Ken Hartigan

Neil E. Fratér
Chapter #8

#8 Hari Bersama Sien

“Pagiii Kennn!!” sapa Sien, “Ayoo bangun aku mau menagih janjimu, kemarin kamu berjanji mengajak aku jalan-jalan ke taman dekat sini.” Ucap Sien, ya memang kemarin Ken sempat berjanji kepada Sien untuk mengajaknya jalan-jalan ke taman dekat sini.

Pagi hari ini, Ken terbangun dengan suasana hati yang bagus. Bagaimana tidak, ia dibangunkan oleh suara seseorang yang ia cintai, sebuah momen yang sangat langka. Tak lama membangunkan Ken, mereka berdua pun turun kebawah untuk sarapan, karena bunda sudah memanggilnya sedari tadi. “Ken, sehabis sarapan kamu mandi dan ajak Sien jalan-jalan keluar, Kai dan Axel biarkan saja dulu mungkin masih kecapean dia.” Ucap bunda, “Iyaaa nda siapp laksanakann.” Ucap Ken.

Selepas sarapan dan mandi, Ken memenuhi janjinya yaitu mengajak Sien jalan-jalan ditaman sekitar rumahnya, karena kondisi Ken yang belum bener-bener fit, mereka hanya jalan-jalan didekat sini saja.

Belum setengah perjalanan, nafas Ken sudah terengah-engah. “Kenn, kamu gapapa? Apa kita balik aja kerumah?” menyadari hal tersebut Sien bertanya kepada Ken. “Tidak apa-apa Sien, jantungku berdetak ini bukti senangnya aku kehadiran kamu disini Sien” ucap Ken sambil menunjukan letak jantungnya. “Kennnn, jangan bercanda!” Sien yang tadi terlihat khawatir justru malah salah tingkah setelah Ken berbicara seperti itu. Sien mengajak untuk istirahat dulu sebentar, sembari menunggu nafas Ken stabil untuk lanjut jalan.

Nafas Ken mulai tidak beraturan, untungnya ia bawa inhaler sebagai penangan pertama. Setelah hampir 15 menit jalan, mereka akhirnya sampai pada tempat tujuan. Tempat yang sejuk dan cocok untuk bermesraan dengan sang kekasih. Ken yang nafasnya masih belum beraturan pun sejenak mulai membaik, dengan udara yang sangat bagus dihirupnya.

Tidak ingin ketinggalan momen, Ken dan Sien berfoto bersama untuk mengabadikan momen berharga dalam hidupnya. Apalagi ditambah pemandangan yang sangat bagus, membuat hasil foto mereka berdua itu sangat mahal.

“Apakah kamu pernah berpikir, bahwa kita berdua bisa menjadi pasangan?” Ken membuka obrolan, “Aku selalu berpikir untuk kehidupan bahagia di masa depan, dan kebetulan aku ketemu kamu yang membuat kehidupan itu semakin menjadi bahagia.” gumam Sien sembari tersenyum mengarah kepada Ken.

“Diriku tolong hidup lebih lama, tolong bertahan lebih lama, aku ingin menikmati setiap momen bersama Sien. Tolong lebih kuat untuk menghadapinya wahai jantungku, pacemakerku.” Ucap Ken dalam hati.

Setelah cukup lama mereka berada disitu, om rio pun datang untuk menjemput Ken dan Sien. Karena permintaan dari Sien yang tidak ingin melihat Ken kehabisan nafas pada saat jalan menuju rumahnya.

Dengan kondisi wajah yang capek, Ken memilih untuk tidur mengistirahatkan badannya. Sien pun memahami keadaan yang dialami kekasihnya itu.

Sien duduk di sisi ranjang, memperhatikan Ken yang tertidur dengan napas masih sedikit berat namun lebih teratur. Dadanya naik turun perlahan, wajahnya terlihat lelah, tapi tenang. Untuk pertama kalinya setelah lama, Sien merasa tidak harus selalu waspada, setidaknya untuk beberapa menit ke depan.

Ia meraih selimut dan menariknya sedikit lebih tinggi, memastikan tubuh Ken tetap hangat. Gerakan kecil itu terasa sederhana, tapi di dalam hati Sien, ada rasa haru yang sulit dijelaskan. Dulu, ia hanya bisa menanyakan kabar Ken lewat pesan singkat, menunggu balasan berjam-jam, bahkan berhari-hari. Sekarang, ia bisa melihat sendiri setiap tarikan napasnya.

Sien bangkit pelan dan melangkah keluar kamar. Di ruang tamu, bunda sedang merapikan beberapa barang. Ketika melihat Sien, bunda tersenyum kecil.

“Tidur?” tanya bunda pelan.

“Iya, nda,” jawab Sien. “Kelihatannya capek banget.”

Bunda mengangguk. “Kalau Ken habis aktivitas di luar, memang biasanya langsung drop. Tapi hari ini dia kelihatan lebih bahagia.”

Sien menunduk, tersenyum tipis. “Aku senang bisa nemenin.”

Bunda menatap Sien lama, seolah ingin mengatakan banyak hal. Akhirnya, ia hanya berkata, “Terima kasih ya, Sien.”

Sien menggeleng pelan. “Saya nggak ngelakuin apa-apa, nda.”

Lihat selengkapnya