Embun masih berbintik di setiap dedaunan. Pagi ini terasa lebih segar dari biasanya. Seluruh desa benar benar sudah bersih dari semua penyebab penyakit. Dhika entah pergi kemana. Pasti mengurusi sesuatu yang penting di Balai desa. Sementara Danu dan Tio masih menemani Rinaya.
Rinaya duduk di sebuah bangku depan Rumah. Memainkan gelas teh nya. Beberapa pertanyaan iseng mulai dia pikirkan. "Danu. Aku mau tanya. Berapa usiamu?"
Danu "Sembilan belas. Beberapa bulan lagi akan genap duapuluh."
"Kau?"
Tio menjawab "bulan lalu sudah genap duapuluh."
"Lalu berapa usia Balapati saat ini?"
Tio menjawab dengan enteng. "Bukankah kau temannya. Kau tidak tau itu?"
"Mana aku tau!"
Tio "Lalu berapa usiamu saat ini?"
Rinaya "Menurutmu??"
Tio "Terlihat seperti seusia kami."
Rinaya tersenyum. Tentu saja perempuan selalu ingin terlihat lebih muda dari usia sebenarnya. "Kau benar. Mungkin hanya berbeda beberapa bulan saja dengan kalian."
Tio "Omong kosong. Kalau begitu kau tidak mungkin teman Balapati"
"Aku hanya tidak terlihat menua saja."
Danu "Kenapa nona bertanya itu?"
Rinaya "tidak apa apa. Eh. Aku mau tanya. Apakah Balapati sudah menikah??"
Tio segera terbatuk mendengar itu. Teh yang baru saja masuk tenggorokannya seakan ingin keluar lagi dari mulutnya. "Pertanyaan macam apa itu??"
Rinaya "kenapa kau seperti itu. Aku hanya bertanya."
Danu tersenyum "Apakah nona menyukainya?"
"Ha?? Eh. Bukan bukan. Tidak seperti itu." Rinaya mengibaskan tangannya.
Tio "Tidak usah bermimpi. Dia tidak mungkin melirikmu. Lagipula tidak ada yang menarik darimu." Kata katanya setajam ribuan jarum. Membuat Rinaya kesal.
"Keterlaluan." Gumam Rinaya.
Danu "Balapati Wiriya tidak pernah terlihat dekat dengan siapapun. Apalagi perempuan. Lagipula dia telah mengikuti ujian menjadi Puragabaya. Hidupnya didedikasikan untuk Paduka Raja dan Istana. Meskipun dia tetap melepas gelar itu dan kembali ke padepokan Hingga saat ini pun dia tidak pernah terlihat berbincang dengan wanita manapun"
"Hmmm. Kudengar dia sering bepergian mengunjungi setiap daerah di pulau ini. Benarkah?"
Danu "salah satu syarat sumpah menjadi puragabaya adalah selalu siap kapanpun dimanapun. Apalagi jika ada terjadi suatu masalah seperti ini."
"Tapi dia bukan Puragabaya. Kenapa masih melakukan itu? Dia bahkan mendapat gelar Balapati? Ceritakan padaku. Aku ingin tau lebih banyak tentangnya."
Tio "Kau... Benar benar menyukainya?? Sadarlah perbedaan usiamu terlalu jauh. Lagipula dia tidak mungkin menyukaimu "
"Kenapa kau begitu cerewet. Aku hanya ingin tau saja. Apa yang dia lalui selama lima belas tahun ini. Terkadang aku merasa rindu masa lalu. Terutama ketika berkumpul di toko herb....." Rinaya terhenti dari kalimatnya. Dia lupa, sedikit informasi yang dia katakan bisa mengungkap siapa dirinya. "Kenapa kalian menatapku seperti itu?"
Danu "Nona, apakah kau benar benar teman lamanya?"
Sejenak pagi yang segar itu berubah menjadi tegang. Danu dan Tio selalu mendengar kabar mengenai masalalu Pradhika Wiriya. Tapi mereka tidak pernah mengorek informasi apapun. Bagaimanapun. Mereka tetap percaya kepada seniornya itu. Kali ini seseorang hadir di hadapan mereka. Ribuan pertanyaan seakan mengantri di pikiran mereka. Tentang semua rumor dan yang lainnya.
Tio "Kau, Benar benar Nirmala?"
Rinaya masih diam. Ragu apakah dia akan bicara atau tidak.
Danu "Tidak perlu khawatir. Kami percaya pada Balapati. Apapun yang dia katakan kami akan tetap percaya padanya. Dia adalah panutan kami. Kami adalah murid padepokannya."
Rinaya tersenyum "Kalian pasti mendengar rumor sepanjang lima belas tahun ini kan? Apa kalian percaya?"
Danu "Balapati selalu berkata untuk tidak mempercayai rumor. Hanya percaya pada fakta. Jadi. Meski rumor beredar. Kami tetap percaya beliau."
Rinaya "Rumor apa yang kalian dengar?"
Tio "Banyak sekali rumor beredar hampir semuanya rumor yang negatif. Terutama tentangmu."
"Apa yang mereka katakan?" Tanya Rinaya penasaran.
"Nirmala adalah seorang Putri Bandit yang sangat kejam. Menyebabkan peperangan. Dan banyak membunuh nyawa tak bersalah. Bahkan hilangnya nyawa keluarga Wijaya pun adalah ulahnya." Jelas Tio
"Setelah melihatku, Apa aku terlihat seperti itu?"
"Sangat berbeda jauh dengan yang ku bayangkan. Kukira dia adalah orang yang gagah dan berwajah tegas. Semua orang bilang kemampuannya tidak ada yang bisa menandingi."
Rinaya mengangguk angguk seraya menikmati beberapa pujian.
"Jika melihatmu. Seharusnya aku tidak percaya. Kau bahkan terlihat sangat lemah." Lanjut Tio
"Haha Tio kau sangat pintar berbicara. Jujur dan tak terkalahkan. Lalu kenapa kalian masih mempertanyakan siapa aku? Sudah jelas aku tidak sekuat itu. Aku bahkan pingsan di hadapan kalian haha."
Danu menjawab "kemampuan yang kau perlihatkan ketika saat itu, melihat kedekatanmu dengan Balapati. Pengetahuanmu mengenai kasus ini. Dan Kepercayaan Balapati terhadapmu. Semua itu tidak pernah kami temui selama lima belas tahun ini. Yang bisa ku simpulkan adalah. Kau benar benar sudah berteman sebelum lima belas tahun ini."
"Hmm. Kau sangat cerdas. Eh tunggu. Aku tanya lagi. Kalau sekarang kalian baru duapuluh tahun. Berarti lima belas tahun lalu kalian baru lima tahun. Kalian sudah belajar di padepokan di usia itu?"
Danu menjawab "Benar. Jadi sejak kecil kami memang selalu bersama Balapati. Banyak hal yang dia ajarkan pada kami."
Rinaya tersenyum "Dia benar benar ingin jadi pengajar ya.. eh tunggu. Dengan karakter seperti itu. Bagai mana dia mengajari kalian?"
Tio "dia hanya bicara beberapa kata. Tapi kami bisa mengerti."
Rinaya mengangguk angguk tanda mengerti "Lalu rumor apa lagi yang kalian dengar tentang Nirmala??"
Danu "Hmm. Nirmala adalah orang yang memanggil mahluk dari alam lain. Mengakibatkan peperangan besar. Begitu juga dengan temanmu yang bernama Bayu."
"Kau percaya itu?"
Tio "Kau bahkan tidak bisa melakukan hal kecil seperti tadi. Bagaimana kami bisa percaya."
"Benar. Bukankah itu akan membuatmu bingung? Kenapa dulu aku begitu hebat? Bahkan di takuti semua orang. Bukankah terdengar ada yang salah?"
Danu "hmm. Jadi karena itulah Balapati selalu berpesan untuk tidak mempercayai rumor begitu saja."
Tio "Kenapa selalu berputar putar seperti tidak ingin menjawab siapa dirimu sebenarnya.
Rinaya "Yah. Kalian benar. Aku memang Nirmala. Tapi rumor yang beredar semuanya itu tidak benar."