Kenangan di Ujung Kemarau

Y.F. Nugroho
Chapter #1

Detak Kerinduan

Depok Baru, 16/09/17. 06:30

Seorang wanita berjalan dengan tergesa, setelah diturunkan oleh ojek online pesanannya di pintu barat stasiun Depok Baru. Wanita itu segera taping di gate in stasiun itu dan masih dengan ke-buru-buruannya, dia melihat jam di pergelangan tangan kirinya. Pukul 6:30 pagi saat itu. Seharusnya dia naik KRL tujuan Sudirman-Angke, namun karena dia terlambat dia harus naik KRL tujuan Jakarta Kota dan turun di Gondangdia. 

Dia harus segera sampai di peron satu stasiun Depok Baru untuk bisa naik kereta 1071 yang berangkat dari stasiun Depok. Tepat pukul 6:34 dia sudah berada di peron satu stasiun Depok Baru. Saat itu, Petugas Pelayanan Kereta (PPK) sudah melakukan ujicoba penutupan pintu rangkaian. Karena rangkaian tidak akan berangkat apabila pintu tidak tertutup sempurna. Dia putus asa, karena nampaknya dia akan terlambat untuk sampai di kantor. 

Ditengah kebimbangannya itu, ada suara yang sudah sangat lama tidak didengarnya. 

"Mbak, ayo masuk!" Kata seorang pria sambil menahan pintu otomatis yang pasti akan ditutup. Wanita itu tidak mungkin menyia-nyiakan kesempatan emas yang ada didepannya. Dia lalu melompat dengan cepat dan sigap, tidak lebih dari sepuluh detik. Kereta pun berjalan meninggalkan stasiun Depok Baru. 

"Makasih mas!" Katanya terbata. Dia baru menyadari siapa yang menahan pintu untuknya. 

"Apa kabar?" Tanya pria itu lagi. 

"Baik!" Katanya sambil berusaha untuk menyembunyikan perasaan yang tiba-tiba muncul dari masa lalunya, dari relung hati terdalamnya. 

Penyesalan turut serta muncul diantara rasa-rasa yang membuncah dari dalam hatinya saat itu. Sejenak, dia lupa akan tujuannya. Memang sedari dulu, pria itu bisa membuat dirinya lupa akan tujuan hidupnya, merenggut semua yang ada dalam hati dan pikirannya; emosinya, amarahnya, kekecewaan, kekesalan, lenyap seketika. Hanya satu yang tersisa di dalam dirinya, yaitu kerinduan yang tiba tiba terbakar, membuat gelora asmara masa muda kembali bergejolak didalam hatinya.  

Pria yang berdiri tepat dihadapannya itu pun merasakan hal yang sama, namun dia berusaha untuk menutupi perasaan yang tiba-tiba meluluhlantakan hatinya. Ada penyesalan dalam hatinya pagi itu, kenapa dia masih bisa berbuat baik kepada wanita itu. Wanita itu pernah menabur benih cinta dalam hatinya, kemudian menyiram racun dusta pada benih itu sehingga menjadi layu sebelum berkembang. Dia telah menancapkan belati asmara, jauh ke dalam lubuk hati pria itu, kemudian mencabutnya dengan cepat, bahkan lebih cepat dari lesatan kilat sehingga hati pria itu menjadi ambyar, tidak hancur berkeping-keping, tapi menjadi serpihan debu yang segera musnah tertiup angin. 

"Keluarga sehat kan?" Pertanyaan pria itu seolah bukan pertanyaan orang yang baru dia kenal di KRL, atau pertanyaan anak buah di kantor. 

"Sehat kok!"

"Sudah lama sekali ya kita gak ketemu!"

"Kamu ninggalin aku sih!"

"Ninggalin gimana? Aku kan tadi menahan pintu ini biar kamu bisa masuk"

Pembicaraan mereka tiba-tiba terhenti karena handphone wanita itu berdering 

"Iya sayang" katanya riuh. 

Lihat selengkapnya