Rabi’ah al-Adawiyah telah dewasa dalam pertapaan dan tidak pernah sekalipun ia berpikir untuk berumah tangga. Bahkan Rabi’ah akhirnya memilih untuk hidup zuhud, menyendiri dan menghabiskan waktu hanya untuk beribadah kepada Allah Subhanu wa ta’ala. Rabi'ah telah terkenal karena kecerdasan dan ketaatannya ke pelosok negeri, sehingga ia menerima banyak lamaran untuk menikah. Di antara mereka yang melamarnya adalah Abdul Wahid bin Zaid, Muhammad bin Sulaiman al-Hasyimi, dan juga seorang Gubernur yang meminta rakyat Basrah untuk mencarikannya seorang istri dan penduduk Basrah bersepakat bahwa Rabi'ah al-Adawiyah adalah orang yang tepat untuk Gubernur. Riwayat lain juga menyebutkan bahwa Hasan al-Bashri, juga ingin meminang- nya.
Namun, hal itu masih diragukan kebenarannya mengingat Hasan al-Bashri meninggal sebelum meninggalnya Rabi'ah. Rabi'ah al-Adawiyah menolak seluruh lamaran tersebut dan memilih untuk tidak menikah. Sejumlah literatur meng- gambarkan bahwasanya Rabi’ah al-Adawiah tidak pernah menikah sepanjang usianya yang lebih kurang 90 tahun. Tidak dapat dipungkiri jika ada diantara literatur lain yang menyebutkan bahwa Rabi’ah pernah dinikahi oleh Abdul Wahid Ibn Zaid. Akan tetapi, Rabi’ah yang dimaksud bukanlah Rabi’ah al-Adawiyah. Melainkan Rabi’ah al-Damsyidi karena perempuan tersebut memang termasuk wanita sufi yang disebutkan oleh sejarawan sederetan dengan Rabi’ah al-Adawiyah. Salah satu riwayat menyebutkan ketika Rabi’ah ditanya oleh seseorang?
Sesorang bertanya : Kenapa tidak menikah?
Rabi’ah menjawab : Ikatan perkawinan berkenaan hanya dengan wujud (jasad)
Adakah wujud dalam diri- ku?
Aku adalah bukan milik-ku Sendiri, melainkan aku adalah milik-Nya
Sesungguhnya dalam hati-ku Tidak ada lagi ruang yang ditempati untuk menyimpan rasa cinta
kepada selain Allah
Pernah suatu waktu Abdul Wahid bin Zaid datang untuk melamarnya. Abdul Wahid bin Zaid adalah seorang yang terkenal kezuhudan dan kesuciannya, Abdul Wahid bin Zaid merupakan pendiri salah satu dari Jamaah Pemondokan Basrah pada tahun 793 M. Akan tetapi Rabi’ah tidak menerima lamarannya tersebut, justru Rabi’ah malah menjauhkan diri darinya dan berkata:
Wahai laki-laki sensual Carilah perempuan sensual lain yang sama dengan-mu, Apakah engkau melihat adanya satu tanda sensual dalam diri-ku ?
Hasan Bashri yang dalam sebuah Majlis Para Sufi mencoba mendesak Rabi’ah agar memilih seorang diantara para sufi untuk dijadikan suami. Pada saat itu terjadilah dialog antara Rabi’ah, para sufi dan Hasan al-Bashri. Dialog tersebut menyuruh Rabi’ah agar memilih diantara para sufi tersebut untuk dijadikan suami. Kemudian Rabi’ah menjawab:
Rabi’ah menjawab : Ya baiklah, siapa diantara kalian yang paling pintar yang memungkinkan aku untuk ku jadikan suami ?
Para sufi : Hasan Bashri-lah yang paling pintar diantara kami semua