Kenangan Seribu Tahun

Xiao Aily
Chapter #18

#18 Jalan Buntu

Baru sejenak warga merasa tenang dengan kasus orang hilang. Kini berita itu muncul kembali. Kabar burung beredar dengan sangat cepat. Beberapa warga menghilang, dan ditemukan di sekitar hutan Kulon.

Menurut saksi mata. Orang orang itu seperti kerasukan. Tanpa sadar berjalan memasuki hutan Kulon namun tidak kembali. Beberapa di temukan mati mengkerut, seperti korban korban sebelumnya. Semua orang gempar mendengar berita itu.

Namun semua orang juga terlanjur mendengar kabar bahwa Nirmala juga pergi kesana, hingga semua orang membuat dugaan bahwa semua ulah Nirmala juga.

Warga mulai panik dibuatnya.

"Berarti selama ini adalah ulahnya juga? Ya tuhan tolong lindungilah kami"

"Tapi apa yang membuatnya seperti itu? Kami tidak melakukan kesalahan apapun padanya."

"Kurasa dia benar benar dikutuk. Kita jadi menerima imbasnya"

Terlihat Bayu dan Dhika berbicara di depan gerbang kediaman keluarga Wijaya. Hukuman Bayu masih belum selesai hingga beberapa hari kedepan. Dia tidak di ijinkan meninggalkan rumah. Namun situasi ini dirasa sangat darurat hingga Dhika nekat untuk datang langsung.

"Dhika, Nirmala benar benar bicara seperti itu?"

"Hm, dia bilang untuk mengatakan itu, dia pergi ke hutan Kulon."

"Apa dia sengaja?"

"Sepertinya memang sengaja."

"Apa dia sudah tau mengenai hal ini?"

"Sepertinya memang sudah tau. Hanya saja aku juga tidak menyangka akan separah ini. Kurasa Dia seperti punya satu rencana."

"Dia sengaja membahayakan dirinya. Aku akan pergi."

Dengan segera Bayu pergi tanpa menghiraukan peringatan dari tuan wijaya.

"Berhenti disana." Haris menghalangi jalannya.

"Haris, jangan halangi aku."

"Kau akan mengecewakan ayahku lagi?"

"Aku sudah kehilangannya sekali. Sekarang dia dalam bahaya, aku tidak ingin melewatkan kesalahan ini lagi. Aku mohon."

"Kalau begitu aku akan ikut."

"Tidak. Jika terjadi sesuatu padamu paman akan sangat bersedih."

"Jika terjadi sesuatu padamu keluarga kita akan sangat dalam bahaya. pokonya aku ikut."

"aiklah."

Matahari sudah tinggi. Entah yang ke berapa kalinya Bayu melanggar hukuman dari Tuan Wijaya. Meski ini adalah keputusannya. Namun hatinya masih berat untuk melanggarnya. Situasinya sudah sangat kacau. Dia harus bisa berfikir lebih cepat meski dia juga tau keputusan kali ini akan berdampak besar.

Di padang rumput perbatasan hutan Kulon. Boris dan pasukannya tengah bersiap untuk memasuki hutan. Kali ini Boris membawa seratus orang bawahannya. Mendengar desas desus beredar, mereka pun melengkapi diri seperti hendak berperang. Pasalnya. Melihat mayat mayat itupun mereka sudah cukup dibuatnya takut. Belum lagi Nirmala bersama dengan Bandit Gunung yang belum banyak informasi tentang mereka. Mereka tidak banyak tau mengenai bandit gunung baik jumlahnya atau keahliannya. Mereka hanya tau bahwa bandit gunung selalu memakai panahan sebagai senjatanya. Namun Bandit gunung memang terkenal menakutkan. Tidak ada yang ingin berurusan dengan mereka.

"Persenjatai dirimu kita akan menghadapi sesuatu yang belum pernah kita hadapi. Dia sudah terlalu sesat hingga berani menggunakan mahluk seperti itu. Tangkap dia hidup hidup."

Boris berseru kepada prajuritnya. Sementara Haris, Bayu dan Dhika mengendap dari kejauhan. Sesekali mengamati pasukan itu. Mereka berencana melewatinya dan mendahului mereka untuk bertemu Nirmala.

Seseorang mengetahui keberadaan mereka bertiga. Dan membekuknya. Membawanya kehadapan Boris.

"Wah wah, sepertinya ada yang mencari gadis itu selain aku." ujar Boris dari kejauhan. Berjalan mendekati mereka bertiga.

"Tak apa, kita bisa pergi bersama." Ujarnya lagi

Prajurit melucuti semua senjatanya. Sesuai perintah dari Boris. Kini seorang tanpa senjata melawan beberapa prajurit kuat sangatlah tidak mungkin untuk menang. Mereka hanya bisa menurutinya untuk sementara.

Mereka perlahan berjalan memasuki hutan. Tidak ada perlakuan kasar yang mereka bertiga dapatkan dari Boris. Namun mereka juga menyadari pikiran licik Boris.

"Hei Boris. Aku tau kau belum dapat informasi apapun kan? Apa kau tidak takut ada hal menyeramkan disini?"

"Satu satunya hal menyeramkan di dunia ini adalah paman ku."

"Wah. Kau pikir dia hantu? Sejak kapan, kenapa aku tidak tau."

Boris dibuat kesal olehnya. Mereka tau Bayu mencoba untuk membuatnya kesal dengan sengaja.

"Terserah saja aku tidak akan mendengarkanmu"

"Kau tau, aku benar benar pernah menghadapi mahluk itu. Benar benar sangat mengerikan."

"...." Boris tidak menghiraukannya. Namun prajurit lain seakan menyimak dan mulai tertarik mendengarkan.

"Mereka tidak bisa di tebas, mereka tidak bisa di tembak. Mereka bisa membelah diri menjadi ribuan. Kau tau apa yang paling menyeramkan?"

Boris "Jangan hiraukan dia mungkin dia berbohong"

"Aku benar benar pernah berhadapan dengannya. Beruntung kalian semua pergi bersama sama. Mahluk itu muncul tidak sendiri. Sekali muncul ada tiga hingga lima. Kau tidak bisa lolos darinya."

Terlihat semua orang sudah mulai terpengaruh dengan ceritanya.

"Dan yang membuatku takut setengah mati adalah. Ketika dia membuka mulutnya, gigi gigi tajam mengelilingi seluruh lubang mulutnya. Kau tau seperti cacing lintah atau semacamnya"

"Apa kau berkata jujur?" Seorang prajurit mulai merasa ketakutan.

"Tentu saja. Makanya aku tau detailnya. Kau tau apa yang kurasakan. Aku membeku tidak bergerak ketika dia menjulurkan lidahnya. Lidahnya bagai cambuk yang bisa seketika membelah belah tubuhmu. Itu sangat mengerikan"

"Jika begitu kita pasti mati" prajurit lain pun mulai ketakutan.

Boris memotong "jika begitu kenapa kau masih berdiri disini. Seharusnya kau langsung mati saat itu juga"

"Itu karena dewi pelindung masih bersamaku. Maaf saja jika dia benar benar muncul aku tidak menjamin keselamatan kalian. Karena itu jaga diri kalian baik baik ya."

Dhika hanya tersenyum mendengar itu. Dia tidak terpengaruh sama sekali dengan ceritanya. Sementara haris bertanya tanya apakah itu benar ataukah itu bohong. Haris tau jika Bayu sering berbicara seperti itu untuk menjatuhkan mental lawan entah cerita nya benar atau tidak.

Jauh masuk kedalam hutan belum ada apapun yang terjadi. Nirmala menunggu dan mengamati dari atas pohon. Hutan Kulon sering disebut hutan keramat. Berbagai macam hal mistis terdengar bersumber dari sana. Pohon pohon menjulang lebih tinggi dibanding di hutan hutan lain. Ini sedikit memudahkan Nirmala untuk mengawasi dari atas.

"Putri. Bukankah itu temanmu, mengapa datang kesini juga? Mereka seperti di tangkap oleh prajurit itu. Apa mereka di pihak yang sama?"

"..." Nirmala mengerutkan dahinya seakan kecewa dengan apa yang dia lihat.

"Putri?"

Nirmala mulai mengendap berjalan dari dahan ke dahan lain. Jaka menggenggam tangannya.

"Putri kau sudah berjanji tidak akan masuk lebih dalam."

"Jaka pulanglah. Rencana ku seperti nya tidak akan berhasil. Aku tidak ingin membiarkan mereka dalam bahaya."

"Tidak putri, aku sudah berjanji kepada ketua untuk mendampingimu."

"Begini saja. Jika selama tiga hari aku tidak keluar, kau panggil bantuan dan cari aku, ya."

Lihat selengkapnya