TIARA

Iera Suhada
Chapter #3

Keberuntungan Sesaat

Mentari bersinar cerah,,, tapi perasaanku masih harap-harap cemas dengan hasil raportku. Ibuku sudah bersiap untuk mengambil raport ke sekolah. Ibu bilang Aku tidak perlu pergi kesekolah.

"Tiara kamu gak perlu ikut Ibu kesekolah, inikan cuma mengambil raport saja" 

"Tapi Bu, Aku ingin ikut"

"Sudah, kamu di rumah saja lagian sekolah libur, ini cuma buat orang tua murid saja" 

Akhirnya Aku hanya menunggu di rumah saja dengan hati yang begitu cemas menunggu hasil raportku.  

Entah apa yang terjadi di sekolah, Ibu tak kunjung pulang, Aku semakin cemas jangan-jangan nanti Aku tidak naik kelas terus Ibu memarahiku. Pikiranku sudah dipenuhi oleh ketakutan-ketakutan jika nanti hasilnya tidak baik. 

**

Kemudian dari kejauhan suara Ibu terdengar, sepertinya Ibu sudah pulang. Langsung Aku bergegas menemuinya. 

"Ibuuuu,,, Lama sekali Ibu kesekolahnya"

"memangnya kenapa kan di sekolah ada rapat wali murid dulu nak.,"

Ibu terlihat memegang kantong plastik, entah apa yang Ibu bawa, "Buu, itu Apa"

"Ouh ini, tadi Ibu belikan mie ayam buat kamu, kamu suka sekali mie ayamkan? "

"Wah Ibu beli mie ayam,,?? Mau,,, mau,,, " sambil menatap Ibu, Aku lihat sikap Ibu baik-baik saja. 

"Yasudah nih, cepat makan mie Ayam nya nanti keburu dingin"

"Iyaa,, Bu" Aku terus menatap wajah Ibu yang hanya diam tidak mengatakan sepatah katapun tentang raportku, Aku jadi bingung! Karena Aku penasaran Aku coba tanya saja. 

"Bu,, gimana hasil raport Tiara...? Tiara naik kelas gak? "

"Nanti Tiara akan tahu kalau Ayah sudah pulang yaa"

"Tapi kan Bu, Ayah pulangnya masih dua hari lagi, sekarang aja yaa Bu." Aku berusaha merayu Ibuku tapi tetap saja Aku tidak berhasil. mengapa semua orang membuat Aku menunggu, Mereka tidak tahu kalau Aku begitu cemas menunggu hasil raportku. 

"Sudah cepat kamu habiskan mie ayamnya, Ibu lelah ingin istirahat".

Sambil menghabiskan mie ayamku, tak hentinya Aku menggerutu. Kemudian Kak Tina datang dan mengejutkanku. 

"Duaaar... Ayo,, adik kakak ini kenapa makan mie ayam sambil menggerutu begitu? Kalau Ayah tahu bisa-bisa kamu dimarahi."

"Apa sih kakak datang-datang buat Aku kaget."

"Kakak minta maaf deh kalau kamu kaget, terus sekarang bilang sama Kakak kenapa kamu makan mie sambil menggerutu begitu? "

"Aku tuh kesal sama Ibu"

"Ko bisa kesal sama Ibu, ini mie ayam pasti Ibukan yang belikan buat kamu" 

"Ihh Kakak kenapa jadi bahas mie ayam, Aku kesal sama Ibu karena Ibu gak mau kasih tahu hasil raport Aku, malah menyuruhku buat menunggu Ayah, padahal Aku sangat cemas dengan hasilnya kalau seperti ini Aku jadi kesal" 

"Cup-cup sayang, jangan-jangan Ibu gak mau kasih tahu raportmu karena kamu gak naik kelas nah loh gimana??"

"Ihh Kakak ko nyebelin sihh Aku ini lagi cemas" Kak Tina terus saja menggodaku. 

Sambil merajuk Aku langsung pergi ke kamarku. Didalam kamar Aku bingung Apa yang harus Aku lakukan. Kemudian Aku melihat buku gambar dan pensil warna. Lebih baik Aku menggambar saja. Menggambar adalah hobiku, mungkin dengan menggambar Aku bisa lebih tenang. 

**

Dua hari telah berlalu Aku selalu menunggu di jendela menunggu Ayah pulang, tapi ayah tak kunjung datang. Kemudian Aku mendengar suara mobil berhenti di depan rumahku, benar saja itu adalah Ayah, Aku segera menghampiri Ayah. 

"Yeay, Ayah pulang, Ayah tahu dari kemarin Aku tunggu Ayah pulang".

"Ouh yaa,, kenapa tunggu Ayah?"

Aku langsung menarik Ayah untuk menemui Ibu. "Ayo Ayah ikut Aku, Ibu ada di kamar"

"Sebenarnya ada apa ini?" 

"Ibu ini Ayah sudah pulang, sekarang kasih tahu hasil raportku"

"Tiara,, Kamu gak lihat Ayah baru pulang, biarkan Ayah istirahat, mandi, makan dulu"

"Iya Tiara Ayah sangat lelah,, Tiara tunggu dulu yaa"

"Tapi,, "

"Sudah Tiara main dulu ya, nanti Ibu kasih tahu kalau sudah waktunya"

Dengan rasa kecewa Akupun keluar dari kamar Ibu. 

Sementara di dalam kamar Ayah bertanya-tanya Apa yang sedang terjadi sebenarnya. 

"Ibu bilang sama Ayah sebenarnya ada apa?"

"He,, itu loh Ayah jadi beberapa hari lalu pembagian raport Tiara,, terus Tiara penasaran gitu yah,, ngeliat Tiara penasaran gitu yaudah Ibu isengin, Ibu bilang kalau raportnya akan Ibu kasih tahu kalau Ayah sudah pulang."

"Wahh Ibu ini anak sendiri diisengin kasiankan" 

**

Waktunya makan malam, Ibu memanggilku untuk keluar dari kamar dan makan bersama,  Tapi Aku masih merajuk Aku putuskan untuk tidak ikut makan malam. Ibu, Kakak yang lainnya terus membujukku untuk keluar kamar tapi tidak Aku hiraukan. Sampai akhirnya Ayah sendiri yang memanggilku untuk keluar. 

"Tiara,, Ayo cepat makan nak, merajuknya nanti dilanjutkan lagi yaa sekarang kita makan malam bersama dulu"

Aku tetap tidak menghiraukan. Hingga kemudian Ayah mengatakan bahwa Ayah akan sangat marah jika Aku tetap tidak ingin keluar. Aku tahu kalau Ayah sudah marah Ayah akan berubah menjadi monster yang menakutkan. Setelah Aku pikir-pikir dari pada Ayah marah lebih baik Aku keluar saja. 

Semua orang menatapku Aku cuek saja. 

Setelah makan malam Ayah memberitahu kami Agar tigar beranjak dari meja makan. 

"kalian jangan pergi dulu Ayah mau menyampaikan sesuatu"

Kami semua bertanya-tanya apa yang mau Ayah sampaikan, tidak biasanya Ayah seperti ini. 

"Sesuai yang Ayah katakan Ayah ingin menyampaikan hasil raport Tiara"

Semua orang menatapku, tiba-tiba jantungku berdetak sangat kencang, entah apa hasilnya Aku sangat takut. 

"Tiara,, Apa selama ini kamu sudah belajar dengan giat?"

"Iya,, Aku sudah belajar dengan giat Yah"

"Sebenarnya Ayah kecewa dengan hasilnya, tapi Ayah menghargai kerja keras kamu untuk belajar dengan giat"

Seketika Aku menyimpulkan bahwa Aku tidak naik kelas karena dari sikap Ayah, Ayah terlihat sangat kecewa. 

"Jadi Ayah, apa Aku tidak naik kelas?" 

"iya,, hasil nilai rata-rata raport Tiara memang pas-pasan" 

kemudian Aku langsung memotong pembicaraan Ayah. "Maaf Ayah,, Maafkan Aku, Aku sudah buat Ayah dan Ibu malu karena Aku gak naik kelas"

"Dengerkan Ayah dulu, Ayah belum selesai bicara!, Ayah memang bilang kalau nilai rata-rata raportmu pas-pasan tapi bukan berarti Ayah bilang kamu gak naik kelas"

"Lalu Apa Ayah? "

"Kamu tetap naik kelas meskipun nilai kamu pas-pasan. Tapi yang Ayah heran nilai matematika kamu? "

"memangnya nilai matematika Aku kenapa Yah? Maafin Aku yah kalau nilainya jelek" Aku lega mendengar bahwa Aku naik kelas, Tapi kalau nilai matematika, Aku sudah tahu maksud Ayah pasti nilai matematika Ku jelek sekali karena Aku ingat sekali ketika Aku UAS Aku tidak bisa mengerjakan soalnya satu pun Aku hanya mengandalkan menghitung kancing. 

"Tidak, Tidak Kamu tidak perlu minta maaf lagi, justru Ayah senang di antara nilai kamu yang lain nilai matematikamu paling tinggi, Kamu tahu, Kamu dapet nilai 90 Ayah gak nyangka kalau Kamu pintar matematika"

Aku berbicara dalam hati "Aku terheran bagaimana bisa Aku dapat nilai 90 Aku kan hanya mengandalkan hitung kancing?? Tapi yasudahlah mungkin Aku sedang beruntung dan sebaiknya Aku tidak perlu mengatakan kalau nilai matematikaku hanya keberuntungan saja. Aku tidak mau Ayah marah lagi karena Aku tidak bisa mengerjakan soal. Tapi Aku janji Aku akan belajar lebih giat lagi. 

"Yasudah, sekarang kamu tau kan hasil raportmu, jadi kamu tidak perlu cemas lagi"

**

Pagi ini Ibu membangunkan Aku begitu pagi, Aku tidak tahu apa yang akan dilakukan Ibu. 

"Nak bangun,, Ayo cepat bangun"

Lihat selengkapnya