"Putri!!" Jaka memanggil dari ujung jalan. Dia datang bersama sekelompok anggota Halimun.
Nirmala "Jaka? Apa yang terjadi?"
Jaka menggelengkan kepala "Aku tidak tau bagaimana tapi. Ketika aku menerawang mereka tiba tiba terlihat di perbatasan. Berbondong menuju kota. Aku melihatmu juga. Karena itu lah aku datang. Aku juga tidak tau darimana mereka berasal"
Nirmala "Kita bahas itu nanti. Seisi kota dalam bahaya. Ayo!"
Situasi kota sudah kacau. Banyak dari mahluk itu sudah merasuki manusia. Belum tau apa tujuan dari semua ini. Mahluk itu mungkin bukan hanya mencari mangsa. Seperti dugaan sebelumnya bahwa mahluk ini pastilah ada yang mengendalikan. Selama pengendalinya tidak di temukan. Mereka akan terus berkembang biak. Meneror seisi kota.
Teriakan terdengar dimana mana menghiasi mencekamnya malam penghujan ini. Seluruh sudut di penuhi tangis. Dibanjiri darah. Mereka membunuh semua yang bernyawa. Beberapa merasuki manusia. Terus seperti itu hingga jumlah mereka semakin banyak.
Seorang ibu memeluk anaknya. Terpojok, panik, menangis berharap mimpi buruk ini segera berakhir. Berdiri di depannya manusia terasuki bersiap untuk memisahkan nyawa mereka. Terlambat satu detik saja nyawa mereka akan melayang di hantam cambuknya. Beruntung anak panah Jaka segera menghentikannya. Anak panah itu menembus kepala mahluk itu.
Jaka "Mahluk mahluk ini sudah berevolusi. Kita harus membereskan mereka dengan cepat. Jangan sampai mereka berpindah dan merasuki lagi."
Nirmala "Apa Ketua memberi informasi lain?"
Jaka mengangguk "Tapi tidak banyak. Dia bilang kasus sekarang mereka jauh lebih kuat dan lebih banyak. Bahkan sebagian besar berevolusi seperti itu.
Nirmala "Aku mengerti. Misi kali ini. Bunuh semua mahluk itu lindungi warga. Pastikan mereka tidak lolos satupun."
Jaka mengangguk lalu berlari menyebar bersama anggota Halimun lainnya.
Bayu "Ini akan seru"
Dhika "Kalian berhati hatilah"
Semua orang bertarung sekuat tenaga. Melindungi warga. Membunuh mahluk itu. Hujan masih mengguyur tapi tidak mempengaruhi semangat mereka.
Mahluk itu lebih sedikit. Tapi sebanyak apapun prajurit yang bertarung. Akan sedikit sulit menghadapi mereka. Kekuatan mereka jauh lebih kuat karena adanya mahluk itu yang merasuki. Meski pasukan Haris dan Dhika datang tepat waktu untuk membantu. Tetap saja. Masih dirasa sulit.
Bayu "Haris, haha. Untung lah kau tepat waktu. Kurasa kita sedikit kesulitan sekarang."
Haris "Kau masih sempat tertawa? Dasar gila"
Mereka masih bertarung. Dan melindungi satu sama lain. Anak panah Nirmala sudah habis. Dia sudah lelah. Pasukan Boris datang membantu. Nirmala mengambil busur dan anak panah milik seseorang yang tewas dan kembali melemparkan anak panah itu.
Lama mereka bertarung. Tidak banyak kemajuan. Memang lebih sulit dari biasanya. mereka bisa menghindar dan menangkis serangan. Semua sudah mencapai batasnya. Banyak dari mereka yang tewas sebelum semua selesai.
Dhika sudah mulai lelah. Begitu juga Nirmala. Semua orang terpojok. Tapi Bayu masih memiliki rencana. Dia melompat ke atas atap bangunan yang kokoh. Melihat sekeliling. Memastikan keadaan bisa terselesaikan dengan cepat. Semua orang di buatnya bingung. Entah apa yang akan dia lakukan kali ini. Dia selalu melakukan hal yang diluar dugaan. Selalu seperti itu. Bayu mengubah Keris pendek di tangannya menjadi sebuah peluit angin. Peluit Perak ber ukir bunga seukuran genggaman tangannya memiliki gantungan rumbai berwarna hitam. sama seperti keris yang sebelumnya. Dia meniup peluit itu. sayup sayup suaranya terdengar. lembut namun terasa aneh. semua yang mendengarnya merasa merinding. Seakan dia sedang memanggil sesuatu dari dunia lain.
Semakin lama semakin membuat ngeri. Sesuatu mulai terlihat dari kejauhan. Kepulan asap hitam. Semakin lama semakin mendekat. Semakin lama semakin cepat.
Nirmala bergumam "Bayu. Kenapa kau lakukan itu sekarang?"
Dhika yang melihat itu mengerut kan dahinya dia marah dan kecewa. Seperti sebelumnya. Tidak seharusnya Bayu memanggil mahluk dari dunia lain. Pikiran buruk pasti akan datang dari mulut mulut penggosip.
Kepulan asap itu kini terlihat. Entah berapa banyak mereka. Berlari dengan wajah liar. Bersosok Anjing besar. Bertaring panjang bermata tajam. Dengan liar mereka menyerang mahluk mahluk itu. Menembus merasuki raga yang sama. Keluar dengan menggigit mahluk parasit itu dan mencabiknya hingga mati.
Semua orang menyaksikannya dengan penuh kengerian anjing anjing itu terlihat sangat liar dan menyeramkan. Mereka beruntung anjing anjing itu bisa menghabiskan mereka dengan cepat tapi disisi lain. Mereka juga khawatir jika Bayu tidak dapat mengendalikan anjing anjing itu hingga membuat hal yang tak terduga.
****
Hujan masih mengguyur tapi tidak sederas sebelumnya. Semua orang selamat berkumpul di sebuah aula besar di alun alun kota. Aula itu biasa dipakai untuk rapat besar bersama warga. Bayu dengan telaten merawat yang terluka begitu juga Nirmala dan Dhika. Hingga pagi menjelang semua masih bisa terkendali.
Matahari sudah menghangatkan bumi. Cahayanya mengintip di sela sela jendela. Bayu terlelap bersandar di dinding. Nirmala bersandar pada bahu Bayu. Dhika terjaga sepanjang malam. Entah apa yang dia pikirkan.
Jaka menghampiri Nirmala yang masih terlelap. Semua orang merasa lelah saat itu. tapi Jaka harus membangunkanya. Mereka tidak di ijinkan berada si kota berlama lama. Itu perintah dari ketua.
Jaka "Putri, bangun lah ketua mencari mu kita harus kembali"
"hmm.... baiklah..."
Nirmala segera beranjak pergi tanpa berucap apapun pada teman teman nya.
"Putri, sesuai permintaanmu aku sudah mempelajari semua jasad. Setelah aku selidiki. Mereka benar benar berevolusi. Struktur tubuh manusia menjadi sedikit berubah terutama di beberapa bagian. mereka seakan merubah manusia seperti kehendaknya."
"Aku ingin lihat. Dimana kau pengumpulkan mereka?"
"Di luar gerbang pemukiman"
"Baiklah kita lihat dulu seberapa mengerikannya mereka."
Nirmala dan Jaka berkeliling di jejeran mayat mayat yang sudah tergeletak rapi. Semua mayat hitam mengkerut seperti kasus kasus sebelumnya. Namun setengah dari mereka sangat berbeda. Mahluk itu berevolusi. Bukan hanya merasuki tapi juga menggunakan seluruh tubuh untuk berkembang. Sebagian memiliki lidah yang panjang. Sebagian memiliki tangan tangan yang keras. Sekali hantaman pasti akan mati di buatnya. Tapi manusia tetaplah manusia. Jika fungsi otak sudah berhenti mereka tidak dapat mengendalikan si mayat dengan bebas.
"Kasihan sekali... semoga arwah arwahnya tenang diterima disisi-Nya."
"Putri kau berdoa untuk mereka?"
"Hmm. Ada yang salah?"
"Mereka tidak layak di doakan."
"Kenapa bicara begitu?"
"Kau tidak ingat? Sebagian dari mereka mencelamu. Mencela kita, bahkan bergosip yang tidak benar."
"Ah, Sudahlah."
"Kau selalu seperti itu."
"Jangan di perpanjang jaka. Jangan racuni pikiran mu dengan hal negatif."
Jaka membuang muka seolah tidak setuju dengannya.