Kenang

Rendi Rizky
Chapter #2

Move On (Perihal Ikhlas dan Melepas)

Hari-hari patah dan kalah kelana jalani selama bertahun-tahun. 3 tahun ia jalani sudah hidup tanpa gairah dan tanpa arah. Manda memang sebuah kenyataan pahit dalam hidupnya, namun manda bukanlah sebuah penyesalan. Kelana tidak pernah menyesal dengan setiap hal yang pernah terjadi diantara mereka. Jauh di dalam hatinya, manda masih menempati ruang khusus di hatinya. Ruang yang sengaja ia berikan untuk manda, terlepas atas setiap luka yang telah digoreskan manda dihatinya. Di dalam pikirannya, ia masih ingat dengan setiap moment yang pernah terjadi bahkan hingga setiap detail terkecilnya. Mungkin benar kata orang, cinta pertama itu sulit untuk dilupakan. Kelana sadar sudah terlalu jauh dirinya membiarkan dirinya terjerumus dalam kegelapan jurang masa lalu. Sudah terlalu dalam ia terluka selama ini. Dalam pikirannya ia berkata, mungkin inilah waktu yang tepat untuk bangkit. Sudah waktunya ia menata kembali hidupnya.

Bermodalkan air jahe hangat, kelana menikmati suasana malam yang sunyi. Sambil memikirkan kembali lebih dalam mengenai niatnya untuk menata kembali tujuan hidupnya selama ini. Sunyi memang suasana malam itu, yang terdengar hanyalah suara jangkrik dan hembusan angin malam yang semakin malam semakin dingin. Kelana memang menyukai hal-hal yang sunyi, sepi dan tenang. Itulah mengapa ia lebih memilih gunung sebagai pelariannya selama ini. Kesan sepi dan sunyi itu semakin melekat karena tidak adanya figur seorang ibu dalam kehidupannya. Ya.. kelana hanya tinggal bersama ayahnya. Setelah ibu dan adik perempuan yang paling ia sayang itu meninggal, akibat kecelakaan mobil 2 tahun yang lalu. Dan satu-satunya orang yang selamat dari kecelakaan itu hanyalah ayahnya. Walaupun kelana menyukai hal-hal sepi dan sunyi untuk menghabiskan waktu, berbeda hal dengan otaknya. Setiap waktu otaknya seakan-akan di paksa kerja lembur setiap hari, memikirkan hal-hal yang sejatinya tak perlu dipikirkan seperti kehidupan di masa depan, jodoh ataupun kematian. Karena hal itu semua adalah hal yang pasti, bukan hanya urusan kekayaan, jodoh ataupun kematian. Bahkan urusan ranting pohon yang jatuhpun telah tuhan atur.

Malam itu kelana tutup dengan berprasangka baik kepada tuhan. Berharap masa depannya tak seburuk hari ini atau bahkan seburuk masa lalunya. Namun kelana paham, masa depan itu ditentukan oleh sikap kita hari ini, itulah mengapa ia bertekad untuk memulai kehidupan barunya dengan lebih baik. Esok harinya ia memutuskan untuk segera menyelesaikan bimbingan skripsinya itu. Kelana merupakan mahasiswa semester akhir di salah satu perguruan tinggi negeri dibandung. Sebetulnya skripsinya sudah selesai, hanya tinggal menunggu persetujuan dari dosen pembimbing nya dan seharusnya 1 minggu yang lalu skripsinya sudah beres, namun kelana lebih memilih mendaki gunung bersama teman-teman komunitasnya. Sehingga tak heran jika skripsinya terlambat di setujui ketimbang teman-temannya yg lain. Hari itu segala urusannya itu telah beres, skripsinya telah mendapat acc dari dosen pembimbingnya. Sore itu kelana memutuskan untuk langsung pulang. Namun, disela-sela langkahnya menuju parkiran motor, pundaknya di tepuk oleh sesosok wanita cantik dengan tinggi 163 cm, rambut panjang terurai dan kulit putih bersih ditambah senyum manis di lekukan bibirnya. "Kelana" perempuan cantik itu memanggil namanya. Kelana pun menengok kesamping kanan dimana perempuan cantik itu berada, Tanpa menghentikan langkah pelannya menuju parkiran motor dimana motornya terparkir. Perempuan cantik itu bernama nayla, satu-satunya teman perempuan yang ia miliki di kampus. Sifatnya yang introvert cenderung pemalu dan pendiam membuatnya tidak memiliki banyak teman dikampus. Ia hanya mempunyai beberapq teman dekat dan salah satunya adalah nayla. Jangankan teman perempuan, teman lelaki pun kelana hanya memiliki beberapa saja. Patah hati yang dia terima di masa lalu, membuatnya kini bukan hanya sekedar menutup hati tapi juga menutup diri. Menutup diri dari hal-hal baru, hal yang dirasa asing bagi diri dan hatinya. Baginya, kepahitan sudah menjadi semestanya dan tidak bisa dipisahkan lagi.

Nayla dan kelana masih mengobrol hingga tibalah mereka diparkiran tempat dimana motor kelana di parkir. "Lan, kamu ga ada acara lagi kan. Kita jalan dulu yu! Kita kan udah lama ga jalan bareng". Ajak nayla. Kelana hanya terdiam, entah menandakan setuju atau tidak. "Ayo lah lan. Mau ya?" Desak nayla kepada kelana agar ajakannya itu diterimanya. Karena merasa tidak enak menolak ajakan nayla, kelana pun menerima ajakan sahabatnya itu. Rona wajah bahagia terpancar dari wajah nayla. Mata yang berbinar, senyum manis yang merekah. Seakan-akan mencerminkan betapa bahagia hatinya saat ini. Bagi kelana, nayla adalah sahabat, orang yang paling bisa mengerti tentang diri dan perasaannya. Sedangkan bagi nayla perasaan sayangnya kepada kelana melebihi seorang sahabat. Menghabiskan waktu bersama dan berdua merupakan kebahagiaan tersendiri bagi nayla. Namun, perasaan sayangnya itu ia simpan sendiri, ia tak memiliki keberanian mengungkapkan perasaannya itu. Banyak ketakutan dalam pikirannya, iq takut apabila ia mengungkapkan perasaannya, kelana lalu menolaknya. Dan hal-hal yang saat ini ia rasakan lagi jika kelana mengetahui tentang perasaanya itu. Ketakutannya itu semakin di perparah dengan belum move onnya kelana dari masa lalunya. Itulah alasan mengapa rina enggan untuk mengungkapkan perasaannya.

Lihat selengkapnya