Seseorang terpogoh pogoh pagi pagi sekali, orang orang belum ada yang bangun. Tuan Budhi kebetulan sedang patroli malam.
Dia bertemu dengan pria itu. Meminta tolong. Salah satu kakinya mengkerut, seperti korban korban mati sebelumnya. Tuan Budhi mencoba menolongnya.
Dia tampak terguncang, bertingkah aneh.
"Tolong!. Tolong! Dia ingin memakanku"
"Tenanglah. Kau sudah aman disini"
"Dia memakan temanku..dia memakannya. Dia. Bukan temanku. Tidak. Temanku mati. Tidak"
"Tenanglah"
Tuan Budi berusaha menenangkannya. dia membawanya ke toko Herbal Sae. Dimana semua pengobatan lengkap disana.
Kebetulan juga itulah yang terdekat dibanding harus membawanya ke istana.
Bayu membuka pintu ketika Tuan Budhi mengetuk.
Bayu seperti tidak tertidur sama sekali.
Bayu "Apa yang terjadi?"
Tuan Budhi "Kurasa dia salah satu yang selamat dari sekian banyaknya orang hilang"
Bayu "Masuklah. Akan kubuatkan sesuatu untuk menenangkannya"
Dia terus meracau entah apa yang dibicarakannya. Bayu menggunakan jarum akupunturnya untuk membuatnya tenang. Dan membuatkan teh herbal utk menenangkan pikirannya.
Bayu "Ada apa dengan kakinya"
Tuan Budhi "itulah yang harus kau cari tahu"
Bayu membuatkan sesuatu untuk kakinya. Meski Bayu pun bingung apa yg bisa dia lakukan.
Pria itu sudah tenang dan dia terpaku diam. Seperti telah melihat hantu.
"Apa kau melihat sesuatu?"
Dia mengangguk.
"Apakah sebuah bayangan hitam yang besar?"
Dia mengangguk. Dia meminum lagi teh yang sedari tadi dia genggam.
"Apakah dia mencambukmu dengan lidahnya?"
Raut wajahnya semakin padam. Dia mengangguk.
"Mereka ada banyak. Kakiku dililitnya dan sebagian masuk ke mulutnya. Sakit sekali"
Tuan Budhi dan Bayu saling menatap meyakinkan diri. Ternyata memang benar ada hubungannya dengan hilangnya orang orang secara misterius.
"Aku datang bersama seorang teman dia habis di lumat mahluk itu."
Air matanya mulai mengalir.
"Mahluk itu. Kemudian berubah menjadi temanku, tapi sangat menyeramkan."
"Matanya merah. Seluruh matanya merah seperti darah. Dan darah pun mengalir dari matanya."
Bayu "Mereka ada banyak?"
"Ada empat mahluk."
Tuan Budhi "Bagaimana kau bisa lari."
"Ketika sebelah kakiku di mulut mahluk itu. Sesuatu membuat nya mati. Aku tidak tau itu apa. Kemudian seseorang datang. Melompat dari langit. Sesaat setelah itu, mahluk itu menghilang seperti air."
Bayu "Seseorang? Seperti apa?"
"Perempuan, sepertinya aku pernah melihatnya entah dimana. Tatapan matanya tajam seakan ingin membunuhku. Akhirnya aku memberanikan diri berlari."
"Aku yakin dialah yang mengendalikan mahluk mahluk itu."
Bayu "Dimana kejadian itu?"
"Perbatasan menuju hutan pekat"
Tuan Budhi "Gunung Halimun?
Dia mengangguk.
Matahari sudah tinggi, dia pulang kerumahnya. Tidak jauh dari sana.
Tuan Budhi masih duduk di kursinya.
"Bayu, kau tidak tidak tidur lagi?
"Aku tidak bisa tidur paman, banyak hal yang mengusik kepalaku"
"Masalah ini semakin rumit"
"Benar..... Semakin rumittt.. dan aku masih penasaran dengan apa yang terjadi saat itu"
"Memangnya apa yang terjadi?" Tuan Budhi mengeluarkan cerutunya dan menyalakannya.
"Banyak hal terjadi. Membuatku semakin tidak tenang. Aku seperti ingin berlari dan mengungkap semuanya"
"Berhentilah bicara omong kosong. Apa kau juga bertemu dengan mahluk itu?"
"Entahlah. Ku kira aku hanya bermimpi" Bayu bermain main dengan kursinya. Menengadahkan kepalanya keatas. Mengayun kursinya kebelakang. Dia selalu seperti itu jika pikirannya sedang kacau.
"Semua informasi yang ku dapat masih belum dirasa lengkap. Ku pikir ada hal yang lebih besar yang tidak bisa hanya kita yang hadapi."
Bayu menghela nafas panjang "Sepertinya kita akan menghadapi perang besar sepanjang malam"
"Ku harap itu tidak terjadi"
-------
Beberapa hari berlalu, Bayu masih penasaran dengan siapa yg di temui oleh pria itu. Apakah itu bandit gunung? Siapa yang mengendalikan mahluk itu?
Memang benar mahluk seperti itu pastilah ada yang memanggil. Pasti ada yg mengendalikan.
Jika tidak, tidak mungkin mreka muncul di dunia. Mereka bukan mahluk dari dunia ini.
Hari itu kemudian seisi pasar sangat gaduh.
Pria itu beradu mulut dengan Tuan Budhi.