Untuk saat ini, mereka tidak punya pilihan selain mengikuti berbagai hal yang sudah berubah. Haruhiro sempat mempertimbangkan niatnya untuk meninggalkan Guild Thieves, kemudian bergabung dengan Guild Warrior, tapi itu tidak praktis. Dia tidak bisa membuat rekan-rekannya menunggu tujuh hari lagi, sementara dia harus menghabiskan waktu untuk pelatihan. Lagipula, masalahnya ada pada biaya pendaftaran.
Mereka telah menerima total sepuluh perak untuk menjadi anggota pelatihan Red MooN, tapi delapan perak sudah dihabiskan untuk biaya pendaftaran pada Guild masing-masing. Itu berarti, hanya tersisa dua perak yang bisa mereka gunakan secara bebas. Bahkan, sisa dua perak itupun akan terus berkurang. Meskipun mereka sudah diberi fasilitas berupa kamar dan makanan gratis selama mengikuti pelatihan oleh Guild, setelah pelatihannya berakhir, mereka harus membiayai tempat tinggal dan makanan dari kantongnya masing-masing.
Jika mereka tidak membelanjakan uangnya dengan boros, maka sepuluh perunggu per hari sudah cukup untuk membuat perut kenyang. Jika mereka mau tidur di jalanan, maka tidak akan ada biaya untuk penginapan, namun agaknya itu mustahil. Haruhiro belum mensurvei harga penginapan, tetapi tampaknya rata-rata harga menyewa kamar adalah empat puluh sampai lima puluh perunggu per orang per hari. Untuk menghemat uang, mereka bisa tinggal di mana saja, tetapi mereka tetap harus makan. Itu berarti, pengeluaran minimal adalah sepuluh perunggu per hari.
Dua perak. Dua ratus perunggu. Artinya, mereka masih bisa hidup selama dua puluh hari ke depan
Mereka harus menemukan cara untuk mendapatkan uang. Sebelum mereka bisa membayar kontrak layanan Red MooN dari Bro, mereka harus mencari cara untuk hidup dari hari ke hari. Bagaimana bisa mereka memperoleh uang?
Tentu saja dengan bekerja.
Jadi Haruhiro dan yang lainnya meninggalkan Atalante melalui gerbang utara untuk mulai bekerja sebagai anggota pelatihan Red MooN. Mereka belum pergi jauh ketika bertemu dengan seorang pria besar mengenakan Armor lusuh yang duduk pada rumput di sisi jalan.
"Barto?" Tanya Haruhiro.
Pria besar mendongak perlahan dan berkedip. Ia membuka dan menutup mulut beberapa kali, tapi tak sepatah katapun keluar. Haruhiro dan Udin bertukar pandang.
"Huh ..." Vina mengalihkan pandangannya ke awan di langit.”Barto, bukankah kau diajak oleh Ragmound untuk bergabung dengan Party-nya?"
"Bukan Ragmound, tapi Ragil," Haruhiro mengoreksi sedikit, kemudian dia mendekati Barto.”Apakah ada yang salah? Kenapa kau berada di sini sendirian?"
Barto mengangkat alisnya dan mengangguk dengan lambat.
"Aku mengerti!" kata Marco sembari menjentikkan jarinya, namun tidak ada suara yang keluar. ”Mereka membuangmu, bukan? Ragil memintamu untuk bergabung, tetapi ketika ia menyadari bahwa kau begitu dungu dan tak berguna, ia pun berubah pikiran dan menendangmu keluar!”
"Marco!" Haruhiro mulai memperingatkannya, tapi dia pun menghentikan kata-katanya sendiri. Tampaknya Haruhiro sudah bosan memperingatkannya karena Marco memang sudah tak tertolong.
"Uangku," Barto mengerang.”Dia mengambil semuanya. Dia mengatakan kepadaku untuk menyerahkan seluruh uangku. Kemudian dia berjanji akan menolongku…”
"Itu mengerikan," bisik Alice.
"Aku kan sudah bilang," Marco mengatakannya sambil menghembuskan nafas. ”Itu sebabnya aku bilang padamu bahwa jangan pergi. Aku bilang Ragil tidak bisa dipercaya. Aku tahu bahwa orang macam dia tidak lebih baik daripada tumpukan sampah.”
"Sampah dilarang mengolok-olok sampah," jawab Haruhiro.
"Diam, Haruhiro! Apa maksudmu dengan mengatakan bahwa aku seperti tumpukan sampah?! Sebutkan alasannya! Aku tantang kau untuk menyebutkan alasannya satu saja!”