LEGEND OF HARUHIRO

Jinx pro
Chapter #9

Chapter 8 - Keuletan

Vina meringkuk, dan bersembunyi di balik batang pohon tebal. Haruhiro mendekatinya dengan perlahan sehingga suara langkahnya tidak terdengar, kemudian dia menepuk bahu Vina. Gadis itu berbalik dan berusaha menahan keterkejutannya.

"Apa yang sudah kau temukan?" Haruhiro bertanya dengan suara rendah.

Vina mengangguk dan membuat semacam gerakan dengan tangan dan jari-jarinya. Apakah dia sedang mengisyaratkan sesuatu? Tetapi sepertinya Haruhiro tidak memahaminya, jadi dia mengintip untuk melihat dengan mata kepalanya sendiri.

Ada sesuatu.

Waktunya adalah setelah tengah hari, tepatnya pada hari kedua mereka bekerja sebagai anggota pelatihan Red MooN. Mereka telah kembali ke hutan dan menemukan sumber mata air yang mengeluarkan gelembung-gelembung. Di situlah tempatnya.

Wujudnya kurus dan tingginya seperti anak manusia. Kulitnya keriput, sedikit berwarna kekuningan, dan tertutupi lumpur. Bercak rambut yang menyerupai rumput laut tumbuh di kepala dan telinga yang runcing. Punggungnya menghadap ke arah Haruhiro, sehingga dia tidak bisa melihat mukanya. Makhluk itu tidak mengenakan pakaian, tapi di lehernya tergantung semacam tali.

Makhluk itu adalah Goblin lumpur. Dia merangkak dan membuat suara yang aneh seperti seseorang yang sedang menyeruput minuman. Sepertinya, dia sedang minum di mata air tersebut.

Haruhiro mengambil napas dalam-dalam, sehingga ia tidak membuat kegaduhan. Dia melihat ke belakang. Empat rekan lainnya, yaitu Udin, Marco, Alice, dan Barto berada pada posisi yang sedikit lebih jauh. Kepala mereka menjulur keluar, sementara sebagian tubuh mereka bersembunyi di balik pohon. Mereka semua memperhatikan Haruhiro.

Haruhiro mengangguk. Yang lain juga mengangguk untuk menanggapinya. Mereka akhirnya menemukannya. Mereka akan berhasil. Mereka harus berhasil. Tidak ada pilihan selain meraih keberhasilan. Bagaimana cara Haruhiro akan memberikan sinyal pada mereka? Mereka tampaknya belum siap melakukan serangan. Apakah ini benar-benar merupakan saat yang tepat? Dia mengangkat tangan kanannya setinggi-tingginya.

Ia gugup. Setiap detik berlalu, dia malah semakin gugup. Ini buruk. Tetap tenang. Ayo kita lakukan. Ayo kita selesaikan ini.

Dia mengayunkan tangannya turun dan, dengan berteriak, Marco menyerbu keluar terlebih dahulu. Bodoh! Haruhiro ingin sekali meneriakkan itu, namun dia telan dalam-dalam kata tersebut. Karena kaget, Goblin lumpur berbalik untuk melihat kearah Haruhiro dan Vina.

"D-Dia melarikan diri ?!" kata Haruhiro.

Goblin lumpur berlari ke kanan. Vina menembakkan panah ke arah itu. Dia meleset, tapi panahnya menghujan tanah tepat di depan kaki Goblin tersebut. Dia menjerit terkejut dan tersendat.

"Bagus, Vina!" Kata Haruhiro sambil menghunus belati, lantas dia langsung saja berlari untuk memburu Goblin itu. Beberapa saat lalu, dia mengejek Marco dengan sebutan Bodoh, namun sekarang dia melakukan hal yang sama dengannya. Haruhiro punya perasaan bahwa ini bukanlah serangan yang biasanya dilakukan oleh seorang Thief, tapi ah sudahlah. Ini pasti berhasil. Dia tidak bisa membiarkan Goblin itu pergi.

Goblin lumpur. Disingkat Golup. Sejak lahir, mereka tak pernah sekalipun mandi. Matanya kusam dan jelek, giginya hitam, lidahnya berwarna keunguan, dan wajahnya seperti seorang penyihir tua. Goblin ini tidak mengenakan apa-apa selain semacam tali yang tergantung di lehernya. Dengan kata lain, dia telanjang bulat. Golup menatap lurus ke arah Haruhiro dan menjerit. Dia tidak tahu persis apa yang terjadi, tapi makhluk itu menyerbu langsung ke arahnya. Apakah dia serius? Apakah Goblin itu benar-benar berniat melawan mereka? Bukankah 6 vs 1? Mungkin makhluk itu tidak memahami betapa kecilnya peluang menang yang dia miliki. Bidik pergelangan tangannya. Haruhiro menyabet pergelangan tangan Golup dengan belatinya [HIT].

Golup itu menjerit dan melompat ke belakang secara diagonal, dan dia tercebur ke dalam mata air. Apakah Haruhiro luput? Tidak, darah berwarna merah kehitaman mengucur dari luka dangkal di tangan kiri si Goblin. Belati Haruhiro baru saja menyerempet pergelangan tangan makhluk itu. Namun Golup masih hidup, dan dia melompat dari kubangan mata air, dan menyerbu tepat ke arah Haruhiro.

Dia datang? Dia benar-benar datang? TIDAK MUNGKIN. Mengapa dia melakukan hal bodoh dengan menyerang ke arahku? pikir Haruhiro, sembari dia meneriakkan raungan pelan.

Haruhiro dengan cepat mengelak ke kiri, dan entah bagaimana, dia berhasil menghindari serangan Golup tersebut.

"[HATRED’S CUT]!" Marco melompat ke arah Goblin, sembari mengayunkan pedangnya secara agresif, tapi tanpa kontrol yang jelas. Wajar saja dia luput, tergelincir, dan jatuh di belakang .

Golup meraung, dan mulai menyerang Marco tanpa pikir panjang. Sementara Marco masih pada posisi roboh. Udin memukulnya tepat di bahu dengan tongkatnya, sehingga menyebabkan serangan makhluk itu meleset tipis. Goblin menjerit lagi dan melompat mundur.

"M-malik em…." Alice mulai melantunkan mantra sembari menggambar huruf elemental yang mengapung di udara dengan tongkatnya, tapi Marco menyela. ”KAU MELAKUKANNYA LAGI DENGAN MATA TERTUTUP!” Teriaknya.

Alice kembali meringkuk.”M-maaf!"

"Barto, serang langsung dari depan!" Kata Udin dengan kasar sambil menunjukkan jarinya pada Golup. ”Semuanya, kepung dia! Jangan biarkankan dia lolos!”

Barto mendengus. Karena terbebani oleh armor yang berat, dia menyerbu ke arah musuhnya dengan lambat. Setelah musuhnya berada dalam jangkauan, ia menunjukkan ujung pedang raksasa miliknya pada Golup.

"S-Sepertinya tidak ada pilihan lain!" Marco bergumam, bangun dan bergerak ke kanan Golup itu.

Udin bertahan di sebelah kiri. Haruhiro dan Vina, sembari menghunuskan Kukrinya, mengambil posisi di belakang Goblin. Alice kini membuka matanya lebar-lebar dan menunjukkan tongkatnya secara langsung ke arah Golup yang berada jauh di depan.

Goblin lumpur melihat sekeliling dengan panik, dia berusaha bergerak tapi akhirnya dia menyadari bahwa dirinya sudah terkepung dari segala arah. Lantas dia mengeluarkan pekikan yang menusuk-nusuk telinga. Tampaknya dia putus asa karena meskipun dia ingin pergi, tapi tidak ada celah sedikit pun untuk lolos. Ini semua berjalan persis seperti rencana Udin.

"Barto! Sudutkan dia!” Marco mengacungkan tongkatnya ke arah makhluk itu. ”Tekan dia!"

Barto meneriakkan erangan dan mulai mengayunkan pedang raksasanya, sekali, dua kali, sampai tiga kali. Goblin dengan gesit mengelak dari semua tebasan Barto, tapi sementara dia sibuk menghindari Barto, Marco mulai menusuk dengan pedangnya. Golup meraih cabang pohon dan melemparkannya pada Marco.

"Wah!" Marco melangkah mundur dan nyaris gagal menangkis itu dengan menggunakan pangkal pedangnya.

Formasi pengepungan mereka pun bocor. Golup mencoba untuk menyelinap melalui celah yang ditinggalkan oleh Marco, tapi Udin mengacungkan tongkatnya. Dia masih belum menyerah untuk mengepung si Golup. Golup yang menjerit kesakitan ketika tongkat Udin menghujam bahunya.

Sebagai balasan, di mulai menyerang Udin, sembari meneriakkan pekikan mengerikan yang membuat tulang Haruhiro bergemeletak. Bahkan Udin pun mundur sedikit. Mengapa mereka ketakutan, padahal jumlah mereka jauh lebih banyak? Goblin lumpur itu putus asa. Dia tidak ingin dibunuh. Sebagai makhluk hidup, dia tidak ingin hanya berdiam diri lantas terbunuh. Setidaknya, dia ingin membunuh lawannya sebanyak mungkin sebelum nyawanya sendiri dihabisi oleh musuh. Sepertinya si Goblin sudah membulatkan tekad untuk mebunuh beberapa rekan Haruhiro.

"Kalian semua!" Marco menjilat bibirnya beberapa kali. ”Sekarang bukan waktunya untuk ketakutan! Membunuh atau dibunuh! Aku akan membunuhnya dan mendapatkan Vice!”

"Jangan gegabah!" Udin memperingatkan Marco sembari ia mendaratkan pukulan lainnya pada Goblin dengan menggunakan tongkat pendek miliknya. Kali ini, kepala Goblin terkena dengan telak. Tanpa memedulikan darah yang muncrat, makhluk itu melotot ke arah Udin dan mengayunkan kedua tangan padanya.

Lihat selengkapnya