Mobil melaju begitu santai menuju ke rumah sakit, Sien pun terheran “Loh untuk apa kita kerumah sakit Ken?”, “Iya sebentar ya Sien, aku ada urusan.” Ucapku. Sien pun semakin terheran karena tidak biasanya Ken membawa dia ke rumah sakit selain ada yang sakit dari keluarganya. “Aku ikuuutt!!” ucap Sien dengan muka yang masih heran. Ken dan Sien pun berjalan menuju lorong rumah sakit, dan tak terasa mereka tiba didepan ruangan dokter Fadli. Dokter Fadli merupakan salah satu dokter spesialis jantung yang ada di rumah sakit tersebut. “Sore dok.” ucap Ken. “Heyy Ken ayo duduk kesini, datang dengan siapa hari ini?” ucap dokter Fadli, “Ohiyaa kenalin dok, ini Sien calon istri aku.”, “Haloo dok salam kenal.” ucap Sien dengan muka yang memerah salah tingkah karena ulah Ken yang menyebutnya sebagai calon istri. “Gimana Ken jantung kamu? Apakah sejauh ini membaik dengan pacemaker yang menempel ditubuh kamu itu?” bicara dokter Fadli. Sontak ucapan dari dokter Fadli membuat Sien terkejut, bagaimana bisa orang yang setahun ini selalu bersama dengannya memiliki masalah pada jantungnya, bahkan dia tidak menceritakan apa-apa terkait sakit yang dideritanya itu. “Jadi ini alasan Ken yang selalu membawa inhaler di sakunya karena ia bermasalah pada pernapasannya.” bicara Sien dalam hati.
Selepas Ken konsultasi dengan dokter Fadli, Ken dan Sien kembali menuju mobil. Sesampainya di mobil Sien langsung marah dan mengintrogasi beberapa pertanyaan kepada Ken “Ko kamu gapernah cerita kalau ada masalah sama jantungmu? Kita udah setahun loh bersama Ken, dan kamu gapernah menceritakan sedikit pun apa yang terjadi kepadaku?!” ucap Sien kesal dengan nada tingginya. “Kamu mau kemana Sien sekarang? Ayo kita jajan ice cream? Atau kamu mau minuman matcha kesukaanmu itu?” Alih-alih menjawab pertanyaan Sien, Ken justru mengalihkan obrolan tersebut dengan rasa yang belum siap jikalau dia harus cerita semuanya ke Sien. “Jelaskan Ken apa yang sebenarnya terjadi dengan kamu? Apa kamu tau tadi aku se khawatir apa setelah mendengar apa yang dikatakan oleh dokter Fadli?!” Sien mulai meneteskan air mata, ia nangis karena melihat bahwa kekasihnya mempunyai penyakit yang bahkan bisa merenggut nyawa kekasihnya itu. “Ayo aku bawa kamu ke suatu tempat dan aku akan menjelaskan apa yang terjadi sebenarnya.” Ucap Ken.
“Jangan menangis wahai wanitaku, percayalah aku tidak menyembunyikan ini semua dari mu, namun aku belum siap untuk menceritakan ini kepadamu, aku akan baik-baik saja, dan akan selalu terus bersamamu sampai nafas terakhir di diriku ini, Sienna Willa.” Ucap Ken dalam hati dengan mengusap air mata yang mengalir di pipi dari kekasihnya itu.