Nirmala membawanya ke sebuah pemukiman di atas gunung. Melewati sebuah gerbang besar dari susunan kayu. Tidak banyak orang disana. Mereka menatap tajam begitu Nirmala datang bersama orang asing. Menatap penuh benci seakan sedang melihat seorang penjahat. Beberapa orang sedang membuat busur panah. Beberapa menajamkan senjata. Seperti sebuah pedang tapi lebih pendek. Sebagian lagi berlatih menembak dengan busur panah. Sebagian lagi membuat pelindung badan.
Bayu, Nirmala dan Tama berjalan melewati mereka.
Bayu "Kenapa tatapan mereka seperti itu?"
Tama "Jangan hiraukan mereka kau aman bersamaku"
Bayu "Memangnya kau siapa?"
Tama "Hanya seorang bocah hahaha"
Nirmala "Mereka akan menangkap siapapun yang berada di wilayah gunung. Kau mungkin sudah dengar gosip yang beredar. Bahwa Bandit Gunung adalah orang yang kejam dan barbar"
Bayu "Apa itu benar?"
Nirmala "Mungkin benar. Tapi mereka tidak akan melakukan apapun jika mereka tidak terdesak. Mereka merasa terancam dengan kehadiran orang asing sepertimu."
Nirmala membawanya masuk kedalam gua. Memiliki pintu besar berukir. Tidak seperti gua biasanya. Di dalam lebih terlihat seperti sebuah rumah.
Sangat tertata rapi, dengan meja dan kursi. ada beberapa sekat berisi tempat tidur. Lalu ada sebuah Aula besar. Mereka akan menggunakan gua ini jika terjadi badai.
Nirmala "Duduklah dulu, aku akan segera kembali."
Bayu duduk di sebuah kursi pendek di dalam aula. Tama ikut duduk bersamanya.
"Apa dia orang kau cari?"
"hmm." Bayu mengangguk.
"Ada apa mencarinya?"
"Bukan urusanmu"
"Kau tau mungkin dia tidak akan di ijinkan untuk pergi dari sini."
"Kenapa?"
"Karena dia pemimpin disini."
"Pemimpin?"
"Ya."
"Bukankah ada ketua yang memimpin."
"Iyaa, ketua ya ketua. dan dia khusus memimpin pasukan."
"Pasukan? Apa disini banyak orang?"
"Hmm yang kau lihat disini hanya sebagiannya saja."
"Semua menyebar di sekeliling gunung, menjaga area ini "
"Menjaga? Dari apa?"
"Dari orang orang jahat sepertimu."
"Ha? Kenapa kau bilang aku jahat?"
"Kau pikir kenapa putri bisa ada Disini?
"Ah. Karena....."
"jika kalian tidak jahat tidak mungkin melakukan itu padannya."
"Tama aku boleh bertanya?. apa yang terjadi saat pertama kali dia ditemukan?"
"itu aku tidak tau. Aku juga tidak tau kenapa ketua membawanya kesini. Dia terluka parah, ketua menyembuhkannya dan membiarkannya tinggal disini. Biasanya ketua hanya akan membawa laki laki. Kau tau Perempuan sangat merepotkan"
"Kenapa begitu"
"Ketua bilang. Hati perempuan tidak pernah teguh. Mudah dirayu dan bodohi. Suatu saat mereka akan berkhianat karena tergoda rayuan atau iming iming belaka."
"..."
"Entah kenapa ketua sangat baik padanya. biasanya dia akan tegas terhadap orang baru."
"Lalu"
"kau tau, waktu itu seminggu dia tidak sadarkan diri. Tapi setelah sadar dia malah seperti orang gila. Hanya menangis dan menangis. Aku kasihan melihatnya."
"kau tau alasan kenapa dia menangis?"
"bukankah kau temannya seharusnya kau lebih tau kenapa dia menangis saat itu."
"Setelah dia sembuh, kenapa dia tidak kembali dan mencariku?"
"kau bercanda?? kupikir kau sama sekali tidak mengerti dia."
"??"
"aku tidak tau detailnya tapi. Keluarganya mati dibantai perampok atau pembunuh bayaran, sahabatnya sakit parah, dan dia dituduh meracuninya, Ayah angkatnya membuangnya, dan tidak ada satupun teman yg mencarinya."
....
"Tidak ada yang percaya padanya, dan dia di tinggalkan di bawah gunung."
"Itu....aku...."
"kau pikir kenapa dia harus kembali?"
"..."
"kalau untuk balas dendam mungkin ya dia akan kembali."
"Tapi dia bukan orang pendendam."
"Benar, karena itu lah dia tetap disini."
"Kenapa kau memanggilnya putri?"
"Kami tidak tau namanya. Dia tidak pernah memberitahukannya"
Nirmala datang dari sebuah ruangan. Ruangan ketua.
"Kena marah lagi? tanya bocah itu."
"Crewet."
Bayu berdiri, "Nirmala..." sejuta pertanyaan muncul di kepalanya.
"Kita bicara diluar."
"jangan mengikuti" seru Nirmala kepada bocah itu.
Nirmala berhenti di sebuah tebing bebatuan di atas gunung, dan duduk disana. Menggantungnya kedua kakinya. Sedikit menyeramkan. Sekali terpeleset mungkin kau akan mati tergelincir. Bebatuan dibawahnya pasti menghancurkan seluruh tubuh.
"Nirmala..."
"Duduklah.."
Nirmala yang selalu ceria seperti tertinggal di masalalu. Dia lebih tenang dan lebih berpikir kritis.
Bayu pun duduk di sampingnya, menyilangkan kedua kakinya.
"Nirmala, aku..."
"Sudah setahun berlalu, bagaimana kabarmu selama ini?"
"..."
"Bagaimana kabar Dhika, Haris, Tuan Wiriya, Tuan Wijaya, bagaimana mereka?."
"Bagaimana keadaan Tuan Budhi?"
Nirmala menghela nafas panjang. Menengadahkan wajahnya ke langit
"Bagaimana kabarmu Nirmala?"
"Menurutmu?"
"Kau tidak akan kembali?"
"Kembali kemana? ke kota Parigi? atau ke seribu tahun mendatang?"
Bayu tertegun mendengar itu.
"Aku rindu semua yang ada dikota, setiap hari aku rindu, kicau burung, semilir angin, riuh pasar, wewangian di tokomu."
Air matanya mulai mengalir.
"Rindu Kake Sapta, Kang Iwan, Paman dan Bibi, Ayu...."
"Aku merindukanmu." ujar Bayu pelan.
"Bayu, aku merindukan semuanya, tapi aku tidak bisa kembali. Aku adalah hantu disana, seseorang yang sudah lama mati."
"Kalaupun aku hidup, aku hanya seorang pembunuh disana."
"Tapi kau bukan pembunuh. Aku tau itu."
"Itu tidak akan merubah apapun Bayu, faktanya sudah seperti itu, dibuat seperti itu."
Nirmala menghapus air matanya.
"jadi kenapa kau kesini?"
"..."
"aku yakin bukan karena kau mencari penyelamatmu kan. haha kau bukan orang seperti itu."
"Benar. Memang ada alasan lain."
"Pasti bukan karena aku menyelamatkan orang kan? haha."
"Berhenti bercanda"
"Hmmm baiklah katakan padaku." Nirmala mengubah posisi duduknya. Menyilangkan kaki dan bergeser menghadap Bayu, segaris senyum terpahat di bibirnya, sangat manis. Sudah lama senyum itu telah hilang.
"Ngomogn ngomong kau terlihat berbeda"
"Benarkah? Apa yang berbeda?
"Kau terlihat lebih cantik"
"Kau bercanda?"
Bayu tersenyum "Penampilanmu kau lebih terlihat keren. Sejak kapan kau tidak mengenakan rok?"
"Semua orang disini adalah pria. Tidak ada rok disini"
"Kau tidak takut tinggal disini. Di tengah para pria."
Nirmala tersenyum "aku yang terkuat disini. Kau mungkin tidak akan percaya"
"Sudah cukup basa basinya jadi apa yang membuatmu datang kesini? Kau tidak percaya jika aku sudah mati?"
"Benar. Baru kali ini aku sangat yakin. Dan semua orang mungkin kini percaya kau masih hidup. Aku yakin semua akan mencarimu kelak. Makanya aku terlebih dahulu mencarimu."
"oh. kenapa?"
"Mereka mengira kau yang memanggil mahluk mahluk itu."
"Ha?"
"Orang yang kau selamatkan, salah mengira seperti itu. dan kabar miring itu segera menyebar."
"Salahku. seharusnya aku tidak terlambat. Lalu"
"Mengenai giok cahaya.."
"ha? apa?" Nirmala terheran mendengar kalimat itu.
"Giok Cahaya, semua orang sudah tau bahwa giok itu ada padamu."
"Kenapa bisa?"
"Arwah Laras memberi petunjuk dan kami tidak sengaja menyebut namamu."
Nirmala dan Laras berjanji akan menutupi hal ini. Akan ada hal yang berbahaya jika banyak orang mengetahuinya. Orang orang akan memperebutkannya. Hal ini bukan sesuatu yang baik. Meski Giok Cahaya memberikan manfaat. Tapi kekuatan besarnya akan membuat keserakahan semua orang bermunculan. Entah berapa banyak lagi darah yang mengalir demi mendapatkan Giok itu.
"Mereka bilang Giok itu Dikutuk bersama Laras. Tidak akan ada yang bisa menemukannya selama limaratus tahun tahun. Aku mengerti jika memang benar kau berasal dari seribu tahun mendatang tapi. Tapi aku tidak tau, bagaimana bisa kau mengambilnya?"
"Kau ingin tau?"