Oryza mengambil cuti dari pekerjaannya, selain untuk menyegarkan otak, sebenarnya juga untuk mengobati patah hatinya, yang gagal menikah, karena permasalahan sengketa tanah antara kedua orangtuanya dan juga calon mertuanya.
Permasalahan awalnya adalah ketika tanah tersebut dibeli oleh kedua orangtuanya Oryza, jauh sebelum Oryza lahir, serta keadaan saat itu, belum tersentuh modernisasi seperti sekarang ini, dan letak tanah tersebut tidak jauh dari kediaman kakek dan neneknya di kampung, yang merupakan orang tua angkat dari ayahnya.
Dibeli tanpa adanya surat menyurat resmi, karena kendala jarak tempat untuk mengurusnya yang jauh dan jadilah hanya bepatokan dengan sebuah kayu yang menurut si penjual itu adalah batasnya, dan perjanjianya setelah selesai pembayaran, surat menyurat baru akan di urus, tapi ternyata, sebelum dibeli oleh orang tua Oryza, tanah tersebut sudah dibeli oleh orang lain, jadi secara tidak langsung, kedua belah pihak sebenarnya ditipu oleh anak pemilik tanah tersebut.
Tapi diantara kedua belah pihak, tetap menginginkan tanah tersebut, dan sama-sama mengklaim kepemilikanya, dan karena ayah Oryza yang memiliki bukti pembayaran berupa kuitansi, jadi dia merasa dialah pemilik yang sah, sesuai ketentuan rapat kampung saat itu.
Tapi pembeli kedua juga tidak mau kalah, dia mengatakan akan berusaha mencari orang yang sudah menipunya, sampai kapanpun dan di manapun orang tersebut berada, agar orang tersebut bersaksi kalau dia juga memiliki tanah tersebut, karena memang secara tertulis tidak memiliki bukti kepemilikan, jadi untuk sementara dia mundur dari memperebutkan tanah tersebut.
Kenapa kedua orangtuanya sangat menginginkan tanah tersebut, karena letaknya strategis dan juga subur, setelah ditanami padi, bahkan dari sawah tersebut pulalah yang membuat kehidupan keluarga Oryza dari yang tadi hanya keluarga kecil yang sederhana, berubah menjadi pengusaha di bidang pengadaan beras, dan itulah mengapa kedua orangtua Oryza sampai memberikan nama ilmiah padi kepada anaknya, untuk mengenang masa-masa sulit mereka dulu.
Disaat usaha keluarga semakin membaik, dan juga berkembang, ternyata sengketa tanah yang sempat terlupakan, muncul kembali kepermukaan, karena akhirnya si pembeli kedua, menemukan orang yang sudah menipunya, tapi tetap saja, ayah Oryza tidak ingin memberikan tanah tersebut, dan bahkan mengatakan akan mengganti semua kerugian yang ditimbulkan selama ini.
Padahal tanah tersebut sudah tidak lagi digunakan untuk sawah, dan kini berubah menjadi tanah tidak terurus, karena sudah tidak subur seperti dulu lagi.
Tapi karena kedua belah pihak sama-sama tidak ingin mengalah, akhirnya karena hal itu pulalah masalah sengketa tanah tersebut akhirnya justru berlanjut sampai ke generasi kedua, dan usut punya usut, ternyata di tanah yang saat ini sudah tidak lagi digunakan sebagai sawah, terdapat kandungan bauksit di dalamnya, tapi hal tersebut belum dipastikan kebenarannya dan itulah juga yang membuat ayah Oryza tidak ingin melepaskan tanah tersebut, karena jika sampai benar ada kandungan bauksit di bekas sawah tersebut, dan jika pertambangan bauksit dibuka di area tersebut, tentunya akan menimbulkan kerusakan untuk hutan yang sangat parah.
Karena memilih keluarga dari pada cinta, Oryza dan kekasihnya yang bernama Zea Hanna, memutuskan untuk mengakhiri hubungan keduanya, meskipun sebenarnya, keduanya masih sama-sama cinta.
Karena patah hati dan kecewa dengan kedua orang tuanya, yang masih saja mempermasalahkan soal sengketa tanah, padahal sebenarnya hal tersebut sudah lama berlalu, dan menurut Oryza, seharusnya diselesaikan saja secara kekeluargaan, tapi yang ada, justru berbuntut panjang, meskipun ayahnya sudah menjelaskan alasan kenapa dia tidak bisa menyerahkan tanah tersebut, tapi nampaknya karena sudah terlanjur patah hati dan kecewa, Oryza tidak memperdulikan maksud baik dari ayahnya tersebut.
Terkadang Oryza tak habis pikir dengan kisah cintanya, kenapa yang terkena apesnya harus dirinya dan Zea, yang tidak mengetahui hal tersebut.
Tapi karena permasalahan tersebut, membuat keduanya membatalkan semua rencana yang sudah tersusun rapi, mulai dari bagaimana nanti bentuk undangan, souvernir dan bahkan Zea sudah merancang gaun pengantin yang akan dia pakai dihari bahagianya tersebut.