Kenangan Yang Terbenam

Temu Sunyi
Chapter #5

Malam Yang Tak Mengenal Kita



Malam datang tak pernah meminta izin. Ia tak mengetuk, tak memberi aba-aba.

Ia hanya merayap masuk seperti kabar duka: pelan, tenang, tapi tak pernah gagal mengubah apa pun yang disentuhnya.

Aku duduk di balik meja kecil yang permukaannya sudah miring seperti nasib,

mencoba menyelesaikan tugas sekolah yang kutunda karena siang tadi aku tertawa terlalu lama di pinggir kali.

Ada rasa bersalah yang lembut menggelitik hati—tapi juga sejumput bahagia, karena hari ini aku merasa jadi anak-anak.

Kertas tugas menganga di depanku.

Pensil kupijit erat, seperti memegang erat apa yang sebentar lagi bisa lepas.

Lampu minyak bergoyang oleh hembusan angin dari sela dinding papan, melempar bayangan seolah rumah ini sedang bernafas.

Dan ketika aku sedang berusaha menghafal isi buku yang tak sepenuhnya kupahami, suara itu datang—pelan, tapi menggetarkan.

"Assalamualaikum..."

Suara itu berat. Lelah. Tapi lembut seperti pelukan yang tak pernah sempat diberikan.

Lihat selengkapnya