kenangan yang tak pergi

Akhmad Ramdani
Chapter #12

mencoba melangkah

Pagi itu, hujan turun dengan lembut di halaman sekolah. Langit tampak kelabu, seakan mencerminkan perasaan yang masih bergelayut di hati Bagas. Sudah beberapa minggu berlalu sejak kepergian Fira, tetapi bayangan tentangnya masih begitu jelas.


Bagas duduk di bangkunya, menatap jendela dengan pandangan kosong. Dimas dan Lila duduk di dekatnya, tetapi tak banyak yang mereka bicarakan. Sejak kejadian itu, obrolan mereka tak lagi penuh dengan tawa seperti dulu.


Bel tanda masuk berbunyi, dan guru mulai masuk ke kelas. Hari ini, mereka mendapat tugas kelompok untuk mata pelajaran sejarah. Bagas, Dimas, dan Lila otomatis berada dalam satu kelompok.


“Jadi, kita mau ngerjain di mana?” tanya Lila pelan setelah pelajaran selesai.


Dimas mengangkat bahu. “Di rumahku boleh. Lebih sepi.”


Bagas hanya mengangguk tanpa berkata-kata. Ia tahu mereka masih berusaha menjaga suasana, tapi hatinya belum siap untuk kembali seperti dulu.


Setelah pulang sekolah, mereka bertiga berkumpul di rumah Dimas. Di meja belajar yang penuh dengan buku dan catatan, mereka mulai berdiskusi tentang tugas yang diberikan. Namun, Bagas sulit berkonsentrasi. Setiap halaman buku yang ia buka mengingatkannya pada Fira—karena dulu, Fira selalu menjadi orang pertama yang mengatur jadwal belajar mereka.


“Gas, lo nggak apa-apa?” tanya Dimas hati-hati.


Bagas tersentak dari lamunannya. “Hah? Oh… nggak apa-apa.”


Lila menatapnya khawatir. “Kalau belum siap buat ini semua, nggak usah dipaksain, Gas.”


Bagas menghela napas panjang. “Aku harus belajar buat terbiasa, kan?”


Lihat selengkapnya