kenangan yang tak pergi

Akhmad Ramdani
Chapter #9

kepedihan yang mendalam

Chapter 9: Kepedihan yang Mendalam


Suara langkah kaki terdengar menggema di lorong rumah sakit. Bagas, Dimas, dan Lila duduk di kursi tunggu dengan wajah cemas, menunggu kabar dari dokter. Waktu terasa berjalan lambat. Setiap detik yang berlalu semakin menambah ketegangan di dada mereka.


Pintu ruang gawat darurat terbuka, dan seorang dokter keluar dengan ekspresi serius. Ibu Fira segera bangkit dari duduknya.


“Dok… bagaimana keadaan anak saya?” suaranya bergetar, penuh harap.


Dokter itu menarik napas panjang sebelum menggeleng pelan.


“Kami sudah melakukan yang terbaik. Tapi… maafkan kami.”


Seakan ada petir yang menyambar ruangan itu. Dunia seketika terasa hening.


Bagas membeku. Kata-kata dokter itu terus terulang di kepalanya, tetapi otaknya menolak untuk memprosesnya.


“Apa… maksudnya, Dok?” suara Ibu Fira pecah, matanya membelalak tak percaya.


Dokter menunduk, menunjukkan ekspresi penuh penyesalan. “Fira mengalami cedera yang sangat parah di bagian kepala dan organ dalamnya… Dia tidak bertahan.”


Hening.


Lila menutup mulutnya dengan kedua tangan, air mata mengalir deras di pipinya. Dimas menatap lantai dengan tatapan kosong, tangannya mengepal erat.


Lihat selengkapnya