kenangan yang tak pergi

Akhmad Ramdani
Chapter #13

kembali ke taman kenangan


Pagi itu, sinar matahari menyelinap di antara dedaunan, menerangi jalan setapak menuju taman yang sering mereka kunjungi dulu. Taman itu adalah tempat favorit Fira—tempat di mana mereka sering duduk bersama, berbincang tentang banyak hal, bercanda, atau sekadar menikmati sore yang tenang.


Bagas berjalan pelan di samping Dimas dan Lila. Mereka bertiga membawa sesuatu untuk mengenang Fira. Bagas membawa sekotak kecil surat yang belum sempat ia berikan kepada Fira. Lila membawa bunga matahari—bunga kesukaan Fira—sementara Dimas membawa foto lama mereka bertiga bersama Fira.


Begitu tiba di taman, mereka memilih bangku kayu panjang di bawah pohon besar yang rindang. Bangku itu adalah tempat di mana mereka biasa duduk berempat, tertawa tanpa beban. Namun, kini ada satu ruang kosong yang terasa sangat nyata.


Bagas membuka kotak kecil yang ia bawa dan menatap surat-surat di dalamnya. Surat-surat itu berisi banyak hal yang ingin ia sampaikan pada Fira, tetapi tak pernah sempat ia ungkapkan.


Lila menaruh bunga matahari di atas bangku, tepat di tempat Fira biasa duduk. “Aku masih nggak percaya kalau dia nggak ada di sini lagi,” gumamnya, suaranya nyaris berbisik.


Dimas mengangguk, menatap langit dengan ekspresi kosong. “Tapi aku yakin, kalau dia masih ada di sekitar kita.”


Bagas menggenggam salah satu suratnya erat-erat, lalu menghela napas panjang. “Dulu, aku pikir aku bakal punya lebih banyak waktu buat bilang semuanya langsung ke dia. Tapi ternyata, nggak semua orang dikasih kesempatan itu.”


Lila menatap Bagas dengan mata penuh pemahaman. “Kalau kamu mau baca isi suratnya, nggak apa-apa, Gas. Kita di sini.”


Bagas terdiam sejenak sebelum membuka lipatan kertas yang sudah agak kusut itu. Suaranya sedikit bergetar saat ia mulai membaca.

Lihat selengkapnya