Hilang.
Aku sekali lagi merogoh saku mantel. Ransel segera kuturunkan dari punggung dan membongkarnya. Semua barang sudah di luar. Namun, kunci itu sama sekali belum kutemukan. Aku berdebar sekali. Keringat dingin mengalir di pelipisku. Ini Kali pertama aku kehilangan sesuatu di Amerika. Sejak berangkat ke sini untuk kuliah, aku sudah berjanji kepada almarhum ibuku untuk menjaga barang-barang dan segala apapun yang dekat denganku baik-baik. Dan ini yang membuatku nyaris pusing memikirkan segala kemungkinan yang terjadi.
Apa aku melupakan kunci itu di suatu tempat?
Tidak. Kunci itu selalu ada di saku mantelku. Di bagian dalam yang memiliki resleting. Tidak mungkin terjatuh juga. Aku terhenyak di depan pintu apartemen. Aku kehilangan cara berpikirku. Mendadak aku seperti tidak tahu menahu apapun.
Aku memasukkan barang-barangku ke dalam ransel kembali. Kuambil ponsel dan mencari nomor pemilik apartemen sewaan ini. Percakapan berlangsung singkat. Kunci akan diberikan oleh security yang bertugas di gerbang depan.
Masih dengan rasa tidak percaya. Aku tertunduk bersandar pintu. Aku kehilangan sebuah kunci. Tubuhku serasa lemas dengan kesadaran terombang-ambing. Aku orang yang teliti, dan pemerhati. Bagaimana ini bisa terjadi? Apa seseorang mengambilnya dariku? Apakah Keyla? Atau Arga? Atau Alanza? Atau beberapa teman yang kutemui hari ini?
Rasanya tidak sama sekali. Aku bahkan sadar tidak ada yang mendekatiku dengan gerak gerik mencurigakan. Semuanya tampak biasa saja. Peluh menetes di keningku. Aku sudah dua tahun di sini. Sekarang pun sudah dekat semester akhir. Kemungkinan ini tahun terakhirku di sini.
Kenapa bisa...