Dhika terlihat tidak senang, Bayu membuang muka, ada sesuatu diantara mereka. Nirmala hanya bisa menebak nebak saja. Mereka berpisah dengan hati yang resah. Dhika pergi dari toko herbal dengan wajah masam. Nirmala berjalan di belakangnya. Mereka berjalan ke arah yang sama.
Dhika tau, Bayu menyembunyikan sesuatu, dan dia tidak senang. Sejauh mereka berteman hal hal seperti ini yang selalu membuat mereka berselisih. Hal-hal mengenai pentagram, pemanggilan, hantu, magis dan semacamnya. Dhika khawatir bayu akan mencoba sesuatu yang dilarang. Namun hingga saat ini Dhika masih percaya Bayu tidak akan melakukan apapun yang salah.
"Dhika kau baik-baik saja?
"......"
"Jika sekiranya ada yang bisa ku lakukan. Aku akan bantu"
"Tidak perlu khawatir"
"Kau mengkhawatirkan Bayu?"
"Tidak"
"Hmm..baiklah aku tidak akan bertanya lagi."
"...."
"Aku ingin bertanya hal lain"
"....."
"Menurutmu, sekarang tanggal berapa dalam penanggalan Masehi"
"Belum ada yang mempelajari itu dengan detail. Kenapa menanyakan itu?"
"Hanya ingin tau saja. Menurutmu tahun berapa sekarang?"
"Kurasa sekitar tahun 900 atau tahun 1000 sekian."
"Hmm. Begitu" menunduk kecewa. Dia berharap tahun ini adalah tahun 2000an. Hingga tidak akan terlalu sulit mencari tahu lagi siapa dirinya, mengingatkan sekelebat mimpi itu tertera tahun sekian. Jika mundur seribu tahun ke belakang, hanya keajaiban yang bisa membuatnya ingat.
Dhika masih asing dimata Nirmala, tidak banyak hal yang dia bisa bicarakan. Dia juga segan untuk bertanya lebih jauh.
Dhika melanjutkan perjalanannya menuju istana Mandalika dan Nirmala memutuskan kembali ke toko herbal dan berbicara lagi dengan Bayu.
"Nirmala, ada apa kembali kesini"
"Hanya penasaran. Jika menurutmu dan Dhika bahwa sekarang antara tahun 900-1000 masehi. Apakah ada kemungkinan aku pernah hidup di tahun 2000 masehi?"
"Ha? Kau ini bicara apa?"
"Aku seperti bermimpi pernah hidup di jaman itu"
"Itu mustahil sepertinya. Entahlah. Aku belum pernah mendengar hal seperti ini."
"Jadi, apa yang sedang kau sembunyikan dari Dhika?"
"Ha?. Ah.. haha... Tidak ada... Memangnya ada apa?" Benar saja bayu menyembunyikan sesuatu dari Dhika. Tapi dia juga tidak mengatakan apapun pada Nirmala. Bayu hanya yakin dia tidak melakukan kesalahan apapun.
"Apapun yang kau sembunyikan. Aku harap bukan sesuatu yang salah. Kau tau, Dhika sepertinya Khawatir padamu. Jangan sampai, hal kecil menjadi sesuatu yang membuat kalian berpisah....... Aku pulang...."
"...."
***
Nirmala baru saja sampai. Dia tersenyum kecil melihat keluarganya tertawa senang. Kain yang mereka beli bisa mencukupi untuk semua anggota. Masing masing 1 pasang baju baru, mereka sudah mulai menjahit satu persatu potongan potongan kain. Mereka jahit dengan jarum dan benang, menggunakan tangan-tangan mereka. Tidak terlalu buruk. Mereka cukup terampil dalam hal menjahit dan menyulam. Terutama para perempuan. Bahkan mereka membuatkan hiasan sulaman untuk Nirmala.
"Oh. Nirmala kau sudah pulang.. kenapa sore sekali. Lihat kami sudah mulai membuat baju. Setelah di potong. Ternyata cukup untuk semua orang, haha " Paman Rai amat senang dengan hasilnya.
Teteh Sekar " Nirmala lihatlah aku membuat ini untukmu. Bibi Yuli yang membuat pakaiannya. Dan aku yang memberi sulaman nya. Cantik kan? "
Nirmala "waahh.... Cantik sekali...."
Teteh Sekar "Tapi ini belum selesai. Sedikit lagi."
Nirmala "Oh..segini sudah bagus menurutku.... Ah.. kenapa hanya baju ku yang selesai duluan?"
Zaki "zaki pun sudah selesai yeeeeee... Baju baruu yeeee"
Bibi Yuli "oh, lihat bocah itu selalu berlari lari kegirangan"
Kang Iwan "Kami sengaja membuat baju untukmu terlebih dahulu. Kami berterimakasih untuk semua ini."
Nirmala "Kenapa repot-repot sepertinya aku bisa buat sendiri."
Teteh Sekar "Tidak apa-apa kali ini biar kami membuat sesuatu untukmu. Kamu sudah banyak membantu kami"
Nirmala "......" (Membantu apa?)
Nirmala tidak sadar kehadirannya membuat banyak perubahan pada keluarga ini. Selain memberi kebahagiaan kepada Kake Sapta. Dia juga melakukannya banyak hal yang orang lain tidak bisa lakukan. Atau dia melakukan sesuatu yang bahkan orang lain belum pernah lakukan. Seperti membuat sebuah mainan untuk Zaki, membuat kincir air untuk membuat penggiling. Atau membuat semacam pengungkit untuk menarik air dari dalam sumur. Nirmala juga membuat semacam pengukur berat dan pengukur volume. Menurut Nirmala itu hal yang tidak terlalu sulit. Nirmala seperti pernah melihat benda benda seperti itu, namun bagi kaum bawah seperti mereka hal seperti itu tidak diketahui mereka. Mengingat tidak ada satupun dari mereka yang bersekolah. Bahkan Nirmala mengajari Zaki berhitung dengan tingkat yang lebih tinggi seperti menghitung dalam jumlah banyak sekaligus. Dan mengajari menghitung ukuran.
Teteh Sekar "Nirmala, lihat ini sudah selesai." Teteh sekar memberikan baju itu setelah sejam mengerjalannya. Baju yang cantik berwarna merah muda dengan sulaman bunga anggrek dan bunga melati di sepanjang kerah baju. Bahkan membuatkan sabuk obi bersulam dedaunan. Nirmala merasa malu tidak ikut membantu.
Nirmala "Yatuhan, cantik sekali, aku bahkan tidak melakukan apa apa..."
Tapi para tetangga memang sangat baik. Nirmala mencoba bajunya beserta rok lipit berwarna abu cerah, sabuk obi berwarna putih gading, ukurannya sangat pas. Nirmala terlihat sangat mungil. Sepasang baju ini terasa seperti hadiah terindah untuk Nirmala. Dia terharu mendapat kebaikan sebanyak ini, seakan tidak pernah didapatkan sebelumnya.
Kakek Sapta "Kake ikut senang melihat kamu tersenyum nak. Maaf Kake tidak bisa membelikanmu baju Kebaya."
Satu pasang kebaya masih terasa mahal bagi warga miskin seperti Kake Sapta. Sebenarnya bisa saja mereka membuat kebaya, namun mereka tidak punya ilmu pengetahuan untuk membuatnya, pola baju sederhana ini pun hanya lurus lurus saja. Membuat kebaya masih dirasa sulit bagi mereka. Lagipula kain yang di pakai untuk kebaya pun berbeda dengan kain biasanya. Kebaya yang dipakai dapat membentuk lekukan badan. Bagi perempuan yang memakainya memiliki nilai keindahan lebih. Tapi Nirmala tidak memerdulikan itu. Hal seperti ini pun sudah membuatnya bahagia setengah mati.
Nirmala "Ini sudah cukup ko"
Zaki, bocah itu berlari keliling keliling memamerkan baju baru nya. Dia nampak senang, baju usang miliknya dilempar berserakan dimana mana. Sudah usang dan beberapa bagian berlubang.
Semua terkekeh geli melihatnya pamer namun juga senang.
Zaki menghampiri Nirmala menyombongkan sulaman di kerah dadanya. Nirmala membalas tidak mau kalah. Malam itu seluruh penjuru diisi dengan tawa bahagia..
-----
Entah ada angin apa semalam. Bayu datang mengunjungi Nirmala sore hari. Dengan membawa bingkisan berisi camilan dan obat herbal. Seharuanya Nirmala banyak berterima kasih padanya karena dia telah merawatnya saat itu. Namun bayu bukan orang yang perhitungan, menolong ya berarti menolong tidak ada hubungannya dengan berhutang atau balas budi. Memang orang yang baik.
"Apa yang kau bawa, Bayu?"
"Sesuatu yang mungkin kau tidak suka" Bayu memberikan bingkisan itu. Dan Nirmala menerimanya.
"Wah.. camilan... Sejak kapan aku tidak suka." Nirmala buru buru membawa piring dan meletakan camilan camilan itu. Meletakannya di bangku halaman depan dan mereka duduk disana. Zaki melihat dari kejauhan dan berlari menghampiri.
Nirmala " Ehh. Ini bukan untukmu. Semua miliku"
Zaki "Oh. Pelitnya...." Tetap saja Zaki tidak memerdulikan itu. Dia ambil beberapa buah camilan dengan kedua tangannya. Dan berlari pergi. Tentu saja Nirmala hanya bercanda. Zaki pun tau itu.
Bayu hanya tertawa melihat itu.
"Ini herbal apa?"
"Untuk memulihkan stamina dan menenangkan pikiran. Kukira kau masih butuh itu. Kau masih belum ingat siapa dirimu?"
"Belum. Biar saja. Aku tidak buru-buru." Nirmala sesekali memakan camilan itu.
Paman Raka sesekali keluar memeriksa jemuran padinya. Padi padi itu dia dapatkan dari upah nya menjadi buruh di peternakan.
Sedangkan Bibi Yuli sedang membersihkan sayuran untuk makan malam nanti.
Kake Sapta keluar dan bergabung duduk bersama Nirmala dan Bayu.
"Nirmala malam ini kamu ingin makan apa?"
"Hmm... Aku bosan makan sayur dan singkong. Ingin makan ayam atau ikan. Tapi makan apapun aku tidak masalah."
Paman Rai tiba tiba keluar dari rumahnya "Kau mau ikan? Kalau begitu aku akan mencarinya untukmu"
"Benarkah??.. kalau begitu aku ingin ikan bakar dengan bumbu pedas manis, hehe"
"Zaki juga mau ikan bakar" teriaknya di seberang rumah
"Tidak bisa. Semua miliku wleee" Zaki hanya cemberut kesal
Bibi Yuli "Yasudah malam ini kita semua makan ikan bakar saja"
Paman Raka "Aku akan siapkan peralatannya"
Bayu hanya terdiam. Dengan keinginan satu gadis saja bisa menggerakan mereka semua untuk mengabulkan keinginannya.
"Aku heran padamu, sebegitu mereka menyayangimu hingga mereka semua mengabulkan keinginanmu. Apa yang sudah kamu berikan pada mereka?" Bayu bertanya dengan sedikit guyon khasnya.
"Hmmm... Kasih sayang...haha" menjawabnya dengan canda.
Semua orang tertawa mendengar itu. di hadapan bayu Nirmala tidak malu memperlihatkan sifat manjanya.
Paman Raka dan Paman Rai mengajaknya menangkap ikan di sungai. Air sungai sedang surut, tidak akan terlalu sulit menangkapnya.