Seharian Oryza hanya berdiam diri di kamarnya, karena neneknya melarang untuk keluar, selain karena kondisinya yang belum sehat betul, karena sebenarnya neneknya khawatir, kalau Oryza akan membuat ulah lagi.
Berulang kali Oryza meyakinkan neneknya kalau dia tidak akan mengulangi kesalahan yang sama, karena dia kapok.
Tapi tetap saja neneknya tidak percaya, dan usaha kakeknya untuk membantu Oryza, tidak membuahkan hasil, selain, Oryza akhirnya berdiam diri di kamarnya yang sebenarnya cukup luas, serta dengan jendela kamar yang menghadap jalan setapak, membuatnya bisa melihat orang-orang berlalu lalang.
Tidak ada yang menarik sepanjang pagi, yang Oryza lihat hanya lalu lalang ibu-ibu yang pulang belanja, dan ada juga bapak-bapak yang baru pulang dari menyadap karet.
Rutinitas yang jarang Oryza lihat di lingkungan tempat tinggalnya, karena semua orang sibuk dengan dunia mereka sendiri, dan sibuk mencari pengakuan dunia, siapa yang lebih kaya tentunya.
Pandangan Oryza tertuju kepada seorang perempuan muda yang menurut perkiraan Oryza mungkin saja masih SMA sedang berjalan dengan seorang anak kecil yang sedang menangis, dan nampaknya karena menginginkan sesuatu, tapi tidak dibelikan, seperti kelakuannya saat kecil dulu, itu yang sering ibunya ceritakan, bagaimana ribetnya jika mengajaknya pergi berbelanja.
"Cantik" gumam Oryza sembari mengamati wajah perempuan muda tersebut, dan sejujurnya Oryza kasihan melihat bagaimana kesulitannya perempuan muda tersebut menenangkan anak kecil yang masih saja terus menangis.
Ketika melihat perempuan muda tersebut mematahkan ranting kayu yang sebenarnya ukurannya kecil, dan kemudian hendak ia pukul ke tubuh anak tersebut, Oryza bergegas keluar dan kemudian meraih anak tersebut, sehingga membuat dia yang akhirnya menerima pukulan tersebut.
"Kamu siapa?" tanya perempuan muda tersebut heran, sementara tangannya masih memegang ranting kayu.
"Buang dulu ranting kayu yang ada ditangan mu" ujar Oryza dengan nada memerintah.
"Minggir kamu, jangan suka ikut campur urusan orang lain" ucap perempuan muda tersebut yang terlihat mencoba menahan amarahnya.
"Tadinya aku nggak mau ikut campur dengan urusan orang lain, tapi apa yang kamu lakukan, tidak baik, ada cara lain untuk menegur dan menasehati anak kecil, selain dengan cara kekerasan, buat kamu, setelah kamu memukulnya, mungkin amarah mu hilang, tapi untuk anak ini, seumur hidupnya, dia akan mengingatnya" ucap Oryza yang masih memeluk anak kecil tersebut, dan diluar dugaan, anak tersebut juga memeluk Oryza sembari menangis sesenggukan.
"Apa yang membuatmu kena marah, adik kecil?" tanya Oryza.
"Ikan Cupang, ibu nggak mau beliin" ucap anak tersebut, yang membuat Oryza cukup terkejut, karena tadinya ia kira hubungan antara perempuan muda dan anak kecil tersebut adalah kakak dan adik, tapi ternyata dia salah duga.
Oryza memeriksa saku celananya, mencari-cari siapa tahu ada uang yang didalamnya, dan benar saja, ada selembar uang 20 ribuan, yang kemudian ia berikan kepada anak tersebut.
"Ajak ibumu, untuk membeli ikan cupang yang kamu mau" ucap Oryza, anak tersebut terlihat kegirangan, dan kemudian berlari ke arah perempuan muda tersebut, yang dari raut wajahnya terlihat menunjukkan kesedihan.
"Balikin uangnya" ucap perempuan tersebut memberi perintah kepada anaknya.
"Nggak mau, mau beli ikan cupang" ucap anak kecil tersebut sembari menggenggam tangan perempuan muda tersebut dan menyeret-nyeretnya, mengajak ke pasar.