Suasana ruangan semakin memanas. Hal hal besar ini akhirnya sedikit demi sedikit terungkap. Hal besar ini bagaimana bisa tidak ada yang mengetahuinya.
Bayu "Tuan, berapa orang yang mengetahui ini?"
Ketua "Hanya 5 atau mungkin 7 orang"
Bayu "7 orang, salah satu nya berada di hadapanku. Tidak pernah keluar gunung selama tiga puluh tahun lebih. Mendirikan sebuah kelompok yang ditakuti banyak orang. Jika ku lihat. Kelompokmu adalah orang orang hebat. Biar ku tebak. Kau sudah menduga ini akan terjadi lagi. Karena itu lah kau membentuk sebuah koloni."
Nada bicara Bayu begitu angkuh. Tapi dia terdengar sangat percaya diri dengan ucapannya.
Ketua "Salah. Aku tidak menebaknya. Aku memang khawatir itu akan terjadi lagi. Ku yakin kau sudah menduga mengapa aku mengumpulkan orang orang hebat ini."
Bayu "Tentu saja karena kau tau orang biasa akan sulit menghadapi mahluk mahluk itu."
Nirmala "Ketua ... Aku ingin bertanya."
Ketua "Silahkan."
Nirmala "Apakah tuan Budhi mengenalmu? Apakah kau mengenal tuan Budhi? Apakah dia salah satu orang yang selamat?"
Bayu terhentak mendengar pertanyaan itu. "Kenapa kau bertanya begitu?"
Nirmala "Ketua selalu menampung orang berkemampuan khusus. Orang orang yang terbuang. Mereka di tinggalkan d hutan oleh keluarganya. Satu kemampuan tidak biasa dianggap sebagai pembawa malapetaka, kutukan atau semacamnya. Warga awam percaya hal seperti itu. Membunuh mereka bukan jalan yang baik karena akan membawa mereka kesialan. Akhirnya mereka membuang orang orang itu. Keluarga mereka. Mungkin anak anak mereka. Tuan Budhi tau ketua melakukan itu. Karena itu lah dia meninggalkanku di hutan. Berharap aku adalah salah satu yang bisa berguna di kelompok ini."
Bayu "Apa???...Dia sengaja melakukannya?"
Nirmala "Orang lain mungkin akan percaya aku akan mati di hutan. Tempat hewan buas bersarang. Tempat sihir berkumpul. Terlebih bandit gunung yang kejam. Tapi dia tetap meninggalkanku di sana. Karena dia tau Bandit gunung tidak sekejam yang orang orang ceritakan."
Bayu "Jika itu benar maka, mungkinkah tuan Budhi mengenal Tuan?"
Ketua tersenyum "Kalian tidak salah. Benar aku dan dia pernah bertemu. Tapi kami tidak mengenal satu sama lain. Dia memiliki caranya sendiri untuk mencari informasi. Dan benar dia adalah salah satu orang yang selamat saat itu. Tapi dia hanya warga sipil yang tidak mengerti apapun. Dia masih sangat muda."
Bayu "Lalu bagaimana kelanjutan cerita nya?"
Ketua "Carilah hingga ke ujung pulau ini. Aku yakin tidak ada lagi orang yang mengetahui masa itu. Semua cerita telah berubah. Pada akhirnya kota itu di katakan sebagai kota mati karena wabah. Menurutmu mengapa demikian?"
Bayu "Jika dibuat sengaja maka ada yang ingin menutupi peristiwa itu seakan tidak pernah terjadi perang."
Ketua tersenyum.
Nirmala "Apakah ada hubungannya dengan kasus kali ini?"
Ketua "Bagaimana menurutmu?"
Nirmala sudah menduga bahwa ada hal yang aneh dengan masalah ini. Dan mahluk itu seakan memang sengaja di biakkan untuk kepentingan pribadi. Jika bukan untuk pribadi maka seharusnya mereka membuat nya menjadi senjata bagi kita. Bukan untuk membinasakan kita.
Bayu "Kurasa ini sangat berhubungan erat. Jika masa lalu bisa sampai separah itu. Maka tidak menutup kemungkinan bahwa akan terjadi hal yang sama yang mungkin lebih mengerikan"
Jadi ini yang arwah itu peringatkan. sesuatu yang lebih mengerikan Adalah perang. Tapi menurutku yang lebih mengkhawatirkan adalah ketidak setiaan.
Jaka "Jadi, kemana orang orang selamat itu ketua? Dan kenapa ketua tidak pernah meninggalkan gunung ini?"
Ketua "Bukankah itu pertanyaan dariku. Menurutmu mengapa demikian?"
Nirmala "Tidak ada lagi orang selamat Jaka, kasus itu di tutup. Siapapun yang selamat akan dibunuh. Kota itu akan menjadi kota mati karena wabah."
Jaka "Apa?.... Tapi. Tapi..."
Nirmala "Karena itulah ketua tidak pernah pergi. Hanya dia satu satunya yang tau mengenai ini. Jika mereka tau. Mereka akan mencari nya dan membunuhnya. Semua kerahasiaan dirinya. Adalah untuk ini." Nirmala menatap lekat lekat sang ketua. Ada hal yang tidak dia bicarakan di depan mereka. Satu rahasia ini hanya Nirmala yang tau.
Ketua "Jika aku keluar mungkin aku akan mati. Atau mungkin aku sudah seharusnya mati saat itu. Tapi tuhan berkehendak lain."
Bayu "Baiklah. Terimakasih atas informasinya. Kau bisa beristirahat dengan tenang. Sisa nya aku akan berusaha membereskan ini."
Nirmala heran dengan kalimat dari Bayu. Bayu meninggalkan ruangan dan Nirmala mengikutinya. Nirmala ingin menahannya pergi. Banyak hal berkelimut di kepalanya. Bayu terhenti dari langkahnya lalu menatapnya.
Bayu "Nirmala jika ada yang ingin kau bicarakan denganku. Kita bicarakan ini di toko Herbal Sae."
--------
Dhika berdiri di depan toko Herbal Sae. Memandangi papan nama yang tergantung di depan toko. Entah berapa lama dia mematung disana.
Nirmala dan Bayu baru saja tiba. Dilihatnya sosok rupawan itu. Wajahnya semakin dingin ketika melirik kearah mereka berdua.
Nirmala "Dhika??"
Bayu "Masuklah. Kita bicara di dalam"
Bayu melangkahkan kaki nya kedalam toko yang setengah tutup. Entah apa masud dari paman Arif. Papan penutup tokonya sebagian di biarkan begitu saja.
Bayu "Sampurasun, paman. Aku pulang"
Paman Arif Meletakan sebuah bingkai lukisan kecil di atas mejanya. Segera keluar dari ruangannya ketika mendengar suara Bayu. Wajah muramnya seketika berganti cerah melihat Bayu di hadapannya.
Paman Arif "Bayu." Dia memeluk Bayu. Matanya berkaca kaca penuh syukur melihat kembali. "Kamu baik baik saja? Kamu terluka? Bagaimana den Haris?"
Bayu tertawa. "Hehe paman bisa lihat sendiri, aku baik baik saja. Maaf aku baru bisa mengunjungimu. Haris juga baik baik saja"
Paman Arif "Paman kira kamu tidak akan kembali. Paman harus banyak banyak bersyukur."
Bayu tersenyum.