Kembang Berdendang

Omius
Chapter #9

Suami Benalu

Kembali Kamini menjalankan rutinitas kesehariannya, menjemput Lala pulang sekolah. Lagi-lagi Taman Widya menjadi lokasi favoritnya menunggu. Duduk di bangku taman yang menghadap kerumunan tanaman bunga lavender, entah kenapa tangannya senantiasa gatal untuk menyirami. Padahal tiada dirinya berencana hendak mengamati getar rambut-rambut halus di sekejur daun bunga lavender, yang menurutnya penyebab dendang suara seorang nenek mengumandang.

 “Kayaknya oma-oma Belanda yang bernyanyi,” desisnya. Baru saja dendang suara misterius itu terdengar di telinganya.

Telinganya tengah menyimak dialek si nenek dalam dendang suara bunga lavender. Mendapatkan begitu fasihnya si nenek mengucapkan kata-kata Belanda dalam lirik lagu, sepertinya tidak salah bila Kamini menudingnya orang Belanda asli. Apalagi lagu yang disenandungkan si nenek memang lagu lawas era Hindia Belanda. 

Tengah asyik menyimak dendang suara bunga lavender tahu-tahu bola matanya berpaling. Barusan sewaktu menengok sebentar ke bangunan sekolah putrinya, tak sengaja ia melihat mobil suaminya melintas di jalan depan sekolah.

Masih cukup banyak tentunya pemilik vios hitam di negeri ini, sedangkan mobil tersebut termasuk keluaran lama. Meski begitu Kamini telah memastikan vios hitam yang melintas itu memang kepunyaan suaminya. Kebetulan laju mobil perlahan sekali begitu memasuki area depan sekolah.

Bola matanya kembali membuktikan ketajamannya. Kaca mobil yang dilapisi film tak kuasa menahan sorot bola matanya. Suaminya tertampak jelas sedang membawa vios hitam itu.

“Tanpa diminta olehku, gak bakalan Mas Has berani jemput Lala lagi. Mas Has pasti cuma numpang lewat saja, mungkin tengah diminta atasannya untuk tugas keluar,” desisnya lagi. Tiada dirinya sampai harus mempertanyakan, kenapa di waktu jam kantor suaminya malah keluyuran begini.

 Tapi, sejurus kemudian Kamini lumayan dikejutkan oleh pandangan bola matanya juga. Kiranya suaminya tidak seorang diri di dalam mobil. Suaminya ditemani seorang perempuan di jok depan!

Sama sekali dirinya tidak mengenali perempuan yang mengenakan kerudung warna ungu, layaknya warna bunga lavender di depannya. Sedangkan suaminya selama ini─khususnya setelah menikah dengannya─ tak pernah berani mengajak lawan jenis berduan dalam mobil. Suaminya telah berkomitmen untuk selalu menjaga jarak dengan perempuan, sekalipun itu rekan satu kantor.

Menariknya, meski cukup dikejutkan oleh penampakan suaminya bareng perempuan lain di dalam mobil, namun Kamini enggan untuk seketika meriang. Emosinya masih tetap terjaga baik. Ia masih saja berpikir positif. Terlebih perempuan berkerudung ungu itu sepertinya tengah mengandung.

Mungkin pas di jalan Mas Has enggak sengaja bertemu teman lamanya. Enggak tega lihat kondisi teman lamanya yang tengah hamil besar sedang sendirian mencari alamat, Mas Has lalu berinisiatif memberi tumpangan. Terus mengantarkannya ke alamat tujuan.

Sedan vios hitam akhirnya berlalu dari pandangan matanya. Demikian pula dengan penampakan suaminya yang tengah berduaan dengan seorang perempuan hamil, sama-sama telah berlalu pula dari tanda tanya di benaknya. Kembali segenap isi kepalanya tertuju lagi pada kerumunan bunga lavender di depannya.

Sudah tidak terdengar lagi senandung suara si nenek. Malah berganti sayup suaranya yang berbisik-bisik. Tampaknya Kamini tengah berkata-kata sendiri, atau mungkin hendak mengajak mengobrol bunga lavender di depannya. Sepertinya ia meminta bunga cantik itu untuk mengeluarkan tanda-tanda, atau kode apa pun yang kiranya dapat dipahaminya. Ia sangat berharap, tanaman hias di depannya ini berkenan mengungkap pesan yang hendak disampaikan padanya.

Menyebalkan, yang diminta sepertinya tak paham bahasa manusia. Walau bunganya lalu tampak terus bergerak-gerak melambai, namun Kamini tahu gerak tersebut bukanlah respons atas permintaannya, melainkan hanya dampak dari embusan angin.

“Atau, jangan-jangan justru akunya sendiri yang enggak paham bahasa tumbuhan.”

Kali ini Kamini tak lagi berbisik-bisik, tapi sudah sampai berkata-kata selayaknya orang mengobrol. Beruntung di sekitarnya tiada terlihat pengunjung taman, sehingga dirinya terhindar dari bahan tertawaan orang yang melihatnya.

Satu menit kemudian bola matanya menemukan lagi sedan vios hitam. Cepat sekali suaminya mengantarkan perempuan hamil itu. Tahu-tahu mobil suaminya telah kembali menampak di depan bola matanya. Malah mobil suaminya seperti menyengajakan diri mampir ke Taman Widya. Terlihat mobil suaminya yang memilih parkir di dekat sekolah Lala.

Sesuai pendapatnya tadi, terbukti suaminya hanya bermaksud mengantarkan perempuan hamil itu. Kamini mendapati bila suaminya sekarang hanya seorang diri di dalam mobil. Namun, yang kurang dimengertinya adalah sebab suaminya mesti mampir dulu ke Taman Widya. Mau sekalian menjemput pulang Lala?

“Untuk saat ini Mas Has akan pikir-pikir dulu jemput Lala, terlebih aku tidak memintanya. Mas Has pastinya masih gerah karena aku terus-terusan menyentilnya ketiduran di mobil. Lagian Mas Has semestinya tahu kalau aku lagi nunggu Lala pulang di Taman Widya,” gumamnya.

Penasaran Kamini lantas memilih beranjak dari bangku taman, lalu melangkah pergi untuk menyambangi mobil suaminya. Baru setengah jalan terlihat suaminya keluar mobil. Suaminya lalu berdiri menyandar pada mobil sembari terus memandangi dirinya.

“Mas Has kenapa harus jemput Lala segala, kan aku sudah nunggu di Taman Widya?” tanya Kamini begitu menghentikan langkah kaki tepat di depan suaminya.

Lihat selengkapnya