Kenangan Seribu Tahun

Xiao Aily
Chapter #47

#47 Perburuan2

Bayu mengeluarkan pedang pendek miliknya yang selalu dia bawa kemanapun. Membuka sarungnya dan bersiap untuk bertarung. Dhika yang melihat itu seperti siap untuk melawan arus diluar sana. Tidak biasanya Bayu memakai senjata untuk bertarung. Dia bahkan tidak ingin melakukannya sama sekali meskipun dia memanglah sangat hebat. Tidak berbeda dengan Sang Balapati.

"Kurasa aku akan keluar dan menerobos arus. Keluar dari desa ini." Ujar Bayu

"Ide bagus" ujar Dylan. Dia memang enggan berada dekat dengan orang orang pemerintahan itu. Meski dia sendiripun merupakan bagian dari mereka.

Sesekali Rinaya mengintip melalui celah jendela kayu. Keadaan diluar cukup tenang dan sepi. Tapi dia tidak berani untuk keluar. Lagipula matahari semakin tenggelam. Akan semakin sulit mencari jalan keluar. "Kenapa kabut semakin tebal." Gumamnya. Rinya melihat kembali layar Ponselnya. Memastikan waktu. "Masih jam 5." Rinaya membulatkan tekadnya untuk keluar dari sana. Desa akan semakin berbahaya. Apalagi penuh dengan mahluk mahluk itu yang semakin gelap akan semakin agresif. Dia tidak ingin mati sia sia disana. Yang bisa dia lakukan hanyalah berjalan mengendap endap tanpa suara. Lalu keluar dari desa dengan sesegera mungkin.

Satu kalimat perintah di lontarkan Hendra. Memerintahkan beberapa anak buahnya mencari Nirmala. Dengan cepat dan diam diam. Sebisa mungkin tidak melakukan pertarungan. Jika diharuskan maka bunuhlah semua orang tanpa sisa.  Hendra cukup kejam. Mungkin akan sebanding dengan Boris. Tapi akan lebih mengerikan jika mereka bekerja sama. "Kalian pergilah. Dan dapatkan dia."perintah mutlak dari si pemimpin. "Kau tetap disini karena Aku mulai ragu padamu" ujar Hendra kepada Tama.

Pasukan Patih Karna begitu juga Dhika dan yang lainnya keluar menerobos kerumunan mahluk mahluk yang sedari tadi menunggu mereka di balik pintu.

Hari semakin gelap. Mereka benar benar harus keluar dari desa itu. Mereka mengayunkan senjatanya. Menjatuhkan kepala kepala mahluk mahluk itu. Dengan cepat dan dengan penuh energi.

Tuan Karna "Kalian akan keluar dari desa? Aku masih harus mencari kelompok pedagang budak. Sebaiknya kita bertemu lagi setelah keluar dari sini."

Dhika hanya mengangguk tanpa kata. Itu sudah biasa. Semua orang sudah tau bagaimana kaku nya dia. Tanpa basa basi lagi. Tuan Karna dan pasukannya pun pergi. Berbekal beberapa informasi mengenai apa yang terjadi di desa ini.

"Kita benar benar pergi dari sini?" Tanya Dhika pada Bayu, memastikan.

Dylan "tidak tidak. Kita harus mencari gadis itu. Aku harus mendapatkannya. Dia sangat penting."

Bayu menatap Dylan tajam "sepenting apa dia? Apa dia tahananmu? Apa dia sumber informasimu? Apa dia tersangka bagimu? Apa kau mendampinginya untuk akhirnya memenjarakannya?"

"Kenapa kau bicara begitu?" Tanya Dylan.

Bayu "Kau orang pemerintahan. Aku tidak percaya padamu."

Dylan tersenyum "lalu bagaimana denganmu? Apa yang akan kau lakukan padanya? Apa yang sudah kau lakukan padanya? Kau ingin melindunginya? Aku sama sekali tidak melihat itu."

Dylan menatap Balapati "Aku akan mencarinya"

Dhika "Bayu, sebaiknya kita cari dia. Dia mungkin dalam bahaya. Banyak yang sedang mengejarnya. Aku yakin kau juga khawatir."

Mata Bayu tidak berhenti bergetar menahan air matanya dia benar benar merasa bersalah telah memukul Rinaya. "Baiklah" jawabnya pelan.

Rinaya melangkahkan kakinya di tengah kabut. Selangkah demi selangkah. Tanpa suara. Sesekali melirik kesana kemari memastikan keadaan aman. Tapi baru saja hatinya sedikit lega. Tidak ada yang mencurigakan. Tiba tiba sebuah bayangan nampak di depannya. Rinaya pun mematung. Sedikit penasaran ada apa disana. Perlahan siluet itu semakin jelas. Pergerakannya seperti manusia normal. Dan tidak hanya satu orang. Mungkin lima orang. Sedikit lega. Tapi dia juga tidak tau apakah mereka musuh. Atau teman temannya. Dia masih mematung. Mengamati bayangan yang kian jelas terlihat.

"Rupanya kau! Ku kira berhadapan lagi dengan pria gila itu."

Lihat selengkapnya