Satu tahun berlalu,
Banyak hal telah berubah.
Bayu belajar dengan giat mengenai tanaman herbal. Bahkan dia mempelajari mengenai racun. Segala jenis racun. Bayu juga melatih kembali ilmu beladirinya, baik dengan pedang ataupun tangan kosong.
Dhika harapan dan penerus keluarga Wiriya, mempelajari berbagai bahasa, dan berlatih untuk menjadi lebih kuat lagi. Dhika ingin menjadi lebih kuat untuk bisa melindungi oran lain.
Haris semakin mantap dengan ilmu beladirinya, tapi tetap saja belum bisa mengalahkan Bayu, dari segala hal.
Sepeninggal Ayu, Dyah kini di akui sebagai putri tuan Wilis. Sang Mandalika.
Namun semua orang tau dia tidak bisa menggantikan Ayu.
Beberapa waktu terdapat kabar burung bahwa mata mata Mongol kembali beraksi. Tuan Wilis sebagai Mandalika tidak ingin kembali lalai. Namun jalan yang dia pakai tidaklah sejalan dengan prinsip para keluarga besar.
Dia menghukum dengan kejam siapapun yang ada hubungannya dengan mata mata Mongol dan Bandit Gunung, dia selalu mencurigai siapapun yang memiliki hubungan dengan itu. Dan menghukumnya dengan kejam. Bahkan membunuh mereka.
Tuan Wiriya nampak geram melihat situasi itu. Dia telah jauh dari prinsip tatanan Sunda.
Suatu hari sesuatu terjadi, ketika Bayu, Dhika dan Haris kembali ke gunung putri untuk mengambil herbal langka. ya, tujuannya bukan untuk herbal tapi sebuah informasi. Tidak ada siapapun di rumah herbal itu. Semua sudah berantakan seperti tengah dirampok, bencana atau sacamnya. Tidak tau apa yang terjadi. Mungkin saja, tentara mongol sudah mengetahui bahwa gunung itu adalah perdagangan informasi, hingga mereka melenyapkannya. Titik temu memang bukan hanya di rumah itu saja. Tapi tetap saja, tidak ada yang tersisa disana. Gunung putri kini seperti gunung kosong biasa tanpa kehidupan.
Dhika "Seperti info yang kita terima. Tempat ini sudah hancur."
Haris "Tidak ada yang bisa kita dapatkan disini.
Bayu "Kabarnya titik pertukaran bukan hanya disini tapi tidak ada tanda apapun dimana itu dilakukan."
Haris "Tidak ada gunanya kita tetap disini. Kita kembali saja"
Dhika "Apa kita harus melewati jalur lembah lagi?
Bayu "Seperti nya berbahaya, misteri orang hilang masih belum terpecahkan. Kurasa jalur desa sunyi masih lebih aman"
Haris "Ngomong ngomong tahun lalu, tadi kita lewati desa itu dia tidak nampak."
Bayu "Mungkin kali ini dia akan muncul."
Bayu, Dhika dan Haris pulang dengan tangan kosong.
Sepulang dari sana diperjalanan bertemu dengan Boris, putra dari adik Mandalika. Tidak jauh berbeda dari tuan Wilis dan ayahnya. Dia pun berprilaku sangat buruk.
Mereka bertemu di desa Sunyi, Desa yang penuh Kabut. Setahun berlalu Kabut masih sangat tebal meskipun tidak se tebal ketika mereka datang bersama Nirmala. Sepertinya masih ada sesuatu yang menjadi misteri dari desa itu. Hanya saja kali ini lebih baik, tidak ada lagi ilusi ilusi yang menyesatkan.
Boris "wah wah lihat siapa yang kita temui, tiga pemuda terkenal dari keluarga besar."
Bayu "jangan hiraukan dia aku punya firasat buruk tentangnya"
Bayu mencoba melewati Boris dan kelompoknya tanpa menghiraukan apapun yang dikatakan. Tapi tentu saja ada hal yang membuat Boris harus mencegah mereka beranjak lebih jauh. Kelompok Boris menghadangnya hingga tidak ada jalan untuk terus maju.
Boris "bukankah tahun lalu kau juga melewati jalur ini untuk ke Gunung Putri? Biar kutanya satu hal. Apa kalian menemukan sesuatu disini?"
Bayu menjawab dengan enteng "tidak"
Boris "kau tau, setelah kalian datang, ilusi dari kabut ini pun ikut lenyap bersamaan dengan kepergian kalian. Apa ada hal yang terjadi disini?"
Bayu "entahlah"
Boris "sebaiknya kau tau jawabannya karena aku tidak segan untuk membuatmu bicara"
Bayu "kau mengancamku? Itu tidak akan berpengaruh padaku"
Boris tertawa "kau mengingatkanku pada seseorang. Meski dipukulin hingga mati dia tetap tidak bicara. Kau ingat siapa itu?"
Tentu saja. Siapapun yang menceritakan itu akan selalu diingat oleh Bayu. Nirmala adalah orang berharga baginya.
Sorot mata Bayu berubah merah. Boris berusaha memprovokasinya. Tapi dia tidak tau jika itu benar benar tidak ada gunanya. Kemarahan Bayu tidak akan membuat informasi bocor. Lagipula Mereka bertiga memang tidak tau apapun.
Dhika "Bayu tenanglah jangan terpancing."
Haris "Boris sebenarnya apa yang kau inginkan?"
Boris "tidak ada"
Sebuah tawa tiba tiba saja menggema di keheningan. Morang dia duduk di atas atap sebuah rumah tidak jauh dari mereka berdiri. Dia tertawa seakan melihat tontonan yang lucu. Semua beralih pandang ke arah sumber tawa itu. Dia seperti hantu muncul tiba tiba.
Morang "kau mencari sesuatu? sepertinya kau tidak akan menemukannya karena sesuatu yang ada disini semua adalah miliku. Termasuk kau" dia mengarahkan matanya menunjuk ke arah Bayu.
Bayu "apa maksudnya?"
Boris berpikiran sempit "kalau begitu serahkan semuanya hingga kau tidak akan aku bunuh."
Tapi Morang hanya tertawa "Aku hanyalah roh tanpa jasad disini bagaimana bisa kau akan membunuhku. Haha."
Tentu saja mereka tidak percaya.
Boris "Kau tau yang aku cari hanya satu benda kecil. jika kau memilikinya maka serahkan padaku sekarang juga."
Morang "hmmm. ya memang saat ini benda itu memang ada disini. tapi seperti yang kau tau, kau tidak akan mendapatkan apapun disini."
Boris "kalau begitu jangan salahkan aku jika kau mati disini."
Morang "maaf saja aku sedang tidak ingin berurusan denganmu." Morang menjentikan jarinya, kemudian muncul beberapa bayangan hitam mengelilingi mereka, bayangan itu menyerang mereka. termasuk Bayu, Dhika dan Haris.
Semua di sibukan dengan bayangan bayangan itu. Tiba tiba saja Morang datang di hadapan Bayu, dan menyerangnya, hingga terpisah dari yang lain., Dia muncul dan menghilang dengan sekejap. Dia bagai Hantu. Sebuah tangan muncul di hadapannya mencoba mengambil sesuatu yg tergantung di lehernya. Tapi tidak berhasil.
Bayu bertanya tanya, mengapa dia mengincar ini. Benda berharga peninggalan Nirmala.
Morang muncul lagi beberapa meter di hadapannya. Muncul dari kegelapan kabut. "Berikan itu padaku"
Bayu menggenggam itu dan memasukannya lagi kedalan bajunya.
"Apa kau tidak tau apa yang ada di dalamnya ? bahkan aku tau itu apa."
Bayu hanya diam.
"Baguslah kalau kau tidak tau. Itu tidak cocok untukmu, serahkan itu."
"Tidak akan pernah."
"Apa aku harus merebutnya dengan paksa?"
"Tidak akan ku biarkan"
"Beritau aku, kenapa gadis itu memberikannya padamu, apakah dia sudah mati?"
Mendengar itu dia tersulut emosi. Namun dia masih diam mengendalikan diri. Dia penasaran. Mengapa morang tau bahwa Nirmala yg memberikan ini.
Apa yang dia tau tentang Nirmala.
"Seharusnya dia bisa menggunakannya dengan baik, dia tidak akan mati kalau dia menggunakannya. Sayang sekali. Ternyata dia terlalu bodoh."
Apa yang sebenarnya terjadi Bayu sangat kebingungan. Apa hubungannya benda ini dengan Nirmala, dan dengan Morang.
Boris berteriak entah darimana. Dia terluka.
Haris memanggil mencari Bayu.
Keadaan semakin buruk. Mereka harus segera keluar dari sana.
Menghadapi bayangan bayangan itu mereka terpojok ke sebuah rumah besar terbuat dari bebatuan. Masih sangat kokoh dan masih terlihat mewah. Ukiran emas di setiap tiangnya masih menempel indah.
Bayangan itu terus menyerang hingga memasuki bangunan. Mereka masuk jauh kedalam bangunan itu berharap menemukan sesuatu untuk menghadapi bayangan bayangan milik Morang.
Haris, Dhika, Bayu, Boris, dan beberapa orang pengikutnya kini terpojok bersama di bangunan itu. Beberapa pengikut lain entah tersesat kemana.
Suasana mencekam, dingin, hening dan hampa. Bangunan itu penuh dengan mistis. Semua orang tau apa bangunan itu. Karena kejadian masalalu tempat itu lebih dikenal dengan tempat keramat yang berhantu.
Mereka masih terus di sibukan dengan bayangan bayangan itu. Tapi Morang entah pergi kemana. Tiba tiba semua terhenti ketika sesuatu menggema di semua penjuru bangunan itu.
Angin dingin berhembus entar darimana. Mengelilingi seisi bangunan itu.
Siapa itu?
Suara seorang perempuan menggema. lembut namun membuat bulu kuduk merinding seketika.
Bayangan bayangan itu seketika menghilang.
Seorang perempuan datang menembus tembok. Sangat cantik, tapi entah mengapa mereka semua sangat takut.
Seorang arwah perempuan. Putih pucat melayang di udara.