Kenapa Aku Gendut?

Aniq muflihah
Chapter #2

Chapter 1

Aku berdiri di sini, di depan gerbang kokoh yang menjulang tinggi. Di atas gapura tempatku berdiri, tertulis nama 'calon' almamater baruku.

Berbekal pengetahuan yang ku dapat selama enam tahun belakangan, membuat diriku berani mengambil langkah pertama masuk ke dalam tempat yang asing ini. Kehadiranku seolah telah dinanti, aku merasa disambut dengan begitu istimewa oleh burung burung yang berterabangan itu.

Suara indah dari pepohonan tua yang daunnya bedesir tertiup angin, seakan menjadi alunan musik penyambutku. Bunga bunga yang bermekaran di setiap sudut tempat ini, membuatku iri dengan kecantikannya. 

Pandan mata ku jatuh kearah nya, seekor kupu kupu tengah mencari makan, ia bersiap mengisap nektar bunga. Sayap kecilnya melambai lambai, aku semakin terpesona dan ingin mendekati dirinya.

Ku amati baik baik sayap kecil itu, hitam manis dengan lelehan keju di atasnya. Bukan martabak, ataupun pisang krispi, namun bisa membuat mata ku tak jenuh untuk memandang lama dirinya.

Dengan gagah, ia hinggap dari satu bunga ke bunga lain. Betapa berterimakasih nya sang bunga, sebentar lagi ia akan menjadi buah yang begitu manis dan didamba.

Waktu seakan tengah berhenti di hadapnku, tak ku pedulikan kegaduhan yang terjadi di samping ku. Aku hanya berfokus pada si kecil itu. 

Ku ulurkan tanganku menuju tangkai bunga di dekat kupu kupu itu. Tak di sangka, ia hinggap di jemariku.

Rasanya menakjubkan! Hati ku gembira tanpa arah, "Cek satu dua tiga." 

Namun tak bertahan lama, si manis kaget dan menjauhi diriku karena suara bising yang terdengar dari atas langit langit aula itu.

Segera saja ku tajamkan telinga, guna mendengarkan dengan seksama apa yang akan di sampaikan, "Pengumuman, bagi calon peserta didik baru tahun ajaran 2017-2018 di mohon segera memasuki ruangan kelas yang sudah di sediakan panitia. Terimakasih."

Ah, sial. Aku benar benar lupa apa tujuan awal ku datang kemari. Hem ... semoga saja masih ada tempat untukku duduki. Eh? Bukan, semoga aku tidak terlambat dan terkena masalah.

Ku langkahkan kaki ku dengan terburu buru, sembari berharap baru sedikit orang yang mendatangi pos pendaftaran sekolah baru ku ini.

Huh... akhirnya aku sampai di depan ruangan ini. Ruangan yang sudah lama menjadi saksi bisu, akan berbagai cerita seru pendahulu ku. Eh... Tapi apa ini? Kenapa ruang pendaftaran sembilan masih kosong?!

Lihat selengkapnya