Senja mulai turun, langit berubah jingga keunguan, menciptakan suasana tenang setelah perayaan ulang tahun Fira yang menyenangkan. Setelah berfoto dan mengobrol sejenak, satu per satu tamu mulai berpamitan. Fira masih duduk di bangku taman, memainkan ujung pita di bukunya sambil tersenyum kecil.
“Capek, tapi senang banget,” katanya sambil meregangkan tubuh.
Lila yang sedang mengemas sisa-sisa makanan menoleh ke arahnya. “Ya iyalah, hari ini kan spesial buat kamu.”
Dimas menepuk bahu Bagas. “Gas, tadi katanya mau ngomong sesuatu ke Fira?” tanyanya pelan.
Bagas hanya bisa menghela napas. “Belum sempat.”
Fira yang mendengar itu menoleh dengan penasaran. “Ngomong apa?”
Bagas menggeleng cepat. “Nggak, bukan apa-apa.”
Fira memandangnya sejenak, tapi memilih tidak bertanya lebih jauh. “Oh iya, aku pulang duluan, ya. Ibuku udah nunggu di rumah.”
“Aku anterin,” kata Bagas spontan.
Fira tertawa kecil. “Nggak usah, Gas. Aku naik ojek online aja, kok.”
Bagas ragu, tapi akhirnya mengangguk. “Hati-hati, ya.”