Mereka mengakui segala kesalahannya pada Vina dan Alice, dan kemudian meminta maaf dengan sepenuh hati. Haruhiro, Udin, dan Barto, melakukan hal itu. Namun Marco masih bersikeras bahwa dia tidak melihat apa-apa. Jadi, tidak perlu membuat keributan tentang hal itu. Dan dengan demikian, baik Vina maupun Alice masih murka pada Marco, dan mereka mengabaikannya sejak saat itu.
Namun, sepertinya kerjasama tim tidak memburuk hanya karena insiden itu. Bahkan, mungkin tidak berefek. Keesokan harinya, hari setelah itu, dan hari setelah itu, mereka tidak mendapatkan penghasilan yang banyak. Maksud dari "tidak mendapatkan banyak penghasilan," adalah "mendekati nol". Dan maksud dari "mendekati nol" adalah "benar-benar nol."
Haruhiro tidak ingin ada orang yang bertanya tentang keadaan keuangannya saat ini, jadi dia juga tidak tahu keadaan keuangan teman-temannya. Tentu saja, ia sangat menyadari berapa banyak uang yang masih ia simpan. Selama tiga hari terakhir, ia telah menghabiskan empat belas, tiga belas, dan dua belas perunggu setiap hari. Itu berarti, tiga puluh sembilan perunggu telah melayang tanpa ada sepeser pun pemasukan. Jika dia masih harus membayar 1 perunggu untuk biaya deposito pada Bank Yoru, maka total jumlah uang yang Haruhiro miliki adalah 1 perak + 49 perunggu.
Semua pertimbangan untuk kebutuhan sehari-hari seperti pisau cukur atau cadangan pakaian, kini telah lenyap. Keinginan untuk tinggal di pondok yang lebih baik? Itu bagaikan mimpi konyol sekarang. Jika ia menghabiskan satu perunggu untuk makanan per hari secara berturut-turut, maka berapa lama lagi dia bisa bertahan? Itulah fakta yang membuatnya tertekan.
Pendapatan mereka benar-benar nol selama tiga hari berturut-turut, ini menyebabkan keputus-asaan menginggapi anggota Party tersebut, dan mereka tidak bisa mengucapkan sepatah kata pun ketika pulang ke pondok di malam hari. Mereka semua hanya langsung menuju ke tempat tidur, tapi bukan berarti mereka bisa tertidur secara langsung. Tak seorang pun di antara mereka bisa tenang pada situasi macam ini.
Seperti itulah yang Haruhiro pikirkan, sampai akhirnya ia mendengar dengkuran Marco dari tempat tidur di sampingnya. Anak itu benar-benar luar biasa. Walaupun pada awalnya Haruhiro merasa jijik padanya, namun sekarang dia menemukan sesuatu yang bisa membuatnya terkesan pada Marco. Mungkin akan lebih baik baginya untuk pergi tidur saja, daripada terus berpikir tentang masa lalu. Hari ini sudah berakhir, dan ia tidak bisa berbuat apa-apa. Mungkin besok akan terjadi sesuatu yang lebih baik. Menyongsong esok hari adalah hal yang lebih penting daripada memikirkan hal yang sudah terjadi hari ini. Jadi, apa yang akan mereka lakukan besok?
Memperbaharui perburuan mereka untuk monster. Walaupun mereka hanya mendapat satu perunggu, itu lebih baik daripada tidak ada. 1 perunggu benar-benar hasil yang buruk. Dia ingin mendapatkan lebih banyak uang. Uang sebanyak-banyaknya. Dia bertekad untuk memiliki lebih dari apapun. Saat ia mulai terbenam pada tempat tidurnya, ia merasa gerakan seseorang yang masih terbangun.
"Udin?" Haruhiro memanggil dengan ragu-ragu.
"Ada apa?"
"Mau pergi ke mana? Ini sudah larut malam. Atau, mungkin kau mendapatkan mimpi buruk. Mau pergi ke kamar mandi?"
"Tidak" Udin berdiri.”Aku akan keluar sebentar. Tidak penting, jadi jangan mengkhawatirkan aku. Aku akan segera kembali."
"Pergi keluar di tengah malam? Mau ke mana?"
"Ini masih belum terlalu larut malam," kata Udin, ia pun melintas sembari tersenyum.”Aku akan segera kembali. Hari ini cukup panjang dan melelahkan, jadi istirahatlah dengan baik.”
"Ah, baiklah kalau begitu." Walaupun dia mengatakan demikian, Haruhiro berpikir bahwa mungkin akan lebih baik jika dia tidak membiarkan Udin pergi sendirian. Tapi sudah terlambat. Dia sudah pergi.
Masih sedikit khawatir, Haruhiro pun mengajak berbicara santai pada Barto yang masih terjaga, dan setelah beberapa saat, akhirnya dia jatuh tertidur. Ketika ia terbangun, Udin telah kembali, dan sudah bangun terlebih dahulu.
"Pagi, Haruhiro," Udin mengucapkan selamat pagi.”Aku pikir, kita harus mencoba pergi ke tempat yang berbeda hari ini. Bagaimana menurutmu?"
Rupanya, Udin tadi malam pergi ke Kedai Sherry yang terletak di Jalan Kaen, untuk mengumpulkan informasi dari Anggota Red MooN lainnya. Pada kedai itu, tampaknya dia saling traktir minum dengan orang-orang lainnya, sehingga pagi ini dia masih tampak sedikit mabuk. Tapi ini bukan masalah mabuk, hal yang jauh lebih penting adalah, Manato menghabiskan sejumlah uang untuk mentraktir minum, agar mendapatkan informasi.
"Kau harusnya mengajak aku tadi malam," kata Haruhiro.
"Haruhiro, kau bisa minum?"
"Aku tidak tahu." Haruhiro mengusap bagian belakang lehernya.”Aku tak pernah ingat apakah aku kuat minum ataukah tidak.”
Udin tersenyum nakal.”Aku tidak membenci minum, jadi aku pergi ke sana untuk setengah bersenang-senang. Mungkin sebagian dari diriku memang ingin mabuk-mabukan sedikit dan melupakan semua ini."
Kemudian, ketika Udin mengajukan saran untuk mengubah lokasi dengan yang lainnya, mereka semua langsung setuju. Semuanya sudah muak dengan berburu di hutan.
Ada suatu kota yang terletak sekitar satu jam perjalanan, yaitu kira-kira dua setengah mil ke arah Barat Laut Atalante. Pada kenyataannya, itu adalah suatu kota terbengkalai. Saat ini, tidak ada seorang pun, bahkan seorang anak pun yang hidup di sana. 80% dari tembok pertahanan yang mengelilingi kota itu sudah hancur. 60 – 70 % bangunannya juga sudah hancur, bahkan runtuh. Puing-puing berserakan di mana-mana, tanaman liar tumbuh di sana-sini, pedang berkarat, tombak, dan senjata lainnya berbaring berserakan, atau mencuat dari tanah. Dan yang paling menakutkan, sisa-sisa kerangka manusia juga bisa dilihat di seluruh area tersebut.
Hewan yang tidak mirip seperti anjing ataupun kucing berkeliaran pada dinding-dinding yang runtuh dan atap rusak. Tapi mereka segera menghilang karena merasakan kehadiran Haruhiro dan yang lainnya. Suara mengaok yang nyaring bisa didengar, dan ketika mereka berbalik pada sumber suara itu, mereka melihat belasan burung gagak sedang bertengger pada sisa-sisa bangunan.
Dahulu kala, Damroww adalah kota terbesar kedua pada Kerajaan Aravakia, bahkan jauh lebih besar daripada Atalante. Namun, ketika Wright King dan konfederasinya menyerang, tempat itu berubah menjadi kota Undead. Sekarang, semuanya berbeda. Setelah kematian Wright King, para Goblin yang sebelumnya menjadi budak, memberontak dan mengusir para Undead keluar dari kota. Lantas mereka mengklaim kota tersebut sebagai wilayah kekuasaannya. Damroww sekarang menjadi kota Goblin.
Namun, tempat yang terletak di wilayah tenggara kota itu adalah “Kota Tua Damroww”, yaitu bagian kota yang sudah diabaikan oleh para Goblin. Meskipun begitu, masih ada beberapa Goblin yang seliweran di sana. Ada beberapa.
"Hanya ... satu?" Haruhiro bersembunyi di balik dinding yang seakan-akan dinding itu bisa roboh kapan pun jika dia menumpukan berat badan padanya. Dia sedang berada pada reruntuhan suatu rumah, yang hanya tersisa pondasinya saja.
Dia adalah seorang Thief, sehingga tugas pemanduan telah diserahkan kepadanya. Namun, ia tidak memiliki skill [STEALTH WALK] atau [STEAL]. Yang paling dia kuasai hanyalah [PICK LOCK], dan itu membuat dirinya tak berbeda dengan seorang pencuri yang hanya bisa merampas dompet milik nenek tua. Apakah orang seperti dia layak mendapatkan tugas pengintaian untuk kepentingan Party?
Goblin lumpur yang pernah mereka bunuh di hutan hanyalah salah satu dari sekian banyak spesies Goblin. Salah satu yang Haruhiro ditemukan di sini tentu menyerupai Goblin lumpur dengan kulit kekuningan, tetapi monster itu tidak tertutup dalam tanah. Dan juga, dia berpakaian dan memiliki semacam senjata mirip pentungan yang digantungkan pada pinggang. Ada juga semcam kantong yang diikatkan secara horizontal pada tubuhnya.
Bedanya adalah, Goblin lumpur cenderung lebih suka menggantungkan barang-barang mereka pada kalung di leher, sedangkan Goblin ini menyimpan benda-benda tersebut di dalam kantong. Segala sesuatu yang mereka anggap berharga disimpan di sana, setiap saat.
Goblin yang Haruhiro amati, kini sedang duduk sendirian di tanah. Dia dengan kasar menyilangkan tangan pada dada, dan bersandar pada dinding. Dia menundukkan kepalanya ke bawah dan menutup mata. Waktunya masih siang hari, jadi sepertinya dia sedang menikmati tidur siang. Haruhiro bergegas kembali ke tempat di mana anggota Party lainnya sedang menunggu. Dia begitu berhati-hati agar tidak membuat kegaduhan apapun.
"Salah satu Goblin tampaknya sudah tertidur," lapornya.