Hari Sabtu tiba, dan pagi itu Bagas, Lila, dan Dimas sepakat untuk mengunjungi rumah Fira. Meski Fira sudah keluar dari rumah sakit sehari sebelumnya, mereka tetap khawatir dengan kondisinya. Bagas membawa bingkisan kecil berupa buah-buahan, sementara Dimas membawa cokelat favorit Fira, dan Lila membawa bunga matahari yang ia rangkai sendiri.
Rumah Fira terlihat tenang seperti biasa ketika mereka tiba. Ibu Fira membuka pintu dan menyambut mereka dengan senyuman ramah.
“Fira di kamarnya, ayo masuk,” kata ibu Fira sambil mempersilakan mereka masuk.
Mereka naik ke lantai dua dan menemukan Fira sedang duduk di tempat tidurnya, mengenakan sweater abu-abu dan celana panjang santai. Wajahnya masih terlihat sedikit pucat, tetapi senyum hangat khasnya menyambut mereka.
“Wah, lengkap banget nih, tamunya,” Fira menyapa sambil menepuk kasur di sampingnya. “Ayo, duduk aja di sini. Jangan malu-malu.”
“Kalau gitu aku duduk di lantai aja, deh,” canda Dimas, membuat semua orang tertawa kecil.
---
Obrolan mereka berlangsung santai. Fira menceritakan bagaimana bosannya ia saat di rumah sakit dan betapa ia merasa lebih baik sekarang.
“Jadi, kenapa kamu nggak cerita sama kita dari awal?” tanya Lila, sedikit menyindir.
Fira tersenyum tipis. “Aku nggak mau kalian panik. Lagi pula, aku cuma kecapekan. Nggak ada yang serius.”
“Tapi tetap aja, Fir,” sela Bagas, menatap Fira dengan ekspresi serius. “Kamu harusnya kasih tahu kita. Kita kan sahabatmu.”