Kenangan Seribu Tahun

Xiao Aily
Chapter #8

#8 Mimpi Nyata

"aku pernah baca ini dalam terjemahan bahasa asing."

Dalam penginapan Nirmala duduk bersila sesuai instruksi dari Bayu. Sementara Haris sudah terlelap dengan selimutnya.

"Dhika. Ayo temani aku" ujar Nirmala

Dhika hanya menghampiri dan memperhatikan saja.

Bayu "Nirmala dengar ya, ikuti gerak dari bandul ini. Dan dengarkan suaraku. Hanya suaraku dan bandul ini. Mengerti?"

Nirmala "Sepertinya aku pernah melihat yang seperti ini kuyakin tidak akan berhasil."

Bayu "Aihh dicoba dulu saja"

Nirmala "Ya baiklah"

Bayu mulai menggoyang kan bandulnya. "Tatap setiap gerak dari bandul ini dan fokuskan pikiranmu. Dengarkan suaraku dan patuhi apa yang aku katakan. Kau akan semakin fokus dan semakin fokus. Kini hanya bandul ini dan suaraku saja yang ada di dalam pikiranmu. Terus fokus jangan lepaskan gerakannya. Kini kamu hanya mendengar suaraku. Pejamkan matamu ketika hitungan ke tiga. Satu. Dua. Tiga. Tutup matamu. Sekarang hanya ada kamu dan aku. Hanya ada suaraku. Semakin fokus semakin fokus. Patuhi perintahku dan jawab semua pertanyaanku. Ketika ku hitung sampai tiga dan ku jentikan jariku maka bangun lah dari tidur mu. Kau akan ingat semua yang aku tanyakan. Jawab dengan jujur. Satu dua tiga" dia menjentikan jarinya dan Nirmala membuka matanya.

"Ini tidak berhasil dasar bodoh"

"Ah aku tidak percaya.. ku jentikan jariku dan kau akan tidur dan bermimpi indah. Satu dua tiga"

Nirmala memukul kepala bayu "Sudah kubilang ini tidak akan berhasil"

Brukk!! Dhika terhuyung dari duduknya dan terjatuh. Dia tidur pulas.

"Apa dia terpengaruh trikmu??"

"Entahlah, kurasa begitu, tapi kenapa tidak berpengaruh padamu?"

"Entahlah. Sudah lah aku akan kembali ke kamarku dan tidur"

-------

Mereka melanjutkan perjalanan pulang. Tapi jalurnya berbeda dengan jalur ketika mereka pergi. Kali ini melewati sebuah lembah penuh dengan patok patok gundukan tanah dimana mana. Ada yang berpatok dan tidak. Ada juga yang terdapat tanaman di atasnya, atau pohon pohon kecil. Terlihat seperti kuburan. Sedikit menyeramkan tapi itu jalur yang aman menurut Bayu. Bayu sangat tenang melewati gundukan gundukan itu. Bahkan ada burung gagak bertengger di atasnya, sebagian patok itu di tutupi kain hitam. Entah apa maksudnya.

Terlihat sebuah pondok tua. Karena hari sudah mulai gelap mereka bermalam disana. Tidak ada siapa pun di pondok itu. Seperti hanya untuk tempat persinggahan saja. Beruntung masih belum ada tanda tanda hujan. Akan lebih menyeramkan jika terjebak disana berlama lama.

Ketika semua terlelap, Nirmala tiba tiba saja terjaga, sesuatu seperti membangunkannya. Bayu tidak ada di tempatnya. Nirmala mencoba mencari keluar pondok. Mengintip dibalik pintu. Bayu ada disana. Berdiri tegak membelakangi pondok. Sesuatu terlihat bersama nya. Entah mahluk apa itu, Hitam berbulu bermata merah menyala. Sangat mengerikan. Mereka seperti berbicara sesuatu. Nirmala tidak mengerti. Seperti bahasa jawa kuno. dia bisa bahasa jawa, pikirnya. Kemudian tiba tiba mahluk itu hilang entah kemana. Nirmala segera kembali ke tempatnya memejamkan mata. Bayu pun kembali dan tidur di tempat semula.

Nirmala penasaran tapi ini bukan hal tepat untuk membicarakannya. lagipula dia sudah berpesan apapun yang terjadi. Jangan tanyakan apapun sebelum perjalannan selesai. Atau setidak nya jika sudah tiba di ibukota. Nirmala menyimpan semua rasa penasarannya.

Mereka melanjutkan perjalanan.

Nirmala bertanya kepada bayu.

"Apakah masih belum boleh bertanya apapun." Bayu bilang "Belum bisa. simpan semua ketika sudah selesai."

Akhirnya Mereka melewati sebuah desa dekat dengan ibukota. Tiba tiba saja mereka di hadang sekelompok prajurit Istana. Prajurit itu mengeliling mereka.

"Tuan Tuan, mohon maaf mengganggu perjalanan anda, tapi. Ini penting. Kami sedang mencari seseorang. Seorang mata mata. Seorang perempuan, fasih berbahasa sunda, dan bisa membaca huruf latin"

Mereka mencurigai Nirmala. "Informasi mengatakan bahwa, dia cocok dengan ciri ciri tersebut"

Semua terheran ketika orang itu menunjuk Nirmala.

Bayu. " Tapi dia tidak bisa membaca sama sekali."

"Mungkin bukan tidak bisa, tapi tidak menunjukannya kepada kalian. Mohon maaf atas kelancanganku. Tangkap dia!!!."

Nirmala "ttutu tunggu. Kau pasti salah orang. Lepaskan aku..Bayu,... Dhika...."

Tidak ada yang bisa berkutik. itu perintah langsung dari tim penyelidik istana. Mereka membawa nirmala sebagai tertuduh.

Bayu "Jangan khawatir Nirmala aku akan mencari cara membawamu kembali. Bertahanlah."

Nirmala sangat panik dan ketakutan. .

di dunia yang asing ini dia seorang diri. Entah kemana mereka membawanya.

Sementara Nirmala di kurung oleh tim penyelidik. Bayu meminta Dhika untuk mencari pertolongan dengan nama keluaganya.

Bayu dan Haris pun menghubungi keluarganya untuk meminta bantuan.

Mereka berusaha mencari informasi di sekitar ibukota. Selama tidak ada tindakan mencurigakan Nirmala akan aman bersama tim penyelidik.

Namun jika mereka merasa yakin Nirmala adalah mata mata maka mereka akan melakukan segala cara untuk membuatnya mengaku.

Nirmala di interogasi, dia berlutut di sebuah ruangan dikelilingi para penyelidik. Mungkin ada hakim dan jaksa dan lainnya. Mereka bertanya banyak hal semakin lama semakin membuatnya terpojok, semakin sulit menjawab akan ada hantaman keras dari sebuah batang bambu.

Setelah beberapa hari Nirmala di kurung. Keluarga Wijaya datang untuk menjemput, namun permintaan itu di tolak.

Tidak lama kemudian datang keluarga Wiriya, mereka menentang keras terhadap pengampunan atas penghianatan, dan kejahatan namun bukti belum sempurna untuk membuat vonis jatuh. Keluarga Wiriya tidak meminta utuk pembebasan Nirmala. Mereka hanya meminta untuk tidak memberikan hukuman apapun pada Nirmala. Jika belum ada bukti kuat. Tidak ada lagi yang bisa mereka lakukan. Memang kedatangan Nirmala menjadi kecurigaan besar bagi semua pihak.

Tuan Budhi datang menemui Nirmala. Dilihatnya wajah gadis itu sudah sangat pucat, bekas luka di kedua tangannya masih berdarah. Robekan baju di punggungnya sedikit memperlihatkan luka akibat pukulan. Untungnya semua tidak separah yang seharusnya. Semua berkat dorongan dari keluarga besar Wijaya dan Wiriya. Meski tidak banyak. Nirmala merasa bersyukur tidak mendapat hukuman lebih parah dari ini.

Beberapa minggu kebelakang sejak awal Nirmala di temukan. Sebenarnya tuan Budhi sudah mengetahui kabar itu. secara diam diam dia mengawasi kediaman kakek Sapta, dan secara diam diam memantau nirmala, entah pada saat di pasar, di hutan, di ladang. Dia selalu ada. hanya mengamati dan menyakinkan dirinya bahwa nirmala benar benar kembali dan bukan halusinasi. Dia ingin sekali memeluk Nirmala saat itu. Tapi bagi nirmala dia masih orang asing.

Akhirnya hampir setiap hari dia mengunjungi Nirmala. berbincang untuk membuatnya menghilangkan rasa takutnya.

Keputusan pengadilanpun di keluarkan, belum cukup bukti untuk meyakinkan bahwa Nirmala adalah mata mata dan penghianat. Lagipula Nirmala memang tidak tau apa apa

Nirmala pulang ke rumahnya di antar oleh tuan Budhi.

Kabar itu segera terdengar oleh Dhika dan Bayu.

Bayu pun datang mengunjunginya keesokan harinya.

Nirmala sudah sangat pucat, dehidrasi dan kesakitan di seluruh tubuhnya. Terutama punggungnya meski tidak parah karena hanya menerima beberapa pukulan saja. Tapi tetap saja merasa sakit. Gadis mungil sepertinya siapapun yang melihatnya. Dia sangat terlihat seperti gadis lemah. Tidak ada yang bisa membayangkan apakah dia bisa menahan semua pukulan itu.

Kake Sapta menangis melihatnya. Begitu juga keluarganya yang lain. Tapi Nirmala masih bisa tersenyum dan berkata "Aku tidak apa apa, tidak perlu khawatir"

Bayu seperti biasa membawa tanaman herbal dan membuatkannya untuk Nirmala.

Malam itu nirmala tertidur dengan berjuta pertanyaan.

Badannya demam, berkeringat sangat banyak. Kake Sapta senantiasa mengkompresnya dengan air dingin.

Nirmala gelisah dalam tidurnya.

Seketika mimpi nirmala berubah seakan nyata, semua yang dialaminya selama ini, kepingan kepingan memorinya mulai terlihat.

Nirmala / Rinaya Airy seorang mahasiswi juga seorang karyawati di sebuah toko kue. Juga senang dengan hobinya dalam bidang fashion.

Semua kegiatan itu, dilakukan untuk hidup yang lebih baik. Rinaya mendapat bullying keras di kampusnya, cibiran dari keluarga dan tetangga membuatnya sangat frustasi. Dia bukan dari keluarga kaya. Tapi bukan juga dari keluarga miskin.

Rasa stress yang dia dapatkan di kedua lingkungan itu membuatnya sangat lelah. Dia menjalani hobinya untuk menghilangkan pikiran pikiran buruk. Dia bekerja untuk memenuhi kebutuhan perkuliahannya. Karena sejak kuliah dia membiayai semua nya sendiri. Lingkungan pekerjaan juga tidak selalu mulus. Beberapa kali mendapat cacian. Entah dari atasan atau dari customer yg datang. Rinaya merasa lelah. Dia bermaksud untuk sejenak pergi dari sana. Berlibur mungkin. Tiba-tiba sebuah pesan singkat masuk di ponselnya. Orang tuanya sudah memutuskan untuk berpisah. Rinaya diminta untuk bersama ibunya itu kata ayahnya. Dan sebaliknya dari ibunya. Tidak ada yang meraihnya membuatnya sangat sedih. Dia menunggu tanggal liburan itu tiba. Tapi kini tidak lagi. Semua sudah tidak ada gunanya.

Perjalanan pulang hari itupun berubah arah.

Dia naiki bis kearah sebaliknya. ke arah yang jauh.

Ke sebuah tempat wisata di ujung kota, namun hujan mulai deras. Matahari mulai tenggelam. Petir satu demi satu mulai bergelegar. Entah apa yang terjadi. Seketika saja.

bis yang di tumpanginya oleng. Menabrak sebuah tiang, dan terbalik. berguling menuruni bukit. . 6 orang penumpang tewas, 3 lainnya luka parah, termasuk Rinaya yang tidak sadarkan diri. Hingga dia terbangun di rumah Kakek Sapta.

Sungguh mimpi yang sangat menyedihkan. Airmata di pipi Nirmala seakan menjadi sungai. Kake Sapta di sampingnya sangat panik. Namun juga lega Nirmala sudah sadar.

"Nirmala sayang, sudah bangun nak? Kau sudah baikan?"

Lihat selengkapnya