Pagi di sekolah kembali dimulai dengan rutinitas yang sama. Matahari bersinar cerah, memberikan energi baru bagi semua siswa. Bagi Bagas, hari ini sedikit berbeda. Kenangan malam sebelumnya masih membekas dalam pikirannya. Malam itu, ia, Fira, Dimas, dan Lila menghabiskan waktu di rumahnya untuk menonton film bersama.
“Aku masih nggak habis pikir kenapa kamu milih film horor, Gas. Malam-malam bikin aku nggak bisa tidur,” kata Fira saat mereka bertemu di depan gerbang sekolah. Wajahnya terlihat sedikit kesal, tapi senyum jahilnya tidak bisa disembunyikan.
Bagas hanya tertawa kecil. “Kamu yang teriak paling kencang tadi malam, Fir. Kasihan Dimas, sampai ketakutan karena teriakanmu.”
Dimas, yang baru saja tiba, langsung menimpali. “Teriakan Fira itu lebih serem daripada filmnya. Beneran, aku udah hampir mau kabur, tapi nggak tega buat ninggalin kalian.”
Lila, yang berjalan di belakang mereka, ikut tertawa. “Kalau gitu, minggu depan kita pilih film komedi aja, biar aman, haha.”
Obrolan mereka terus berlanjut hingga tiba di kelas. Suasana pagi itu hangat, diwarnai dengan candaan yang membuat mereka melupakan sejenak tugas-tugas sekolah. Di dalam kelas, mereka duduk di tempat biasa: Fira dan Lila di bangku depan, sementara Bagas dan Dimas berada tepat di belakang mereka.
“Eh, Gas, jangan lupa nanti sore ada latihan basket, ya,” kata Dimas saat jam pelajaran pertama dimulai.
Bagas mengangguk. “Santai aja. Aku nggak bakal lupa kok. Tapi kamu jangan bikin aku sekarat hampir mati gara-gara latian fisik yang kaku beriman Dim.”