kenangan yang tak pergi

Akhmad Ramdani
Chapter #4

kecemasan yang terpendam

keesokan paginya, suasana kelas terasa berbeda bagi Bagas. Ia berusaha terlihat seperti biasa, tetapi pikirannya terus melayang ke Fira. Lila dan Dimas juga tampak lebih pendiam daripada biasanya. Mereka bertiga sepakat untuk mengunjungi Fira di rumah sakit sepulang sekolah nanti.


Saat jam istirahat, Lila mendekati Bagas yang sedang melamun di bangku belakang.


“Gas, kamu gapapa?.” tanya Lila pelan.


Bagas menjawab pelan. “Gapapa kok, aku cuma kepikiran sama Fira terus dari tadi.”


“Fira bakal baik-baik aja kok Gas, gausah terlalu khawatir,” Dimas membalas Bagas sambil membawa nampan makanan. “Aku udah cari tahu rumah sakitnya. Ibunya bilang kita boleh datang, asal nggak terlalu lama.”


“Bagus deh,” ucap Lila lega. “Aku pengen lihat langsung gimana keadaannya.”


Bagas hanya mengangguk, tetapi hatinya penuh keraguan. Ia ingin segera memastikan Fira baik-baik saja, meskipun bayangan buruk terus menghantuinya.



---


Sore harinya, ketiganya berjalan menuju rumah sakit. Langkah mereka terasa berat, terutama bagi Bagas. Ia tidak tahu apa yang akan ia hadapi begitu melihat Fira.


Setelah bertanya di meja resepsionis, mereka diarahkan ke lantai dua, kamar nomor 204. Bagas mengetuk pintu perlahan, lalu membukanya.


Di dalam, Fira terbaring di tempat tidur dengan selang infus di lengannya. Wajahnya tampak pucat, tetapi senyum kecil langsung muncul ketika melihat mereka.


Lihat selengkapnya