Namaku Reza, dan sejujurnya… aku adalah pecundang dalam urusan cinta. Bukan karena aku tak mau mencoba, tapi karena setiap kali aku jatuh hati, semesta seperti berkata, “Bukan dia.”
Dari SD sampai SMA, perasaanku hanya berakhir di kepala. Saat teman-teman sibuk jadian, putus, dan pacaran lagi, aku masih sibuk menatap dari jauh—berharap ada yang menoleh, tapi tidak ada yang pernah benar-benar melihatku.
SMP, aku suka seseorang bernama Selvi. Tiga huruf yang pernah jadi doa panjang tiap malam. Aku jatuh cinta dalam diam. Mungkin bukan cinta—karena aku pun tak tahu artinya—tapi saat itu, perasaanku nyata. Aku menunggu hampir empat tahun, berharap ada keajaiban. Tapi aku bodoh, terlalu keras mengejar sesuatu yang jelas tak pernah bergerak mendekat.