Menjelang dewasa ujian selalu menerpanya dan semakin hari semakin buruk setelah ditingglakan ayah dan ibunya. Menurut cerita, Rabi’ah al-Adawiyah adalah anak yang paling siap mental dan fisiknya dibanding dengan ketiga sauda- saudaranya yang lain untuk hidup mandiri. Akan tetapi Rabi’ah sering menangis karena teringat kedua orang tuanya. Namun tak jarang juga ia menangis tanpa sebab yang pasti. Pernah pada suatu sore setelah pulang dari sungai Rabi’ah menangis tersedu-sedu. Kemudian kakaknya Abdah menegurnya:
Abdah : Apa yang sedang engkau sedihkan Rabi'ah ?
Rabi’ah : Tak tahulah aku, namun aku merasa sedih sekali ( Rabi'ah terus menangis
disela- sela tangisan-nya ia berkata)
Aku merasakan suatu kesedihan yang aneh sekali Tak tahulah aku apa sebabnya
Seolah-olah ada suatu jeritan yang sangat dalam dari lubuk hati-ku
yang menyebabkan aku menangis bagaikan ada suatu munajat didalam pendengaran ku yang