hildegard kaget mendengar permintaan Latisha biasanya Willard yang selalu menjadi partner dansa Latisha karena sedari kecil mereka selalu menjadi partner dansa di tiap acara. Ayah Latisha tetap senang dengan permintaan anaknya, sedangkan pangeran Willard yang sedang mengobrol dengan Duke Hildegard kaget dengan permintaan Latisha. Terlebih lagi Latisha tidak menyapa dan memberi salam kepadanya. Aneh sekali.
Latisha akhirnya berdansa dengan ayahnya, berbeda dengan yang lalu dimana Ia berdansa dengan Willard. Latisha sebenarnya hanya menganggap Willard sebagai teman dekat dan teman masa kecil, tetapi semua orang selalu mencocokan dirinya dengan Willard. Bahkan banyak gosip yang mengatakan bahwa Latisha yang akan menjadi putri mahkota, latar belakang Latisha yang merupakan anak Duke dan Duchess Hildegard sudah sangat mendukung pencalonannya menjadi calon putri mahkota. Tiba-tiba Latisha menyadari mengapa dirinya belum juga bertunangan dengan Willard, padahal Ratu dan Raja sering sekali mengatakan bahwa Latisha cocok menjadi putri mahkota.
"Ayah.."
"Hmm.." Duke Hildegard serius berdansa dengan anaknya, terakhir kali Ia berdansa dengan anaknya adalah ketika anaknya sedang berlatih berdansa.
"Mengapa aku tidak memiliki tunangan, yah?" Duke Hildegard hampir saja tersandung karena konsentrasinya pecah saat Latisha menanyakan hal itu.
"Latisha.. Mengapa tiba-tiba kau menanyakan hal itu di saat seperti ini?"
"Apakah ayah tidak mendengar orang-orang berbisik bahwa aku akan berdansa dengan pangeran Willard karena aku calon tunangannya?" Duke Hildegard memegang erat tangan Latisha, namun Ia diam tidak menjawab apapun.
"Ayah.. Umurku sudah 16 tahun aku berhak tahu."
"Tidak sekarang.. Besok pagi pada saat kita berlatih pedang ayah akan jelaskan." Latisha mengangguk, Latisha tidak menduga bahwa pertanyaannya adalah pertanyaan serius. Tadinya Ia hanya penasaran dan pertanyaan itu adalah pertanyaan yang mendadak muncul di pikirannya.
Setelah berdansa dengan ayahnya, Latisha tidak berdansa dengan siapapun lagi, Ia menyambut para tamu yang hadir. Ia juga menyadari bahwa di kehidupannya Ia tidak memiliki teman dekat, hanya orang-orang yang berusaha dekat karena statusnya. Orang-orang itu tidak akan menolong dirinya ketika Ia terjatuh nanti. Latisha menghela napas panjang.
"Latisha." Latisha menengok dan melihat Willard sedang menghampirinya.
"Ada apa, Pangeran?" Mendengar Latisha memanggilnya Pangeran membuat Willard curiga ada suatu hal terjadi pada Latisha. Latisha selalu memanggil dirinya Willard, Willard juga memanggil Latisha dengan nama depannya.