Kenang - Kenangan Seorang Wanita Pemalu

Bentang Pustaka
Chapter #1

Sekapur Sirih

Kumpulan cerpen ini adalah kumpulan cerpen karya Rendra yang kedua setelah Pacar Seorang Seniman yang diluncurkan oleh Penerbit Bentang Pustaka setengah tahun yang lalu. Cerpen-cerpen yang terangkum di buku ini adalah cerpen-cerpen yang ditulis Rendra dalam kurun waktu tujuh tahun, 1954—1961. Berarti, ditulis pada zaman pemerintahan presiden pertama, era Presiden Soekarno, lalu sekarang diterbitkan pada era presiden ketujuh Indonesia, era Presiden Joko Widodo. Mengarungi waktu yang panjang, sejak dimuat kali pertama di majalah Minggu Pagi di Yogyakarta hingga majalah Kisah asuhan H.B. Jassin di Jakarta. Tentu, ini amat disyukuri. “Hadir dan mengalir”. Begitulah yang Rendra tuliskan pada tahun 2005, perihal karya-karyanya.

Ketika berdialog dengan Rendra beberapa tahun sebelum ia meninggal, Rendra pernah mengungkapkan mengenai rahasia kekuatan karyanya, “Saya selalu menulis dengan sejati. Apa yang saya tulis adalah pengalaman yang lekat dalam hidup saya. Bukan cuma ide yang bertengger di kepala dan hasil membaca di perpustakaan.”

Saya bertanya, “Lalu, Mas Rendra, mengenai nama-nama tokoh yang dipilih dalam cerita pendek, mengapa memilih nama Ahmad Karnaen, Hasan, Amir? Padahal, sejak kecil Mas Rendra hidup dalam lingkungan Jawa dan beragama Katolik?”

Rendra senyum, bibirnya yang tipis sedikit tertarik, “Kalau ingin dibaca mengarungi zaman, ya, pilih nama yang ada di kitab.”

Jelas, itulah pergulatannya. Ada lagi godaan lainnya. Para penyair atau penulis puisi akan memperoleh perlakuan berbeda ketika mengirimkan naskahnya ke meja redaksi sebuah surat kabar atau majalah. Sambutan terhadap mereka tidak sehangat sambutan redaksi kepada penulis cerita pendek. Ternyata, cerita pendek lebih dikehendaki oleh redaksi. Begitulah keadaannya, sehingga Rendra hanya bisa menghela napas.

Waktu itu, meski baru duduk di bangku SMA, nama Rendra di Kota Surakarta sudah dikenal sebagai penyair yang harum serta menjanjikan di masa depan. Tetapi, ketika datang ke kantor redaksi untuk memperlihatkan puisi-puisi eksperimen terbarunya, yang terbaru, ia malah ditanya, “Mana cerita pendekmu?”

Lihat selengkapnya