KENANGA(N)

Nurul Ulfah
Chapter #2

1. Akad Tanpa Kasih

Kenanga terdiam, seumur hidupnya ini adalah acara lamaran paling menegangkan yang pernah dia saksikan. Tidak ada curi-curi pandang dari sang lelaki, tidak ada senyum malu-malu dari sang gadis, pun tidak ada senyum ramah dan bahagia yang terpancar dari raut wajah ayahnya. Semua orang menunjukkan ekspresi yang dingin. Kalaupun ada orang yang tersenyum di antara mereka, maka itu hanya Dokter Pras. Dokter Prasetya Amir yang merupakan Dokter yang sudah merawat ibu Kenanga sebelum meninggal, dia juga adalah teman baik ibunya, sekaligus orang yang membawa anak laki-lakinya ke hadapan Kenanga.

Sejak Pras menginjakkan kaki di rumah ini, Radit—ayah Kenanga tidak pernah menunjukkan ekspresi yang bersahabat. Kenanga bisa melihat ada kilatan amarah di mata Radit saat pertama kali melihat Pras datang, sangat berbeda dengan tatapan sang Dokter yang terlihat tenang. ”Seperti yang sudah saya sampaikan di hari kematian Laras, saya datang kemari untuk meminta Kenanga menjadi istri anak saya.”

“Begitu kuatnya cintamu dengan Laras. Saat kalian tidak bisa bersatu, kalian berdua mengharapkan anak-anak kalian yang bersatu. Seberapa besar keinginan kalian untuk mempertahankan ikatan itu?” ucapan Radit berhasil menohok hati Kenanga, ada kemarahan yang tertahan dalam setiap kata yang ia lontarkan. Kenanga meneguk ludah dengan susah payah, tidak paham dengan situasi yang terjadi saat ini.

Prasetya menghela napas. “Jangan terus egois Radit, berapa lama kau hidup dengan Laras? Satu tahun? Dua tahun?” Pras menatap Radit dengan tatapan tak percaya, “kalian bahkan hidup bersama selama dua puluh lima tahun, tapi kau belum juga sadar untuk siapa perasaan Laras? Kamu keterlaluan, saya tidak menyangka kalau Laras pergi dengan menanggung beban seberat ini.”

Radit mengepalkan tangannya, ia menatap sengit ke arah Pras. Kenanga berusaha menenangkan sang ayah dengan mengusap bahunya, namun berakhir dengan dia yang ditepis kasar. “Bawa anak ini, bawa pergi ke rumahmu! Saya muak melihat kalian semua ada di sini, terserah kalian mau menikahkan dia dengan siapa. Saya tidak peduli!” Kenanga memejamkan matanya, menahan gejolak sesak yang menghimpit dadanya. Secepat kilat orang-orang di sekitarnya berubah. Radit yang dulunya penuh kasih sayang kepadanya, kini menjadi sosok ayah yang menakutkan di mata Kenanga.

“Kenanga akan menikah kalau Ayah merestui,” ucapan Kenanga berhasil menarik perhatian semua orang, termasuk anak laki-laki Dokter Pras yang ia ketahui bernama Agam Prasetya. “Tapi kalau memang Ayah menginginkan Kenanga juga pergi dari sini, Anga akan pergi, Yah. Tanpa harus menikah dengan siapapun,” Kenanga hendak bangkit dari tempatnya dan menunju kamarnya, mengemasi pakaian, lalu pergi dari rumah ini sekarang juga. Namun tangan dingin Radit menahannya, membuat Kenanga menatap sang ayah dengan tatapan prihatin.

“Menikahlah dengan dia, dan pergi dari rumah ini. Jangan kembali. Pamanmu yang akan menjadi wali, itu hal terakhir yang saya inginkan kepada kamu.” Radit sama sekali tidak menatap Kenanga saat mengucapkan hal sakral itu, tatapan tajamnya masih setia menghunus Prasetya, seolah menegaskan bahwa kini ia juga melepaskan anaknya. Seorang gadis baik yang memiliki duplikat wajah Laras, terpaksa harus menanggung semuanya seorang diri.

“Ayah bohong, Ayah gak mungkin tega sama Anga,” ucapan Kenanga yang lirih membuat Agam menatap punggung rapuh Kenanga dengan tatapan dingin, hatinya tak tersentuh sama sekali. Agam membenci gadis yang lemah.

“Kalau kamu menuntut keadilan, maka menikah sekarang juga dan saya yang akan jadi wali pernikahanmu.”

Petaka bagi Agam saat Radit mengucapkan kalimat itu, awal yang membuatnya terpaksa mengucapkan kalimat akad tanpa kasih malam itu juga. Pernikahan yang dikiranya indah, kini Kenanga jalani dengan derai air mata. Prasetya menjadi saksi bagaimana pilunya gadis itu saat Agam mengucap kalimat sakral di hadapan Ayahnya, hal yang seharusnya tidak seperti itu.

***

Lihat selengkapnya