Rembulan menyala terang malam ini, seakan menjadi saksi kelahiran seorang anak manusia. Malam ini bayi mungil cantik pertama melihat dunia, dalam keadaan rapuh berada dalam dekapan sang bunda.
Kisah yang akan menjadi sejarah, hari ini kebahagiaan menyelimuti hati. Pasangan baru diberi anugerah terindah seorang putri kecil hadir dalam kehidupan mereka.
Senyuman tercetak samar di bibir Jo, manusia yang dikenal sebagai preman pasar tidak mempunyai hati. Jo merasakan hal baru yang dulu tidak pernah diimpikannya, yakni menjadi seorang ayah. Bukan hanya itu, untuk menikah saja dirinya tidak pernah membayangkan. Hingga hari itu tiba, pertemuan yang memang disengaja terjadi. Jo menerima pekerjaan dari seorang pria yang ingin menyakiti Nay. Nay yang kini menjadi istrinya dulu hampir menjadi korban kebejatan seorang Jo.
Pria yang ternyata sakit hati cintanya ditolak oleh Nay meminta Jo untuk menodai Nay. Pria itu bersedia membayar berapapun untuk melancarkan rencananya.
☆
Malam itu, tepatnya dua tahun yang lalu. Nay yang baru pulang bekerja terpaksa berjalan kaki untuk mencari angkutan umum.
Ponselnya mati karena kehabisan daya, Nay pasrah harus berjalan beberapa meter untuk sampai di stasiun kereta api.
Nay melewati jalanan yang cukup sepi dan gelap. Suara sepatu yang bertabrakan dengan trotoar terdengar menemani Nay sepanjang jalan.
Suasana semakin mencekam ketika jalanan menjadi semakin gelap, hanya sinar dari kendaraan yang lewat sesekali memberikan sedikit penerangan pada jalanan itu.
Di depan sana, mata Nay menangkap sesosok pria berjaket hitam dan memakai topi. Jantung Nay berdebar semakin cepat akibat ketakutan, ingin berbalik arah percuma jalanan ini sudah sangat jauh dari keramaian. Akhirnya dengan keberanian yang Nay miliki, dia nekat terus berjalan. Berharap seseorang itu tidak melihatnya. Kaki Nay gemetar, tangannya mengeluarkan keringat dingin bukti dari ketakutannya.
Nay berjalan semakin cepat ketika melewati seseorang yang terus menatapnya di depan sana, seseorang itu tiba-tiba mengikutinya dibelakang.
Rasa was-was dan ketakutan berbaur menjadi satu. Nay berdoa dalam hati memohon perlindungan kepada Tuhan yang dipercayainya.
Kini Nay mulai berlari saat dirasa seseorang itu makin mendekat. Nay mengeluarkan sisa tenaga yang dia miliki, jiwanya merasa terancam. Namun sayangnya dia terlambat menyadari, seseorang yang mengikutinya itu dengan sangat mudah menangkapnya.
Kata tolong yang ingin terucap sangat sulit dia keluarkan, telapak tangan yang lebar itu membekap mulutnya.
Pukulan-pukulan bahkan gigitan dari Nay tidak berpengaruh pada tubuh keras yang kini menguncinya dengan dekapan itu.
Nay ketakutan dan ingin berteriak, apa daya mulutnya dengan cepat disumpal oleh orang itu.