Kenali Anakmu

Noura Publishing
Chapter #3

Adakah Orangtua yang Sempurna

Tidak sedikit para orangtua, yang saat bercerita tentang anaknya kepada saya, juga mengeluhkan tentang diri mereka sendiri, menyesali kalau belum bisa menjadi orangtua yang sempurna dan meratapi kesalahan-kesalahan yang telah mereka lakukan kepada anak. Menyadari kesalahan-kesalahan itu baik. Namun, hati-hati jangan sampai terjebak pada situasi menyalahkan diri sendiri berlarut-larut. Anak kita membutuhkan kita dalam emosi yang sehat, bukan dalam emosi seperti orang yang sedang berduka.

Banyak yang masih memahami bahwa menjadi orangtua yang sempurna itu adalah orangtua yang tidak pernah melakukan kesalahan. Hellooo??? Kita ini manusia, bukan malaikat. Semakin cepat menyadari kalau kita ini manusia, semakin sehat bagi emosi kita. Semakin kita meratapi kesalahan sebagai orangtua, semakin kita menolak diri sendiri. Semakin kita membenci diri sendiri, semakin kita sebal dan tidak sayang kepada diri sendiri. Sementara itu, anak membutuhkan kita, lahir dan batin.

Saya ingin menggambarkan bahwa sempurna bukanlah tanpa salah. Sempurna adalah kesanggupan (mau + mampu) untuk menyadari dan mengevaluasi diri sendiri saat melakukan kesalahan. Jadi, kita dapat fokus pada upaya-upaya perbaikan, bukan pada upaya penghancuran mental kita sendiri. Nah, lalu bagaimana, dong supaya kita mempunyai kesanggupan untuk menyadari dan mengevaluasi diri sendiri? Yuk, kita dalami.

Pertama,buanglah gengsi. Prinsip sederhananya adalah di atas langit masih ada langit. Sehebat-hebatnya ilmu dan pengetahuan kita tentang anak, selalu ada saja hal-hal yang belum kita ketahui. Jadi, jangan pernah merasa paling mengerti, paling benar, paling anti masukan, apalagi kalau referensi ilmu kita adalah hasil warisan dari cara orangtua dalam mendidik kita. Siap-siap, deh ketinggalan zaman, hehehe.

Saya tidak mengatakan bahwa warisan orangtua jelek. Tentu ada hal baik juga yang diwariskan. Namun, perlu kita sadari bahwa kita mengasuh dan mendidik makhluk paling dinamis di jagat raya ini. Zaman orangtua kita, zaman kita, zaman anak-anak kita sangat berbeda ruang dan waktu sehingga perlu pendekatan-pendekatan yang lebih disesuaikan lagi.

Lihat selengkapnya